Mahasiswi aktif Program Studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2023. Saya memiliki hobi memasak dan mendengarkan musik.

Refleksi Peran dan Status Perempuan dalam Novel Belenggu karya Armijn Pane

Kamis, 29 Mei 2025 07:28 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Belenggu
Iklan

Novel Belenggu karya Armijn Pane menggambarkan pergulatan perempuan dalam menghadapi patriarki, mencari kebebasan, dan meraih kesetaraan.

Novel Belenggu dianggap sebagai karya sastra modern yang mencerminkan dinamika sosial dan kultural masyarakat Indonesia awal abad ke-20. Novel Belenggu merupakan salah satu karya sastra yang menggambarkan kebebasan tokoh utamanya dalam menyuarakan pandangan kritis terhadap dinamika sosial dan budaya pada era 1930-an.
 
Pasangan suami istri, Sukartono dan Sukartini, digambarkan terjebak dalam kompleksitas dunia modern yang mereka masuki. Keduanya juga kesulitan mengendalikan emosi serta menghadapi ambisi yang tampak terlalu tinggi, yang akhirnya memunculkan sikap individualistis dan egois. Perempuan dihadapkan pada tuntutan untuk menjadi "istri ideal", tetapi juga memiliki keinginan untuk merdeka dan mandiri.
 
Novel ini mengisahkan konflik dalam kehidupan rumah tangga yang berakar dari hubungan cinta yang tidak tulus. Tokoh utamanya adalah Tono, Tini, dan Yah. Tono, seorang dokter, menikahi Tini bukan karena cinta, melainkan karena pesona fisik dan latar pendidikan Tini yang ia anggap sesuai sebagai pendamping hidup. Namun, kenyataan tidak berjalan sesuai harapan. Tini sendiri menikah tanpa perasaan cinta, sehingga ketegangan dan pertengkaran kerap terjadi di antara mereka.
 
Di sisi lain, Yah yang juga dikenal sebagai Nyonya Eni atau Siti Rohayah adalah sosok dari masa lalu Tono. Yah pernah menikah dan bercerai, dan pertemuan kembali antara keduanya menimbulkan nostalgia di tengah krisis rumah tangga Tono. Sementara itu, masa lalu Tini terbongkar; ia pernah menjalin hubungan dengan Hartono, rekan kerja Tono, yang menghilangkan kesuciannya. Konflik semakin memuncak ketika Tini dan Yah akhirnya bertemu. Dalam pertemuan itu, Tini menyadari bahwa Yah lebih pantas untuk Tono dan memilih untuk bercerai.
 
Meskipun Yah sangat mencintai Tono, ia tidak berniat merusak rumah tangga mereka. Pada akhirnya, Tono menyadari kesalahannya dan ingin memperbaiki hubungan dengan Tini. Namun, Tini tetap pada pendiriannya untuk bercerai dan memilih pindah ke Surabaya, sementara Yah memutuskan pergi ke luar negeri untuk melanjutkan hidupnya sebagai penyanyi.
 
Gambaran Peran dan Kedudukan Perempuan dalam Novel Belenggu
 
Novel Belenggu mengisahkan tokoh-tokoh seperti Sukartono, Sumartini, dan Siti Rohayah (Yah) yang berpemikiran modern dan mencerminkan kaum terdidik yang terpengaruh budaya Barat. Konflik utama dalam cerita adalah pencarian jati diri masing-masing tokoh. Berdasarkan dinamika konflik internal dan antar tokoh, novel ini juga dapat dikaji melalui perspektif feminisme liberal, yang menekankan kesetaraan hak dalam pendidikan dan pekerjaan. Ketiga tokoh menjalani hidup secara individualis, tanpa mempertimbangkan kehendak orang lain, yang berujung pada kehampaan dalam kehidupan mereka.
 
Berapa bagian novel Belenggu, terdapat obsesi Tini mengenai pernikahan, peran, dan kedudukan seorang istri di dalamnya. Terlihat pada kutipan berikut.

“Bukan sudah kukatakan dahulu, aku cuma dapat menjadi teman saja, aku tiada dapat menaruh cinta padamu sekarang, sekarang kita sudah kawin, memang laki-laki loba, kesukaannya saja yang diingatnya, engkau mengharapkan cintaku, engkau hendak kupuji, engkau hendak dimanjakan sebagai suami tersayang." (Belenggu: 2008, hlm. 65-66)

Kutipan di atas mengisyaratkan bahwa tindakan Tini semata-mata untuk melepaskan diri dari rasa keterikatan terhadap suaminya, atau mungkin sebagai ungkapan bahwa ia belum benar-benar mencintai Tono. Ia merasa tidak mampu menjalani peran sebagai istri, melainkan hanya bisa menjadi teman bagi Tono. Namun, jika dilihat dari sisi lain, sebenarnya Tini juga mengharapkan pernikahan yang normal seperti pasangan lain, meskipun ia enggan untuk mengakuinya. Keinginannya akan kehidupan rumah tangga yang wajar tampak saat ia menantikan kepulangan Tono, seperti tergambar dalam kutipan berikut.

