Simbol Cinta yang Tulus

Senin, 9 Juni 2025 12:17 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

Dari qurban ia belajar tentang bagaimana harus ikhlas hati, bagiamana tentang jiwa yang harus rela melepaskan,

Cinta tidak bisa di definisikan dengan kata-kata, karena cinta terlalu mewah tuk didefinisikan, ia hanya bisa dirasakan, karenanya cinta itu rasa, bukan kata-kata. Cinta itu sebuah energi besar yang bisa menggerakkan, sebagaimana betapa tulusnya cinta Nabi Ibrahim pada Rabbnya hingga Kisah cintanya kepada Allah menjadi pengingat abadi tentang makna cinta sejati dan perjuangan luar biasa, yang setiap tahunnya dihidupkan kembali pada momen agung: Hari Raya Idul Adha.

Cinta Murni Nabi Ibrahim dan Ketulusan hati Ismail

Bayangkan seorang ayah—Nabi Ibrahim—yang telah menunggu puluhan tahun untuk memiliki seorang anak. Bertahun-tahun doa dipanjatkan, air mata ditumpahkan dalam sujud panjang di malam hari. Hingga akhirnya, Allah mengaruniakan seorang anak: Ismail. Namun, ketika anak itu mulai tumbuh, ketika kasih sayang dan harapan telah menyatu dalam hati seorang ayah, datanglah perintah “sembelihlah anakmu” sungguh sebuah ujian yang mengguncang jiwa dan sangat berat. Lalu kemudian dilanjut dengan jawaban anaknya "Wahai ayahku," kata Ismail, "lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." Sebagiaman termaktud dalam firman Allah

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰى ۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Saffat: 102)

 

Apakah ada cinta yang lebih murni dari kepasrahan itu? Sulit. Apakah ini mudah? Mustahil. Tapi apakah ini perintah dari Allah? Ya. Dan di situlah letak cinta yang paling jujur, ketika kita merelakan sesuatu yang paling kita sayangi, demi Dia yang paling layak dicintai. Maka kisah agung inilah yang menjadi fondasi utama ibadah qurban.

Lebih Dari Sekedar Menyembelih

Qurban bukan hanya tentang darah yang menetes, bukan sekedar tentang daging kambing, sapi, ataupun unta, bukan karena ia mampu, karena ia ber-uang ataupun karena ia berharta, melainkan qurban adalah tentang seberapa besar pengorbanan tuk yang ia cintai. Seberapa besar ia menyembelih rasa cintanya pada dunia, seberapa besar ia menyembelih rasa egonya, rasa kikirnya dan dari qurban ia belajar tentang bagaimana harus ikhlas hati, bagiamana tentang jiwa yang harus rela melepaskan, dan bagiamana tentang cinta kepada Allah yang lebih besar daripada cintanya kepada dunia. Sebagaimana firman Allah

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al Hajj: 37)

Maka bukan hewan qurbanmu yang Allah lihat, tapi hatimu. Bukan jumlahnya, tapi ketakwaanmu. Bukan seberapa mahal harganya, tapi seberapa besar pengorbananmu.

 

Waktu Paling Mulia untuk Cinta yang Paling Ikhlas

Dari ‘Abdullah bin Qurthin radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن أعظم الأيام عند الله تعالى يوم النحر ثم يوم القرّ

“Hari yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala adalah hari nahr (10 Zulhijah) kemudian hari qarr (11 Zulhijah).” (HR. Abu Dawud [V/184] dengan sanad jayyid)

Setelah perjuangan dan pengorbanan cinta Nabi Ibrahim, maka selanjutnya, hari Nahr (sembelih), yang diamana Hari Nahr adalah hari disyariatkannya penyembelihan. Ia adalah puncak dari seluruh perjalanan cinta dan keikhlasan, hari di mana kaum Muslimin menunaikan salat Idul Adha, bertakbir, dan menyembelih hewan qurban, serta berbagi daging kepada sesama. Hingga di sebutkan bahwa hari yang paling mulia di sisi Allah diantaranya adalah hari Nahr yang mana bertepatan dengan hari pertama tuk menyembelih yaitu di tanggal 10 Dzulhijjah, yang kemudian hari qarr yaitu hari setelahnya bertepatan di tanggal 11 Zulhijjah, hari di mana jamaah haji mulai menetap di Mina, berdiam untuk berzikir, berdoa, dan melempar jumrah. Maka kedua hari ini adalah hari-hari yang paling dicintai Allah, karena penuh dengan ibadah, pengorbanan, dan ketundukan kepada-Nya.

Dari segala fadhilah pada Idul Adha dan sebagaiaman sabda Rasululla maka hari raya Idul Adha lebih utama dari hari raya Idul Fitri, yang dimana pada Idul Adha, kita tidak sekadar merayakan kemenangan atas hawa nafsu, tetapi juga mempersembahkan cinta dan ketakwaan paling murni kepada Allah.

Dari Qurban kita akhirnya belajar bahwa qurban adalah cara kita menunjukkan, bahwa kita benar-benar mencintai Allah, bahkan ketika itu berarti melepaskan apa yang paling kita sayangi dunia ini. Ia tentang mengorbankan merelakan sesuatu yang paling kita sayangi, demi Dia Arrahman yang paling layak dicintai. 

 

Qurban adalah pelajaran cinta paling agung—tentang keikhlasan, pengorbanan, dan kepasrahan yang tulus hanya kepada Allah. Dari Nabi Ibrahim dan Ismail, kita belajar bahwa mencintai Allah bukan hanya tentang kata-kata, tapi keberanian untuk melepaskan apa yang paling kita cintai demi ridha-Nya.

 

Qurban bukan sekadar ritual penyembelihan, melainkan momentum untuk menyembelih ego, rasa cinta dunia, dan rasa kepemilikan yang hakikat sebenaranya hanyalah titipan. Sebab cinta sejati kepada Allah justru teruji saat kita mampu melepaskan.

Maka, jadikan setiap tetes darah qurban sebagai bukti cinta yang tulus, dan setiap daging yang dibagi sebagai bentuk kasih yang murni. Karena pada akhirnya, bukan daging dan darah itu yang sampai kepada Allah, tapi ketakwaan dan keikhlasan dari hati kita.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Ainun Suci Qur'ani

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Simbol Cinta yang Tulus

Senin, 9 Juni 2025 12:17 WIB
img-content

Anak Banyak, Bukanlah Masalah

Selasa, 5 April 2022 13:08 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua