Saya Adalah Penulis Berasal Dari Indramayu

Surga Raja Ampat akan Hilang Karena Tambang Nikel

Sabtu, 7 Juni 2025 09:27 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Raja Ampat
Iklan

Dampak serius yang akan melanda raja Ampat karena tambang

***

Raja Ampat selama ini dikenal sebagai surga bagi kehidupan flora dan fauna laut, sebuah kawasan dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Namun kini, surga itu terancam—dinodai oleh hadirnya tambang-tambang nikel yang mulai menjamur di pulau-pulau kecil kawasan tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Isu eksploitasi nikel di Raja Ampat memicu gelombang protes dari masyarakat dan publik luas. Tagar #SaveRajaAmpat kini ramai disuarakan di media sosial sebagai bentuk perlawanan dan kepedulian terhadap keselamatan lingkungan kawasan ini. Masyarakat berharap agar pemerintah segera membuka mata terhadap potensi kerusakan besar yang akan terjadi jika proyek ini tetap dilanjutkan.

Padahal, secara hukum, larangan terhadap aktivitas penambangan di pulau-pulau kecil telah diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 2014. Artinya, aktivitas tambang yang kini berlangsung jelas melanggar aturan dan mengabaikan keberlanjutan lingkungan hidup.

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik, menyatakan:

> "Saat pemerintah dan oligarki tambang membahas bagaimana mengembangkan industri nikel dalam konferensi ini, masyarakat dan Bumi kita sudah membayar harga mahal. Industrialisasi nikel—yang makin masif seiring tren naiknya permintaan mobil listrik—telah menghancurkan hutan, tanah, sungai, dan laut di berbagai daerah, mulai dari Morowali, Konawe Utara, Kabaena, Wawonii, Halmahera, hingga Obi. Kini tambang nikel juga mengancam Raja Ampat, Papua, tempat dengan keanekaragaman hayati yang amat kaya yang sering dijuluki sebagai surga terakhir di bumi.”

Greenpeace mencatat bahwa eksploitasi nikel di tiga pulau utama Raja Ampat telah menyebabkan hilangnya lebih dari 500 hektare hutan dan vegetasi alami. Dokumentasi di lapangan menunjukkan limpasan tanah akibat pembukaan lahan memicu sedimentasi di pesisir—yang mengancam terumbu karang dan ekosistem laut Raja Ampat.

 

Selain Pulau Gag, Kawe, dan Manuran, tambang nikel juga mengancam pulau-pulau kecil lainnya seperti Batang Pele dan Manyaifun. Kedua pulau ini hanya berjarak sekitar 30 kilometer dari Piaynemo—ikon Raja Ampat yang bahkan tergambar dalam uang pecahan Rp100.000.

Jika proyek ini terus berjalan, kita berisiko kehilangan sesuatu yang tak ternilai—bukan hanya bagi masyarakat Papua, tetapi juga bagi generasi Indonesia mendatang dan dunia. Raja Ampat bukan sekadar destinasi wisata, melainkan warisan ekologis dunia yan

g tak tergantikan.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Adil Hakim

Penulis Indonesiana Dan Influencer Indramayu

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pilihan Editor

Lihat semua