Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Upaya Pembebasan Gender dalam Novel Kehilangan Mustika
Selasa, 27 Mei 2025 09:43 WIB
Upaya pembebasan ketidaksetaraan gender yang dilakukan tokoh utama Hamidah dalam Novel Kehilangan Mestika Karya Fatimah H.D : kajian feminisme.
Gender adalah atribusi sosiokultural yang terkait dengan jenis kelamin tertentu, seberapa kuat pria, dan wanita lemah. Pria adalah pemimpin, sementara wanita adalah pengikut. Pria berada di ruang publik, tetapi peran wanita hanya berada di ruang pribadi (Utaminingsih, 2023). Perbedaan ini menyebabkan perbedaan antara gender, dan perbedaan spesifik gender menciptakan banyak ketidakadilan.
Peningkatan ketidakadilan khusus gender menciptakan gerakan yang disebut feminisme. Gerakan feminis ini lahir atau muncul tahun 1700-an di Amerika Serikat (Wiyatmi, 2012). Feminisme adalah gerakan terorganisir untuk mencapai hak asasi perempuan dengan ideologi perubahan sosial yang bertujuan menciptakan dunia wanita (Wiyatmi, 2012) Inti dari tujuan feminisme adalah menuntut pembebasan atau hak -hak kesetaraan atau keadilan dengan laki -laki (Rohtama et al, 2018).
Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Fatimah H Delais, dengan judul Kehilangan Mestika, banyak yang menggambarkan ketidaksetaraan atau ketidakadilan gender yang dialami tokoh utama yaitu Hamidah. Fatima Hasan Derais, yang dikenal dengan nama Pena Hamida, adalah salah satu tokoh terpenting dalam sejarah sastra Indonesia, terutama sebagai pelopor penulis wanita selama masa kolonial.
Tokoh Hamidah adalah seorang wanita yang lahir di Sumatra Selatan dan berusaha melawan berbagai upaya untuk hak-hak perempuan dengan berbagai macam usaha. Ia selalu menerima cacian ketika memperjuangkan hak -hak perempuan di tanah Sumatra.
Upaya tokoh Hamidah dalam Novel Kehilangan Mestika di dalam bidang pendidikan. Hamidah tampil sebagai wanita progresif yang mengakui pentingnya pendidikan sebagai kunci pembebasan. Dalam konteks feminisme liberal, pendidikan dianggap sebagai hak mendasar bagi perempuan untuk mencapai kesetaraan. Hal ini tercermin dalam tindakan Hamidah tidak hanya berusaha mendidik dirinya sendiri, tetapi juga secara aktif menciptakan ruang belajar untuk perempuan di sekitarnya. Dalam penanggalan nya Hamida menyatakan:
"Inilah yang membuat saya akan mendirikan sebuah perkumpulan bagi kaum ibu. Pendapatku ini kukemukakan, temam-temanku setuju semua.” (KM, 20.)
Di mata masyarakat, pekerjaan wanita hanya di rumah, mereka duduk di dapur dan melayani keluarga dan suami mereka. Perempuan harus memiliki kesempatan untuk bekerja seperti pria di luar rumah Ketidaksetaraan ini tergambar dalam novel Kehilangan Mestika. Hamidah juga dapat bekerja seperti pria, dan wanita dapat memenuhi harapan mereka seperti pria yang ingin membuktikan bahwa perempuan dapat bekerja di bidang kerja mereka.
Dalam kutipan dari novel untuk Kehilangan Mestika, "Hari berikutnya, saya akan mengurus semua pekerjaan dan luasnya kumulai sekali mengajar”.(KM, 18.)
Terlihat Hamidah baru saja memulai perkerjaannya sebagai guru. Hamidah adalah perempuan pertama yang bekerja dan membuka kesempatan untuk gadis dikampungnya. Karena hal ini Hamidah langsung mendapatkan cacian dari masyarakat di kampungnya. Namun, Hamidah tidak peduli dan tetap teguh dalam pekerjaan sebagai seorang pengajar.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Upaya Pembebasan Gender dalam Novel Kehilangan Mustika
Selasa, 27 Mei 2025 09:43 WIB
Perkembangan dan Promblematika Kurikulum Indonesia dari Masa ke Masa
Minggu, 25 Mei 2025 21:55 WIBArtikel Terpopuler