Kajian Psikologi Humanistik dalam Cerpen Nasihat-Nasihat Karya A.A. Navis
Senin, 19 Mei 2025 21:12 WIB
Iklan
Cerpen Nasihat-nasihat karya A.A. Navis kaya akan pesan kehidupan, terutama dalam hubungan antara orang tua dan anak.
Cerita ini mengisahkan seorang tokoh tua, seorang ayah yang dikenal bijak, penuh pengalaman, dan dihormati di lingkungannya. Ia sering menjadi tempat bertanya dan mengadu, termasuk bagi Hasibuan, seorang anak muda yang datang dalam kegelisahan.
Nasihat yang diberikan sang ayah tidak hanya berupa arahan langsung, tetapi juga mencerminkan nilai budaya, moral, dan pandangan hidup yang mendalam. Melalui percakapan yang tenang dan penuh pertimbangan, terlihat peran seorang ayah dalam membimbing generasi muda agar tidak tersesat menghadapi persoalan hidup.
Gaya penceritaannya yang lugas dan menyentuh, menjadikan cerpen ini relevan untuk direnungkan oleh berbagai kalangan. Kisah ini mengingatkan pembaca akan pentingnya peran orang tua dalam membentuk karakter dan arah hidup anak. Di tengah tantangan hidup yang sering muncul, nasihat-nasihat bijak seperti ini selalu menjadi pelita yang menerangi jalan gelap penuh keraguan.
Untuk memahami kedalaman karakter tokoh tua dalam cerpen ini, analisis akan menggunakan pendekatan teori psikologi dari Abraham Maslow, khususnya teori hierarki kebutuhan. Maslow dalam Minderop (2010), menjelaskan bahwa manusia memiliki lima tingkat kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar hingga kebutuhan tertinggi, yaitu aktualisasi diri. Dalam cerpen Nasihat-Nasihat, fokus diarahkan pada kebutuhan akan harga diri yang tercermin jelas dalam karakter ayah Hasibuan. T
okoh ini memperlihatkan dirinya sebagai sosok yang dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh orang-orang di sekitarnya karena kebijaksanaannya dalam memberi nasihat. Ia merasa bertanggung jawab secara moral untuk membimbing generasi muda yang sekaligus mencerminkan kebutuhannya untuk diakui dan dipercaya. Harga diri tokoh tua ini tidak hanya muncul dari penghormatan orang lain, tetapi juga dari keyakinannya terhadap nilai-nilai hidup yang ia anut.
Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan psikologisnya terpenuhi melalui peran sosial dan spiritual yang ia jalankan. Dengan demikian, analisis ini akan menyoroti cara tindakan dan perkataan tokoh tua yang mencerminkan pemenuhan kebutuhan harga diri menurut teori Maslow.
Kebutuhan akan Harga diri.
Menurut Maslow sebagaimana dikutip Trygu (2021), kebutuhan akan harga diri merupakan tahap keempat dalam hierarki kebutuhan manusia. Pada tahap ini, individu tidak hanya menginginkan penghargaan terhadap diri sendiri, seperti kepercayaan diri, kemampuan, keterampilan, dan keberhasilan pribadi, tetapi juga menginginkan adanya pengakuan, penghormatan, serta penghargaan dari orang lain.
Pemenuhan kebutuhan ini akan mendorong seseorang untuk merasa bernilai, percaya diri, dan memiliki identitas diri yang kuat. Sebaliknya, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, seseorang dapat mengalami rasa rendah diri, tidak percaya diri, hingga merasa tidak dihargai dalam lingkungan sosialnya. Kebutuhan akan harga diri tidak hanya berkaitan dengan pencapaian secara materi atau status sosial, tetapi juga mencakup kebutuhan untuk merasa bermakna dan berperan dalam kehidupan orang lain.
Oleh karena itu, pada tahap ini manusia terdorong untuk melakukan sesuatu yang bernilai, agar keberadaannya diakui dan diapresiasi. Dalam konteks sastra, khususnya saat menganalisis karakter dalam cerita, kebutuhan harga diri ini tercermin melalui perasaan tokoh yang dihargai atau diakui oleh lingkungan sosialnya, serta cara ia memahami peran dan keberadaannya dalam interaksi sosial. Dengan demikian, kebutuhan akan harga diri menurut Maslow tidak hanya penting bagi keseimbangan psikologis seseorang, tetapi juga menjadi landasan dalam membangun karakter yang utuh dan dihormati dalam masyarakat.
Melalui penjelasan di atas, dapat ditemukan kutipan yang mencerminkan wujud kebutuhan akan harga diri melalui sikap penghargaan terhadap sosok yang dihormati, dalam hal ini orang tua. Berikut ini kutipannya:
“Nasihat orang tua itu selamanya berharga. Karena itu, setiap orang tak berani memulai sesuatu sebelum diminta nasihatnya. Dan jikalau orang lupa meminta nasihat ke-padanya, mereka itu merasa berdosa sekali. Dan was-was timbul dalam hati.” (Halaman 27)
Kutipan tersebut memperlihatkan peran tokoh orang tua dalam cerpen Nasihat-Nasihat karya A.A. Navis sebagai sosok yang sangat dihormati dan dijadikan panutan oleh orang-orang di sekitarnya. Kalimat “Nasihat orang tua itu selamanya berharga” menunjukkan adanya pengakuan yang mendalam terhadap kebijaksanaan dan pengalaman hidup ayah Hasibuan.
Dalam konteks teori kebutuhan akan harga diri menurut Abraham Maslow, hal ini mencerminkan bahwa tokoh telah memenuhi salah satu kebutuhan penting dalam hierarki psikologisnya, yakni kebutuhan untuk merasa dihargai dan diakui secara sosial. Sikap masyarakat yang “tak berani memulai sesuatu sebelum diminta nasihatnya” menunjukkan penghormatan tinggi kepada orang tua tersebut karena dianggap memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan. Ia bukan hanya sekadar orang tua dalam struktur keluarga, tetapi juga menjadi simbol kebijaksanaan yang dipercayai mampu memberikan arahan yang tepat.
Ini menunjukkan bahwa harga diri tokoh tersebut dibangun bukan dari status materi atau kedudukan formal, melainkan dari kualitas moral dan pengetahuan yang ia miliki, serta kontribusinya dalam kehidupan sosial. Pengakuan semacam ini sangat penting dalam membentuk kepercayaan diri yang stabil dan identitas diri yang kuat sebagaimana dijelaskan Maslow.
Pernyataan “... jikalau orang lupa meminta nasihat kepadanya, mereka itu merasa berdosa sekali. Dan was-was timbul dalam hati” memperkuat posisi tokoh tua sebagai sumber moral dan spiritual dalam lingkungannya. Rasa bersalah yang muncul ketika nasihatnya dilupakan menunjukkan bahwa keberadaannya tidak hanya dihargai secara formal, tetapi telah menjadi bagian dari nilai dan tatanan hidup masyarakat.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan harga diri, tokoh tua dalam cerpen ini terlihat telah mencapai tahap ketika ia meyakini nilai-nilai yang dianutnya, sekaligus memperoleh pengakuan sosial atas peran yang dijalankannya. Ia merasa bermakna karena menjadi tempat bertanya dan berbagi. Kepercayaan yang diberikan orang lain padanya secara tidak langsung memperkuat identitas dirinya sebagai sosok yang bijaksana dan dibutuhkan.
“Pada setiap perkumpulan namanya pastilah tercantum sebagai penasihat... Dan tak satu pun dari perkumpulan itu yang menolak.” (Halaman 28)
Kutipan ini menggambarkan bahwa tokoh orang tua dalam cerpen Nasihat-Nasihat telah mencapai tahap pemenuhan kebutuhan akan harga diri sebagaimana dijelaskan dalam teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Dalam kutipan tersebut, pernyataan bahwa “pada setiap perkumpulan namanya pastilah tercantum sebagai penasihat” dan “tak satu pun dari perkumpulan itu yang menolak” menunjukkan bahwa tokoh ini mendapatkan pengakuan sosial yang tinggi dari lingkungannya.
Ia tidak hanya dihargai karena kebijaksanaannya, tetapi juga dipercaya untuk memberikan arahan dan nasihat dalam berbagai kelompok sosial. Keberadaan namanya sebagai penasihat tetap dan tidak pernah ditolak mencerminkan bahwa masyarakat menilai keberadaan tokoh tersebut sangat penting dan bernilai, serta memiliki kontribusi yang signifikan dalam kehidupan bersama. Dalam konteks kebutuhan akan harga diri, hal ini mencakup dua aspek utama, yaitu penghargaan dari diri sendiri (internal) dan penghargaan dari orang lain (eksternal).
Tokoh orang tua terlihat telah memenuhi keduanya. Ia memiliki keyakinan atas nilai dan kemampuannya dalam memberikan pandangan hidup yang menguatkan harga dirinya. Sementara itu, kepercayaan masyarakat yang secara konsisten menjadikannya penasihat menunjukkan adanya penghormatan, pengakuan, dan penghargaan dari lingkungan sosial yang memperkuat harga diri sosial. Dengan demikian, kutipan ini tidak hanya memperlihatkan bahwa tokoh tersebut dihormati, tetapi juga menegaskan bahwa kebutuhan psikologisnya untuk merasa bermakna, dihargai, dan diakui telah terpenuhi secara utuh.
