Saya Adalah Penulis Berasal Dari Indramayu

Mengurangi Sampah Plastik Inisiatif Sekolah Ramah Lingkungan

Selasa, 29 April 2025 16:00 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Walikota Jambi Terobos PAD Rp 14 Miliar, Dari Sampah
Iklan

Dalam upaya mengurangi sampah plastik, berbagai sekolah di Indonesia menerapkan program kreatif seperti ecobrick

***

Di tengah kekhawatiran global terhadap pencemaran plastik, berbagai sekolah di Indonesia mengambil langkah nyata untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Kesadaran akan pentingnya mengurangi sampah plastik tidak lagi hanya menjadi wacana, tetapi diwujudkan dalam berbagai program kreatif yang melibatkan seluruh komunitas sekolah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu inisiatif yang menarik datang dari SMPN 5 Abang, Karangasem, Bali. Melalui program bertajuk Implementasi Kurikulum Merdeka Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (IKMP5), siswa diajak untuk mengolah sampah plastik menjadi ecobrick—botol plastik yang dipadatkan dengan limbah plastik non-biologis dan bisa digunakan untuk berbagai keperluan konstruksi atau dekorasi. Program ini tidak hanya mengajarkan keterampilan praktis kepada siswa, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Upaya serupa dijalankan di SMPN 3 Manggis, Karangasem, yang bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk memberikan pelatihan ecobrick kepada para siswa, memperkuat pemahaman mereka tentang daur ulang.

Sementara itu, pengelolaan sampah plastik di sekolah juga dikembangkan melalui konsep bank sampah. Di SMP PGRI 5 Denpasar, siswa diajak untuk memilah, mengumpulkan, dan menimbang sampah plastik yang mereka hasilkan setiap hari. Sampah yang terkumpul kemudian dijual ke bank sampah mitra, dan hasilnya digunakan untuk kas kelas. Program ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga mengajarkan nilai ekonomi dari sampah, serta mendukung kebijakan Pemerintah Kota Denpasar yang memperketat penggunaan plastik sekali pakai melalui Peraturan Wali Kota Nomor 36 Tahun 2018.

Keseriusan dalam mengurangi sampah plastik juga tercermin dalam kebijakan sekolah bebas plastik. MTsN 6 Bantul di Yogyakarta, misalnya, menerapkan program Madrasah Bebas Sampah Plastik (MBSP) dengan mewajibkan siswa membawa tempat minum sendiri, menyediakan galon isi ulang di setiap kelas, dan membiasakan pemilahan sampah sejak dini. Kebijakan serupa diterapkan di MAN 1 Kota Pekalongan, yang melarang penggunaan plastik sekali pakai dalam seluruh aktivitas sekolah. Langkah ini tidak hanya berdampak pada pengurangan sampah di lingkungan sekolah, tetapi juga membentuk kebiasaan berkelanjutan di rumah dan komunitas sekitar.

Di Bali, kesadaran akan pentingnya pengurangan plastik didorong melalui gerakan “Ban The Big 5”. Melalui program ini, 20 sekolah di Bali ditunjuk sebagai proyek percontohan untuk mengurangi penggunaan lima jenis plastik sekali pakai—kantong plastik, botol plastik, styrofoam, sedotan, dan kemasan sachet. Inisiatif ini sejalan dengan upaya Pemerintah Provinsi Bali yang ingin menjadikan pulau ini sebagai model penanganan sampah plastik nasional.

Berbagai program yang digulirkan sekolah-sekolah ini mendapat dukungan dari pemerintah daerah dan organisasi lingkungan. Program Plastic Smart Cities yang diprakarsai WWF-Indonesia, misalnya, bekerja sama dengan lebih dari 50 sekolah di kawasan Jabodetabek untuk menerapkan prinsip zero waste dan memperkuat budaya pengelolaan sampah di tingkat pendidikan dasar.

Namun demikian, tantangan tetap membayangi. Mengubah perilaku masyarakat terhadap penggunaan plastik memerlukan waktu, konsistensi, dan edukasi yang terus menerus. Diperlukan sinergi kuat antara sekolah, orang tua, pemerintah daerah, hingga komunitas lokal agar perubahan kecil di ruang kelas bisa menjelma menjadi perubahan besar di masyarakat.

Di tengah keterbatasan, inisiatif sekolah-sekolah ini menunjukkan bahwa perubahan dimulai dari langkah sederhana. Membangun kesadaran anak-anak sejak dini tentang pentingnya menjaga lingkungan, pada akhirnya, adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bumi. Melalui pendidikan karakter berbasis lingkungan, profil Pelajar Pancasila, serta berbagai proyek penguatan kurikulum, generasi muda Indonesia tengah dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan yang membawa semangat perbaikan bagi dunia yang lebih hijau dan bersih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Adil Hakim

Penulis Indonesiana Dan Influencer Indramayu

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua