Implementasi Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya, Solusi dan Strategi Optimalisasi Pembelajaran Generasi Z

Rabu, 12 April 2023 10:03 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tulisan ini mengupas tuntas pemahaman penulis terhadap konsep implementasi Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya serta dampak yang telah dirasakan serta solusi yang dilakukan untuk mengatasi beragam persoalan pembelajaran yang dirasakan oleh Generasi Z. Penulis merefleksikan lewat alur pemahaman melalui solusi dan strategi pada pelaksanaan pembelajaran matematika yang telah dilakukan di kelas, ataupun memberikan solusi contoh ide pelaksanaan yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengefektifkan pembelajaran. Penulis juga berharap tulisan ini dapat dijadikan referensi pemangku kepentingan dalam bersinergi dan berkolaborasi memaksimalkan pemahaman guru dalam implementasi IKM. Semoga banyak guru-guru yang terinspirasi dan menyesuaikan pembelajaran menggunakan prinsip Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya. Tentunya kolaborasi yang maksimal antara ketiga unsur Tripusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat benar-benar diharapkan untuk optimalisasi dampak/manfaat implementasi IKM. Sebagai Narasumber berbagi Praktik Baik IKM, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat yang menjadi bagian tugas penulis dalammemaksimalkan diseminasi pemahaman komperhensif penulis terhadap Implementasi Kurikulum Merdeka lewat berbagi Praktik Baik Yang telah dilakukan.

Dampak perkembangan teknologi dan informasi berpengaruh pada tantangan baru di dunia pendidikan untuk mengoptimalkan pembelajaran bagi generasi Z, yaitu generasi yang lahir dari tahun 1997 hingga 2012.   Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya minat dan motivasi untuk belajar.

Generasi Z tumbuh di era yang penuh distraksi seperti media sosial, game online, dan platform streaming video. Hal ini membuat mereka rentan terhadap gangguan dan sulit berkonsentrasi saat belajar. Terlebih situasi pandemi yang dimulai tahun 2020 membawa dampak lebih buruk terhadap proses pembelajaran mereka yang dikenal dengan istilah loss learning,  yaitu kondisi ketika siswa mengalami penurunan dalam kemampuan akademik atau bahkan kehilangan kemampuan yang telah diperoleh sebelumnya.

Selain itu, perkembangan teknologi komunikasi selain berdampak positif untuk berbagai hal, namun juga berdampak pada terbatasnya interaksi sosial dengan guru dan teman sekelas, yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial emosional Generasi Z (Gen Z) Tentu saja kita sebagai guru sangat tidak menginginkan kompetensi sosial peserta didik yang rendah. Dampak yang beruntun pada kemampuan berkomunikasi yang kurang baik serta hal-hal lain seperti gangguan mental, ketergantungan teknologi dan kehilangan kemampuan untuk menghibur diri sendiri. Tak jarang kita temui siswa yang memiliki pola komunikasi serta atitude yang tidak sesuai karena terpengaruh tontonan gadget yang mendistorsi nilai-nilai luhur budaya, agama dan bangsa yang seharusnya mereka miliki.

Sebagai generasi yang tumbuh dengan teknologi, Gen Z harus lebih melek teknologi. Oleh karena itu, sudah menjadi tuntutan pendidikan bisa menawarkan pelatihan keterampilan digital yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin terdigitalisasi. Terlebih AI (Artificial Intelligency) atau kecerdasan buatan semakin berkembang, sehingga banyak kemampuan kemampuan dasar manusia  yang  masih dibutuhkan tenaga kerja nya zaman ini belum tentu diperlukan di zaman 5 tahun mendatang. Sudah selayaknya pendidikan bertransformasi untuk menghasilkan lulusan yang dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan, serta  memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan masa depan.Transformasi yang terjadi hendaknya bisa membekali siswa dengan keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis, kreativitas, kerja sama tim, komunikasi, literasi digital, dan pemecahan masalah serta mendorong siswa untuk mengembangkan karakter yang baik, seperti etika, tanggung jawab, kepemimpinan sesuai nilai Profil Pelajar Pancasila. 

Selain permasalahan distraksi, permasalahan lazim lainnya dari peserta didik Gen Z dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Hal ini tentu tidak lah elok jika dibiarkan berlarut tanpa strategi penyelesaiannya. Beberapa siswa mungkin merasa sulit untuk memahami materi yang diajarkan atau merasa tidak tertarik dengan topik yang sedang dibahas, berdampak pada aktivitas  mereka di kelas serta hasil belajar yang tidak sesuai harapan. 

Dengan beragam persoalan dan tantangan pembelajaran Gen Z, guru dan unsur yang terkait pendidikan dipaksa tertantang menyusun strategi yang kompleks untuk bisa menghadirkan pembelajaran bermakna dan dapat mengoptimalkan lingkungan belajar yang kondusif. Gerak bersama mulai dari guru, kepala sekolah, pengawas serta masyarakat hingga di level pengambil kebijakan seperti dinas pendidikan dan kementrian pendidikan selayaknya berkolaborasi dan bersinergi untuk membangun sistem pendidikan terbaik. Hal ini dilakukan tentu saja karena pelaku pendidikan di Indoensia pada khususnya sangat sadar dan berfokus pada tujuan membantu peserta didik mencapai kebahagiaan dan keselamatan dalam  kehidupan masa depan yang terbaik.  

Untuk mewujudkan itikad baik mengatasi persoalan, tantangan dan kemajuan pendidikan,, sebagai guru dan unsur pendidikan selayaknya memahami bahwa diperlukan inovasi untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang terjadi sekaligus  mengembangkan interaksi sosial yang sehat dan meningkatkan perkembangan emosional peserta didik Gen Z. Berbagai pendapat para ahli pendidikan di dunia terkait inovasi yang dilakukan beberapa diantaranya berfokus pada penyediaan lingkungan pembelajaran yang berbeda dan menarik, seperti permainan interaktif serta penggunaan media berwarna-warni, bertekstur dan lainnya. Penggunaan teknologi interaktif berbasis visual juga menjadi pilihan inovasi yang dapat dilakukan oleh guru, demikian juga penerapan pembelajaran berbasis proyek dan berbasis masalah. Beberapa pendekatan dapat diterapkan seperti pendekatan kolaboratif, aktif dan menerapkan pembelajaran yang fleksibel 

Beberapa pendapat para ahli dapat dijadikan referensi dalam mengatasi permasalahan distraksi pembelajaran Gen Z. Solusi Howard Gardner dengan penerapan multiple intelegences, menerapkan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kecerdasan masing-masing peserta didik. Ahli lain seperti Ken Robinson memberikan solusi dengan memperkuat kreativitas dan imajinasi peserta didik, yang harus di akomodir oleh penerapan kurikulum yang tidak kaku. Sementara Mihaly Csikszentmihalyi berpendapat pembelajaran untuk generasi Z yang sesuai adalah pembelajaran yang memanfaatkan konsep Flow, dimana seseorang terlibat sepenuhnya dalam suatu aktivitas dengan  merasa bahagia/puas. Daniel Goleman juga mengusulkan solusi cerdas untuk mengatasi masalah pembelajaran peserta didik dengan memperkuat kecerdasan emosional, yang dapat membantu peserta didik untuk fokus pada pembelajaran dan mengatasi distraksi yang disebabkan oleh faktor emosional.  Solusi dari beberapa ahli lain diantaranya : penggunaan game edukasi, penekanan pentingnya siswa mengatur waktu, cukup tidur dan mendapatkan cahaya matahari. Pengembangan keterampilan sosial emosional serta pembelajaran diberikan sesuai gaya belajar juga menjadi pilihan untuk mengatasi permasalahan. 

Dalam penerapan solusi inovasi oleh beberapa ahli diatas, tentu memerlukan ruang, aturan dan regulasi yang bersinergi untuk mewujudkan  tujuan pendidikan nasional sekaligus memberikan kemerdekaan bagi guru  dalam proses pembelajaran yang melayani perbedaan individual peserta didik. Guru memerlukan seperangkat rencana dengan aturan yang up to date  untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran, terkait standar kompetensi, materi, metode dan evaluasi serta sumber daya yang digunakan dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sudah selayaknya guru diberi ruang gerak yang bebas sekaligus memperhatikan dan mengintegrasikan strategi pendapat ahli dalam mengatasi permasalahan pembelajaran dan menjawab tantangan yang telah disampaikan pada bagian awal 

Solusi  yang mengakomodasi  kemerdekaan bagi guru dalam melayani perbedaan individual peserta didik seakan diberi angin segar dengan diluncurkannya program merdeka belajar dan merdeka berbudaya oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek RI). Kurikulum Merdeka Belajar  menjadi  arah baru transformasi pendidikan yang mengakomodasi beragam upaya guru dalam mengatasi permasalahan pembelajaran Gen Z, sekaligus  mengembangkan interaksi sosial yang sehat dan meningkatkan perkembangan emosional peserta didik. Dengan konsep merdeka belajar dan merdeka berbudaya yang ditawarkan, penulis meyakini tawaran ini  mampu memberikan kebebasan kepada siswa dan masyarakat untuk belajar dan berbudaya dengan cara yang lebih fleksibel dan terbuka. 

Dari paparan permasalahan pembelajaran generasi Z yang telah disampaikan diatas, pemerintah terkait Kemendikbudristek RI menurut penulis telah komperhensif dalam penyesuaian pengembangan kurikulum yang diterapkan. Adanya tawaran implementasi yang diperbolehkan setiap sekolah memilih sesuai kondisi dalam metode IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka), yakni Mandiri  Belajar, Mandiri Berubah serta Mandiri Berbagi menunjukkan fleksibilitas pelaksanaan kurikulum yang telah difikirkan matang sebelum diluncurkan.  Penulis meyakini hal tersebut berdasarkan pemahaman terkait  penulis menjadi NSPB IKM pada Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang telah mempraktikan solusi strategis permasalahan pembelajaran dengan mengikuti alur inovasi sesuai konsep merdeka belajar dan merdeka berbudaya. Pengalaman lainnya adalah saat mendampingi Calon Guru Penggerak , dimana penulis sebagai PP yang mengikuti perjalanan CGP dapat merasakan lompatan pemahaman dan praktik baik dengan kebermanfaatan serta dampak refleksi peserta didik yang baik. setelah guru melaksanakan konsep merdeka belajar dan merdeka berbudaya lewat Program Guru Penggerak.

Keyakinan yang bisa dijadikan acuan yaitu berdasarkan fakta yang telah dipraktikan dalam mengaplikasikan prinsip merdeka belajar, siswa diberi kebebasan untuk memilih cara belajar yang sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing. Tentu saja hal ini dapat membantu siswa untuk lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan meningkatkan motivasi mereka untuk belajar. Selain itu, prinsip ini juga membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan mandiri yang diperlukan di dalam dunia kerja di masa depan. Sedangkan dalam mengimplementasikan  prinsip merdeka berbudaya, siswa diajak untuk memahami dan menghargai budaya yang berbeda-beda. Sangat tepat diterapkan agar dapat membantu siswa untuk lebih terbuka terhadap perbedaan dan mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang dunia. Prinsip ini juga membantu siswa untuk membangun sikap toleransi dan menghargai keberagaman budaya.

Meskipun konsepnya tampak menarik dan menjanjikan, guru tetap harus cerdas menginterpretasikan manfaat dan praktik baik merdeka belajar dan merdeka berbudaya. Penulis telah menguji beberapa konsep penting yang ditawarkan dengan metode penelitian R n D  dalam beberapa langkah yaitu : Uji coba terbatas; FGD; Survey dan Kuisoner; Observasi dalam bentuk  refleksi dan dampak serta Review literatur. Penulis mengakui penelitian yang dilakukan baru tahap awal, belum bisa menarik kesimpulan yang valid dan dapat di generalisasi untuk hasil yang diperoleh. Namun dampak pelaksanaan yang penulis amati dalam mengimplementasikan merdeka belajar dan merdeka berbudaya sudah memunculkan titik terang pemecahan masalah, jika dilakukan dengan konsisten dan berkelanjutan serta menerapkan strategi yang sesuai.  

Berdasarkan pemahaman terkait Implementasi Kurikulum Merdeka, sebagai Narasumber Berbagi Praktik Baik IKM di Platform Merdeka Mengajar, penulis juga sudah mendiseminasikan ke beberapa sekolah. Dampak positif yang dapat dirasakan adalah adanya indikasi positif antusiasme guru-guru untuk berbuat praktik baik IKM di kelas masing-masing. Pembuktiannya adalah ketika mereka lolos untuk menjadi calon Narasumber Berbagi Praktik Baik yang cukup signifikan (di satu sekolah ada yang 33 orang guru lolos tahap awal untuk CNSPB Gelombang 3). Tentu saja keberhasilan mendiseminasikan ini karena dukungan dari berbagai pihak, terutama kepala sekolah sebagai nakhoda utama membawa visi misi sekolah sesuai harapan. Tampaknya kemajuan pendidikan sudah bergerak lebih maju, jika konsep merdeka belajar dan merdeka berbudaya ini sudah dipahami dengan baik oleh guru. 

Dalam pengujian yang telah penulis lakukan, konsep ini mampu menawarkan akses pendidikan dan kebudayaan yang sama bagi semua orang tanpa terkecuali. Selain itu, konsep ini juga mampu menghasilkan hasil berkualitas  yang bermanfaat bagi masyarakat. Tentu saja manfaat positif bisa dirasakan jika konsep mandiri belajar dan mandiri berbudaya diterapkan secara tepat dan terarah. Hal  tersebut dapat dicapai dengan meningkatkan ketersediaan dan kualitas layanan pendidikan dan kebudayaan yang ada, memperkuat peran dan kualitas pendidik, serta meningkatkan keterlibatan masyarakat.

Ada beberapa strategi yang penulis yakini dalam keberhasilan praktik baik pembelajaran dengan dua konsep ini jika dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat Indonesia. Indonesia memiliki kondisi sosial dan budaya yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, praktik  baik merdeka belajar dan merdeka berbudaya harus dilaksanakan dengan mengutamakan aspek budaya dan kontekstual masing-masing daerah. 

Selain itu, implementasi kurikulum  harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. Pemanfaatan teknologi dan informasi harus menjadi bagian penting sehingga dapat membuka akses dan kesempatan yang lebih luas bagi peserta didik dan masyarakat. Hal yang sudah penulis manfaatkan dalam pembelajaran adalah penggunaan website pembelajaran, pemanfaatan aplikasi geogebra dan kalkulator saintifik, ataupun pembelajaran Etnomatika, Hasil yang dirasakan berdampak suasana pembelajaran tidak lagi monoton, dan siswa mengalami situasi pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. 

Dampak logis dari kebermanfaatan mempraktikan prinsip merdeka belajar dan merdeka berbudaya dapat ditinjau dari argumentasi berikut sebagai contoh pada penerapan pembelajaran Etnomatika yang sudah penulis lakukan, yaitu proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan etnografis dan matematis dalam mempelajari budaya dan tradisi matematika dari suatu kelompok etnis atau masyarakat tertentu (Minangkabau). Siswa dapat memahami pembelajaran lewat permainan tradisional Minangkabau yang dimodifikasi yaitu permainan Salawat Dulang dan Baluik Caduang untuk membantu siswa memahami konsep Barisan Aritmatika/Geometri (Pembelajaran Matematika Fase E untuk SMA/SMK). Konsep permainan menggunakan batu kecil/bola/ kacang kedelai yang di lempar dan ditangkap oleh dua tim yang bertanding. Masing masing anggota tim akan melempar dan menangkap batu kecil dengan aturan jumlah batu yang dilempar sesuai dengan banyak masing masing suku barisan Aritmatika/Geometri. Kelompok yang menang adalah kelompok yang bisa mempertahankan pelemparan dan menangkap batu kecil sesuai jumlah suku barisan Aritmatika/Geometri . Beberapa nilai karakter yang dapat dimunculkan dalam merdeka belajar dan merdeka berbudaya diantaranya :  kreativitas, kolaborasi, keberanian, penghargaan budaya dan keterbukaan fikiran. Penghargaan budaya dimunculkan ketika siswa didorong memahampi konsep permainan tradisional, menghargai dan memahami budaya lokal. Keterbukaan fikiran dipicu saat siswa menyelesaikan masalah matematika barisan Aritmatika/Geometri dari beragam variasi cara berfikir teman sekelas maupun dari budaya yang berbeda (di kelas adasiswa  yang bukan berasal dari Sumatera Barat). 

Alternatif lain guru dapat menggunakan teknologi serta mengkombinasikan beberapa strategi agar suasana pembelajaran tidak membosankan. Tentunya semua proses dalam strategi dan pelaksanaan dalam pemanfaatan prinsip merdeka belajar dan merdeka berbudaya tentu harus lebih disempurnakan dan diperbaiki terus menerus sesuai refleksi dan dampak yang dirasakan peserta didik. Kebahagiaan utama bagi guru adalah saat mampu menghantarkan kegembiraan dan kebahagiaan peserta didik saat memahami  konsep pembelajaran.

Untuk menerapkan kedua konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari, tentunya pemahaman yang benar menjadi bagian penting agar memperoleh manfaat dan dampak yang baik  bagi peserta didik dari pelaksanaan yang dilakukan. Beberapa pemahaman komperhensif penulis terkait konsep Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya  yang penulis jadikan acuan dalam membuat perencanaandan dan melaksanakan  pembelajaran  adalah sebagai berikut  : 

  1. Mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran: Konsep merdeka belajar dan merdeka berbudaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan mengadakan diskusi, presentasi atau kegiatan lain yang dapat meningkatkan partisipasi mereka dalam pembelajaran.
  2. Menstimulasi kerjasama antara lembaga pendidikan dan masyarakat: konsep menawarkan kemitraan antara lembaga pendidikan dan masyarakat, seperti organisasi masyarakat, industri atau masyarakat lokal, dapat memperluas kesempatan belajar dan menawarkan berbagai pengalaman kepada masyarakat. Sebagai contoh penulis pernah melakukan kerjasama dengan rekan trainer pembelajaran matematika HOTs dengan Dinas Pendidikan serta Casio PTE LTD untuk mengimbaskan strategi pembelajaran HOTs ke Trainer Provinsi serta Trainer Kota/Kabupaten bahkan menjangkau kepada hampir seluruh Guru Matematika SMA/SMK Se Provinsi Sumatera Barat.
  3. Menyediakan akses ke sumber belajar dan informasi: konsep merdeka belajar dan merdeka berbudaya, dengan belajar bisa dimanapun, kapanpun serta memberikan ruang terjadinya peningkatan  akses publik terhadap sumber belajar dan informasi. Dalam hal ini Kemendikbudristek RI melakukan langkah-langkah strategis dengan memperluas cakupan perpustakaan, menyediakan akses Internet gratis, atau menyediakan akses ke database online informasi berkualitas. Penggunaan dana BOS yang memungkinkan banyak sekolah telah menyediakan fasilitas seperti ini, Disamping itu konsep juga mendorong guru menyediakan informasi yang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk bisa belajar dimanapun dan kapanpun dengan ruang penyimpanan drive guru belajar id yang membuat guru dapat bebas membuatkan web pembelajaran berbasis google sites dan lainnya sebagai sumber informasi pembelajaran yang lengkap dan terarah.
  4. Pengembangan kurikulum inklusif: Konsep merdeka belajar dan merdeka berbudaya  mendorong dan memastikan bahwa semua siswa menerima pendidikan yang memenuhi kebutuhan mereka dan cocok untuk mereka. Dalam kurikulum merdeka wadah untuk ini telah diatur dalam aturan dan regulasi pengembangan program inklusi.
  5. Mempromosikan pengembangan keterampilan budaya: Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan keterampilan budaya mereka, seperti melalui seni dan budaya, dan mendukung kegiatan yang berfokus pada budaya lokal.
  6. Mempromosikan pengembangan komunitas belajar: Bertujuan untuk membentuk komunitas belajar, seperti organisasi pencinta buku atau kelompok diskusi berbasis topik yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembelajaran. Kementrian Pendidikan lewat PMM sangat menghargai terbentuknya beragam komunitas yang dapat membantu penyelesaian masalah pendidikan lewat webinar yang diadakan komunitas yang terbentuk.
  7. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang merdeka belajar dan merdeka berbudaya : Hal ini diupayakan dalam rangka memberikan informasi tentang pentingnya dua konsep tersebut dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Banyak webinar dan program sosialisasi berbasis online dan juga pemahaman komperhensif disediakan oleh Kemendikbudristek RI melalui pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM) dalam meningkatkan pemahaman pelaku pendidikan terkait IKM. Pelatihan mandiri yang semua guru bisa disasar tanpa kecuali dan tanpa perbedaan yang selama ini masih menjadi dilema (yang terpanggil mengikuti pelatihan hanya orang-orang tertentu saja)
  8. Memberikan fleksibilitas dalam pembelajaran : Guru dapat memberikan lebih banyak pilihan dan fleksibilitas kepada siswa dalam memilih topik pembelajaran, cara belajar, dan pengembangan keterampilan. Hal ini dapat membantu siswa untuk lebih merasa termotivasi dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Hal yang pernah penulis lakukan adalah mengintegrasikan permainan serta challenge nalar kritis kepada peserta didik.
  9. Menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa: Guru dapat menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa memiliki peran aktif dalam mengatur pembelajaran mereka sendiri. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator dan pendukung, yang membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar mereka. Penulis juga sudah mempraktikan pembelajaran berdiferensiasi yang mengakomodir beragam kebutuhan siswa, tentunya ativitas pembelajaran berpusat pada peserta didik.

 

Banyak faktor, pendekatan dan strategi  yang diperhatikan dalam memunculkan inovasi pembelajaran yang  optimal bagi generasi Z. Berikut pendapat penulis terkait pengalaman mengajar yang telah dilakukan dalam mengatasi tantangan dan masalah pembelajaran peserta didik generasi Z, sekaligus mengembangkan interaksi sosial yang sehat dan meningkatkan perkembangan emosional peserta didik sesuai konsep merdeka belajar dan merdeka budaya yang telah diuraikan sebelumnya.   Penjelasan praktik baik yang dapat dijadikan dasar pemahaman manfaat prinsip merdeka belajar dan merdeka berbudaya dengan harapan semakin banyak guru dapat mengimplementasikan IKM dengan konsep yang benar dan strategi yang tepat sesuai kebutuhan belajar peserta didiknya masing-masing. Penulis mencontohkan strategi pada pembelajaran Matematika Materi Barisan Aritmatika/Geometri, Fase E untuk tingkat SMA/SMK sederajat. Praktik baik yang telah dilakukan  pada beberapa bagian diuraikan dengan contoh pelaksanaan yang telah dilakukan atau solusi ide pelaksanaan yang dirangkum dalam strategi berikut ini : 

1. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi : Sebagaimana diketahui sesuai konsep merdeka belajar dan merdeka berbudaya, pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi pembelajaran yang menyesuaikan metode, konten, dan proses pembelajaran dengan kebutuhan dan karakteristik siswa yang berbeda. Manfaat dari pembelajaran berdiferensiasi yang telah diuji cobakan diantaranya :

  1. Mengakomodasi perbedaan individu: Dari dampak yang dirasakan, pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan setiap siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan gaya belajarnya sendiri. Hal ini dapat membantu siswa yang memiliki kebutuhan belajar yang berbeda, termasuk siswa yang memiliki kesulitan belajar, siswa yang berbakat, dan siswa yang memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda.
  2. Meningkatkan motivasi siswa: Dengan menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa, pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Siswa yang merasa terlibat dan diakomodasi dalam pembelajaran akan lebih mungkin untuk terlibat aktif dan mengembangkan rasa ingin tahu dan minat terhadap topik yang dipelajari. Penulis pernah memberikan penugasan permainan pelemparan bola dalam memahami materi barisan aritmatika mengakomodir siswa kinestetik dengan melempar bola ke keranjang sesuai banyak nya masing masing suku barisan aritmatika yang ditentukan.
  3. Meningkatkan keberhasilan akademik: Pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu meningkatkan keberhasilan akademik siswa. Dengan menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan karakteristik individu siswa, siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang materi pelajaran dan menghasilkan karya yang lebih baik.
  4. Mengembangkan keterampilan sosial: Pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial siswa, karena memungkinkan siswa untuk bekerja dalam kelompok dengan orang yang memiliki latar belakang, kebutuhan, dan kemampuan yang berbeda. Hal ini dapat membantu siswa belajar bagaimana bekerja dengan orang yang berbeda dan memperkuat keterampilan kerja sama dan komunikasi  dalam pengawasan guru..
  5. Meningkatkan kesadaran budaya: Pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu siswa memahami dan menghargai perbedaan budaya dan pengalaman siswa lain. Dengan menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan latar belakang siswa. Siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang budaya dan pengalaman siswa lain, yang dapat meningkatkan kesadaran budaya. Hal ini pernah penulis lakukan dengan meminta setiap siswa mengunjungi situs budaya pada saat libur dan menceritakan jurnal refleksi didepan teman temannya. Tugas lain juga pernah diberikan saat penugasan proyek P5 pembuatan rumah segitiga dengan nuansa daerah masing-masing dan menerapkan keahlian bidang elektronika dalam pencahayaan rumah yang dibuat. 

2. Penggunaan teknologi yang tepat : yang dapat memudahkan mereka dalam memahami pembelajaran, seperti pemanfaatan media digital video pembelajaran, pembuatan web pembelajaran yang mengakomodir diferensiasi konten dan proses, gambar-gambar menarik dan audio yang dapat memperkaya khazanah pembelajaran dalam rangka mewujudkan pembelajaran bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik. Eksplorasi pemahaman konsep juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi atau pun kalkulator saintifik pada mata pelajaran matematika. Untuk materi lain tentu menyesuaikan dengan konsep teknologi yang akan dimanfaatkan,

3. Mewujudkan pembelajaran yang mengakomodasi terjadinya aktivitas yang menantang dan memiliki imajinasi : seperti pemberian tugas tugas proyek berbasis konten instagram, video youtube, podcast atau pun presentasi dengan memanfaatkan aplikasi Canva. Pemberian tugas dapat memicu mereka untuk termotivasi memahami pembelajaran dalam penyelesaian tugas yang dilakukan. Pemberian tugas  dengan teknik  ini juga menstimulasi kreatifitas dan inovasi peserta didik. Penulis pernah mencobakan dengan pemberian tugas membandingkan model SPLDV yang menawarkan biaya yang lenih ekonomis dengan mengupload hasil tugas di instagram masing-masing, dengan terlebih dahulu mendesain tugas dengan tampilan menarik lewat pemanfaatan Canva dan aplikasi edit konten lainnya.

4. Pemberian tugas disertai dengan tantangan yang disesuaikan dengan kemampuan individu peserta didik : berikan alternatif pilihan tugas yang tersedia dengan pencapaian kompetensi yang sama, biarkan mereka memilih sesuai kemampuan masing-masing. Contoh pemberian tugas yang dapat disesuaikan dengan kemampuan individu peserta didik pada implementasi pembelajaran barisan aritmatika/geometri lewat permainan tradisional baluik caduang/salawat dulang terintegrasi pemanfaatan kalkulator saintifik menggunakan prinsip merdeka belajar dan merdeka berbudaya dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Bagi peserta didik dengan kemampuan matematika yang lebih baik, tugasnya adalah membuat soal sebuah barisan aritmatika/geometri yang sesuai dengan ketentuan permainan tradisional baluik caduang/salawat. Kemudian, mereka memimpin aturan permainan dan menyelesaikan barisan tersebut dengan menggunakan kalkulator saintifik Casio Classwiz.
  2. Bagi peserta didik dengan kemampuan matematika yang sedang atau kurang, tugasnya adalah memahami aturan dan cara bermain dari permainan tradisional baluik caduang/salawat. Kemudian, mereka harus mencoba lewat permainan dan membuat barisan aritmatika/geometri dengan menggunakan bantuan kalkulator saintifik Casio Classwiz sesuai dengan kemampuan mereka. Dilanjutkan dengan membuat dan menyelesaikan soal dengan teknik problem posing (soal dibuat oleh siswa dan diselesaikan sendiri)
  3. Untuk peserta didik dengan kemampuan matematika yang berbeda-beda, tugasnya adalah berkolaborasi dan saling membantu dalam membuat barisan aritmatika/geometri yang sesuai dengan permainan tradisional baluik caduang/salawat. Kemudian, mereka mencoba lewat permainan dan menyelesaikan barisan tersebut dengan menggunakan bantuan kalkulator saintifik Casio Classwiz

Dengan pemberian tugas yang disesuaikan dengan kemampuan individu peserta didik, mereka dapat belajar secara efektif dan efisien serta merasa lebih termotivasi dalam menyelesaikan tugas. Selain itu, pengintegrasian permainan tradisional dan pemanfaatan kalkulator saintifik dulang juga dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menarik.

5. Pemberian umpan balik : berikan umpan balik ataupun hasil tugas-tugas yang dikoreksi segera agar mereka paham tugas yang telah dibuat benar atau masih perlu perbaikan.

6. Pemberian permasalahan pembelajaran kontekstual : pembelajaran yang dihadirkan terhubung dengan kehidupan mereka sehari-hari. Selain membiasakan berliterasi dan numerasi yang baik, juga mereka mudah dalam menangkap inti permasalahan pembelajaran yang diberikan sebagai brainstorming. Berikut contoh pemberian permasalahan pembelajaran kontekstual yang mengintegrasikan prinsip merdeka belajar dan merdeka berbudaya pada materi barisan geometri. 

Permasalahan: 

Seorang arsitek sedang merancang sebuah bangunan dengan menggunakan pola dan struktur geometri. Dia ingin memasukkan barisan geometri ke dalam rancangan bangunan sebagai elemen arsitektur yang menarik. Bagaimana cara merancang barisan geometri yang tepat untuk bangunan tersebut? 

Pembelajaran Kontekstual: Siswa diminta untuk menjadi arsitek junior dan membantu merancang barisan geometri untuk bangunan yang dimaksud. Mereka akan belajar tentang pola dan struktur barisan geometri dan mencari tahu bagaimana cara mengaplikasikan pola tersebut pada rancangan bangunan. Siswa akan bekerja secara mandiri atau dalam kelompok dan menerapkan prinsip merdeka belajar dan merdeka berbudaya dengan melakukan riset dan eksplorasi secara kreatif. 

Kegiatan pembelajaran:

  1. Siswa melakukan riset tentang bangunan-bangunan dengan elemen geometri yang menarik, dan mencari tahu cara desain geometri pada bangunan tersebut.
  2. Siswa menerapkan pengetahuan mereka tentang barisan geometri untuk merancang struktur geometri yang cocok untuk bangunan tersebut. Mereka dapat menggunakan bahan-bahan seperti kertas, krayon, atau aplikasi desain arsitektur.
  3. Siswa berdiskusi dalam kelompok tentang desain masing-masing dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
  4. Siswa melakukan presentasi tentang desain mereka dan memberikan penjelasan tentang struktur geometri yang digunakan dalam rancangan.

Melalui permasalahan pembelajaran kontekstual ini, siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kerjasama dalam lingkungan pembelajaran yang bebas dan terbuka. Prinsip merdeka belajar dan merdeka berbudaya juga dapat membantu siswa memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna, serta mengembangkan pemahaman dan apresiasi mereka terhadap budaya dan seni.

7. Menghadirkan pembelajaran bermakna dengan pengalaman belajar yang menyenangkan : pembelajaran dapat dalam bentuk  permainan. Bentuk permainan seperti game edukatif dan kegiatan kreatif lainnya seperti menyusun puzzle, mencari pasangan gambar yang sesuai masalah yang diberikan ataupun bermain tradisional yang telah penulis jelaskan diawal dalam konsep pembelajaran Etnomatika terintegrasi pemanfaatan teknologi (Kalkulator Saintifik Casio Classwiz) 

8. Berikan latihan yang mendukung kemandirian : problem posing dapat diterapkan dalam beberapa konteks materi pembelajaran, ataupun tugas dalam bentuk quiz dengan aplikasi kahoot yang tidak memungkinkan peserta didik menunggu jawaban teman lainnya. Pilihan-pilihan tugas mandiri lainnya dapat diterapkan seperti : penugasan jurnal dan refleksi, penugasan riset dan eksplorasi mandiri. Berikut strategi yang dapat dilakukan oleh guru (contoh pada mata pelajaran Matematika materi Barisan Geometri) yang menerapkan konsep merdeka belajar dan merdeka berbudaya : 

  1. Mandiri dalam Mencari Sumber Belajar : Latihan ini bertujuan untuk melatih siswa untuk mandiri dalam mencari sumber belajar yang bermanfaat untuk memperdalam pemahaman mereka tentang barisan geometri. Siswa dapat mencari sumber belajar yang beragam, seperti buku, video tutorial, atau artikel online. Setelah mencari sumber belajar, siswa dapat mempresentasikan materi yang mereka pelajari kepada teman sekelas dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi.
  2. Menemukan Pola Barisan Aritmatika/Geometri : Latihan ini melibatkan membuat siswa mandiri dalam menemukan pola dalam barisan geometri. Siswa dapat diminta untuk menemukan pola yang berbeda dalam barisan geometri dan mencoba membuat prediksi tentang angka berikutnya dalam barisan tersebut. Setelah menemukan pola, siswa dapat membandingkan jawaban mereka dengan teman sekelas dan membahas mengapa jawaban mereka berbeda.
  3. Merancang Barisan Aritmatika/Geometri : Latihan ini bertujuan untuk melatih siswa dalam merancang barisan geometri mereka sendiri. Siswa dapat diminta untuk membuat barisan geometri dengan memilih angka awal dan rasio yang sesuai. Setelah merancang barisan geometri, siswa dapat mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dan memberikan kesempatan untuk membahas dan memperbaiki hasil pekerjaan mereka bersama teman sekelas.
  4. Menyelesaikan Masalah dengan Barisan Aritmatika/Geometri : Latihan ini melibatkan siswa dalam menyelesaikan masalah yang melibatkan barisan geometri. Siswa dapat diminta untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan penjumlahan atau pengurangan suku-suku barisan geometri. Setelah menyelesaikan masalah, siswa dapat membandingkan jawaban mereka dengan teman sekelas dan membahas proses penyelesaian masalah.

Dalam semua latihan di atas, siswa diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi dan belajar secara mandiri, sambil tetap didukung oleh guru dan teman sekelas. Selain itu, latihan tersebut juga menghargai keragaman budaya dan kebebasan siswa untuk berpendapat dan berdiskusi dengan teman sekelas.

9. Berikan Latihan yang Mendukung Kolaborasi : Sebagai contoh ide pelaksanaan yang bisa dilakukan guru (belum penulis cobakan) yaitu pembelajaran Etnomatika lewat permainan “Galah Asin” . Salah satu contoh permainan tradisional Minangkabau yang mendukung kolaborasi pada materi barisan aritmatika dengan prinsip merdeka belajar dan merdeka berbudaya adalah permainan "galah panjang" atau yang juga dikenal dengan sebutan "galah asin" dengan informasi sebagai berikut :

  1. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak di Minangkabau dengan menggunakan galah atau tongkat yang panjang. Pada saat permainan dimulai, para pemain akan membentuk lingkaran dan saling melempar galah ke satu sama lain. Setiap kali galah dilempar, pemain harus menyebutkan nomor urutannya dalam barisan aritmatika. Misalnya, jika pemain melempar galah untuk urutan ke-3, maka ia harus mengucapkan angka 3.
  2. Dalam permainan ini, para pemain harus berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik untuk menghitung urutan dalam barisan aritmatika. Mereka juga harus memperhatikan pergerakan galah dan memastikan bahwa setiap nomor dalam barisan diucapkan dengan benar. Selain itu, permainan ini juga mendukung prinsip merdeka belajar karena setiap pemain memiliki kebebasan untuk belajar dan bermain sesuai dengan kemampuan masing-masing. Hal ini juga memperkuat prinsip merdeka berbudaya karena permainan ini merupakan bagian dari budaya Minangkabau yang diwariskan dari generasi ke generasi

Demikian argumentasi penulis terkait kebermanfaatan implementasi merdeka belajar dan merdeka berbudaya, dan juga bagaimana solusi dan strategi guru dalam manfaatkan kedua prinsip tersebut dalam pembelajarannya. Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi, implementasi Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya dengan cara yang tepat akan menjadi solusi yang tepat untuk mengoptimalkan pembelajaran generasi Z. Dengan mengedepankan kebebasan belajar dan keberagaman budaya, diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mampu menumbuhkan kreativitas serta inovasi generasi muda Indonesia. Oleh karena itu, perlu dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak untuk mewujudkan implementasi Merdeka Belajar dan Merdeka Budaya yang efektif dan berkelanjutan.

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Pendidikan

img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pendidikan

Lihat semua