"Biasanya ia sudah tidur atau sudah berbaring di tempat tidur, seolah-olah sudah tidur nyenyak, tetapi sebenarnya ia menunggu Kartono pulang." (Belenggu: 2008, hlm. 58)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya Tini masih mengharapkan kepulangan suaminya. Hal ini tercermin dari sikapnya saat menolak nasihat yang diberikan oleh Nyonya Rusdio, salah satu ibu panitia bazar, sebagaimana tampak dalam kutipan berikut.

"Memang Tini, kita berlainan paham...” “Seperti langit dan bumi, Ibu!!”. “Aku bukan terlalu kolot.” Tini tertawa, “Saya yang terlalu modern!” “Memang Tini! Kalau di mata kami, tiada baik kalau seorang istri banyak-banyak keluar malam, tidak ditemani suaminya!” matanya memandang Tini dengan tajam." (Belenggu: 2008, hlm. 56-57)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Nyonya Rusdio memiliki pandangan yang moderat atau cenderung netral. Ia tidak sepenuhnya melarang seorang istri untuk keluar rumah. Yang ia tekankan adalah bahwa sebaiknya seorang istri tidak terlalu sering keluar seorang diri, khususnya pada malam hari dan tanpa didampingi suami. Namun demikian, Tini tetap menentang pendapat tersebut, sebagaimana tergambar dalam kutipan berikut.

“Bukankah kakiku juga pergi sendirian? Mengapa aku tidak boleh? Apa bedanya?” Ketika Nyonya Rusdio hendak menyela, katanya. “Dengarlah dahulu. Ibu membedakan perempuan dan laki-laki. Itulah pokok perbedaan paham kaum Ibu dan kami perempuan sekarang." (Belenggu: 2008, hlm. 56-57)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Tini memiliki pandangan bahwa seorang istri seharusnya setara dengan suami dalam kehidupan rumah tangga, termasuk memiliki kebebasan untuk pergi sendiri dan menikmati hidup. Keinginannya untuk menjadi mandiri, seperti yang ia ungkapkan kepada Nyonya Rusdio, mencerminkan sikap yang didorong oleh kesadaran akan martabat dan hak perempuan.
Dalam novel Belenggu, tokoh Tini digambarkan sebagai sosok perempuan berpendidikan yang aktif dalam kegiatan organisasi perempuan dan pernah menghadiri kongres perempuan di Solo. Hal ini terlihat dalam dialog Tini dengan Nyonya Rusdio.

“Kami bimbing nasib kami sendiri, tiada hendak menanti rahmat dari laki-laki.” (Belenggu: 2008, hlm. 56-57)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Tini memiliki pandangan mengenai peran istri yang setara dengan suami tidak ingin diperlakukan berbeda dari laki-laki, memiliki hak untuk menikmati hidup, serta menentukan nasibnya sendiri. Sikap ini mencerminkan kecenderungan Tini terhadap pemikiran feminis. Dorongan di balik sikap tersebut tampaknya merupakan bentuk kompensasi psikologis. Meski aktif dalam organisasi perempuan, keterlibatannya lebih berfokus pada kegiatan seperti bazar dan pengelolaan panti asuhan, bukan pada bidang pendidikan, yang dalam pandangan feminis justru sangat penting untuk mengangkat derajat perempuan agar tidak bergantung pada laki-laki. Keterlibatan Tini dalam kegiatan perempuan tampaknya lebih sebagai bentuk pelarian, mengingat sebelum menikah ia sering dipuji dan dielu-elukan oleh para pemuda di Bandung, dan masih merasa bebas untuk bertindak sesuai keinginannya, menjadi pusat perhatian dalam berbagai pesta.
 
Dapat disimpulkan pula bahwa Tokoh perempuan dalam novel ini, terutama Tini, digambarkan sebagai sosok terdidik dan modern yang berusaha melepaskan diri dari belenggu adat patriarki. Ia memperjuangkan kesetaraan dalam pernikahan, hak untuk menentukan nasib sendiri, serta kebebasan bertindak seperti halnya laki-laki. Namun, perjuangan ini kerap berbenturan dengan norma sosial dan ekspektasi peran istri yang ideal. Melalui konflik batin dan relasi antartokoh, novel ini merefleksikan ketegangan antara nilai-nilai tradisional dan modern, serta kompleksitas identitas perempuan dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan.
 
Referensi
Pane, Amin. (2008). Belenggu.Jakarta: Dian Rakyat.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua