Tubuh dan Ketidakberdayaan: Membaca Namaku Hiroko Karya Nh. Dini
Minggu, 25 Mei 2025 12:31 WIB
Tulisan ini menyoroti pergulatan hidup Hiroko dalam novel Namaku Hiroko karya Nh. Dini, yang menggambarkan bagaimana tubuh dan pilihan perempuan
“Ya. Karena memang kebendaan yang saya cari. Saya tidak ingin hidup dalam kekurangan.” (Namaku Hiroko, hlm. 137)
Novel Namaku Hiroko karya Nh. Dini yang terbit pada tahun 1970-an merupakan salah satu potret paling berani tentang realitas perempuan dalam pusaran tubuh, kuasa, dan ekonomi. Lewat tokoh Hiroko, Nh. Dini mengajak pembaca menyusuri jalan panjang seorang perempuan desa yang datang ke kota dengan harapan, namun justru terperangkap dalam rantai penindasan.
Hiroko adalah perempuan dari desa yang merantau ke kota demi memperbaiki hidup. Namun alih-alih menemukan harapan, ia justru harus bertahan di tengah kerasnya kehidupan urban. Ia memulai sebagai pembantu rumah tangga, tetapi perlakuan kasar dari para majikan memaksanya berpindah-pindah pekerjaan. Dari penjaga toko, ia naik menjadi model, lalu menjadi penari kabaret sebagai pekerjaan sampingan.
Tekanan hidup, kekosongan batin, dan ketidakberdayaan membuat Hiroko mengambil keputusan yang secara moral dipertanyakan. Ia menerima peran sebagai gundik, bukan karena lemah, tetapi karena keadaan terus menekannya dari segala arah. Yukio Kishihara, pria tua berkeluarga, menjadi lelaki pertama yang menjadikannya simpanan. Lalu datang Yoshida suami dari sahabatnya sendiri, Natsuko yang membuat Hiroko mengandung dua anak dari hubungan gelap yang semu.
Lebih dari sekadar tokoh fiksi, Hiroko adalah representasi dari perempuan-perempuan yang dijebak oleh sistem: oleh patriarki, oleh ekonomi, dan oleh moralitas ganda masyarakat. Tubuhnya menjadi medan kuasa dan tawar-menawar. Namun melalui tubuh itu pula, Hiroko bertahan, sekaligus menanggung beban rasa bersalah dan kesepian. walaupun Hiroko pada akhirnya tidak menyesali apa yang ia pilih dalam hidupnya.
Novel ini adalah suara keras namun getir tentang bagaimana perempuan sering kali tidak diberi ruang untuk memilih, melainkan hanya disodori jalan buntu. Nh. Dini dengan keberaniannya membongkar luka-luka sosial yang sering kali menghakimi wanita.
Melalui Namaku Hiroko, kita diajak melihat bahwa perjuangan perempuan bukan hanya tentang emansipasi secara formal, tapi juga tentang upaya bertahan hidup dari hari ke hari, ketika cinta, martabat, dan tubuhnya sendiri tidak sepenuhnya lagi ia miliki.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Identitas yang Terkoyak: Membaca Salah Asuhan sebagai Kritik Kolonialisme
Selasa, 27 Mei 2025 17:30 WIB
Tubuh dan Ketidakberdayaan: Membaca Namaku Hiroko Karya Nh. Dini
Minggu, 25 Mei 2025 12:31 WIBArtikel Terpopuler