Hal ini menjadi dasar kuat bagi terbentuknya kepribadian yang kuat dan dihormati, serta menunjukkan bahwa peran sosial dapat menjadi sarana penting dalam pencapaian harga diri seseorang.
“Aku sudah tua. Sudah banyak pengalaman. Aku sudah mengerti benar segala sifat dan fiil manusia. Bahkan dari setiap muka seseorang aku dapat membaca segalanya. Tentang itu aku takkan silap. Percayalah." "Percayalah kepadaku, orang tua yang sudah banyak pengalaman ini.” (Halaman 29)
Kutipan ini menggambarkan kebutuhan akan harga diri yang sangat kuat dalam diri tokoh orang tua. Dalam pernyataan “Aku sudah tua. Sudah banyak pengalaman. Aku sudah mengerti benar segala sifat dan fiil manusia. Bahkan dari setiap muka seseorang aku dapat membaca segalanya”, tokoh ini menunjukkan rasa percaya diri yang besar terhadap kemampuannya. Ia menganggap dirinya telah mengumpulkan banyak pengalaman sepanjang hidup, dan pengalaman tersebut memberikan keyakinan bahwa ia memiliki pemahaman yang mendalam tentang sifat manusia.
Selanjutnya, ketika tokoh berkata “Percayalah kepadaku, orang tua yang sudah banyak pengalaman ini”, ia tidak hanya menunjukkan kepercayaan diri, tetapi juga menginginkan agar orang lain, terutama yang lebih muda, menghormati dan mempercayainya sebagai sosok bijak dan berpengalaman. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh ingin dihormati, dipercaya, dan diakui oleh orang-orang di sekitarnya sebagai bentuk pemenuhan rasa dihargai dari luar dirinya.
Kutipan ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan harga diri tokoh terpenuhi dari dua sisi, yaitu dari dalam dirinya sendiri maupun orang lain. Ia merasa percaya diri karena memiliki banyak pengalaman dan merasa mampu memberi nasihat yang baik. Di saat yang sama, ia juga ingin dipercaya dan dihargai oleh orang-orang di sekitarnya. Kedua hal ini saling melengkapi dan membuatnya merasa berharga, serta memiliki makna dalam hidup.
Dengan demikian, kutipan ini menunjukkan bahwa tokoh orang tua telah mencapai pemenuhan kebutuhan akan harga diri menurut teori Maslow. Ia merasa dihargai dan percaya diri karena pengalamannya yang luas, dan ia juga menginginkan pengakuan, serta kepercayaan dari orang lain. Kebutuhan harga diri yang terpenuhi membuat seseorang mampu menjalankan peran sosialnya secara kuat dan memberi nasihat dengan bijak, serta penuh tanggung jawab.
"Nasihat-ku, nasihat orang tua. Nasihat orang tua pasti benar, karena orang tua itu telah lama hidup dan banyak pengalaman.” (Halaman 30)
Kutipan tersebut merepresentasikan bentuk pemenuhan kebutuhan akan harga diri sebagaimana dijelaskan dalam teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Dalam kutipan ini, tokoh orang tua menunjukkan kepercayaan penuh terhadap nilai dan kebenaran dari nasihat yang ia berikan. Pernyataan “nasihat orang tua pasti benar” mencerminkan keyakinan kuat terhadap kemampuan dan kebijaksanaan dirinya sendiri. Ini mencerminkan harga diri secara internal, yaitu keyakinan bahwa dirinya kompeten, berpengalaman, dan layak dipercaya. Ia percaya bahwa pengalaman hidupnya telah menjadi dasar yang kuat bagi pendapat dan nasihatnya.
Keyakinan tersebut menunjukkan bahwa ia tak lagi meragukan diri, melainkan merasa layak untuk didengar dan dijadikan panutan. Di sisi lain, kutipan ini juga menunjukkan bahwa tokoh tersebut mengharapkan pengakuan dari orang lain. Dengan mengatakan “nasihat orang tua pasti benar", ia ingin agar orang lain, khususnya anak muda, menghargai dan menerima nasihatnya sebagai sesuatu yang penting dan pantas didengarkan. Ia menginginkan penghargaan dan penerimaan dari masyarakat terhadap perannya sebagai orang tua dan pemberi nasihat. Ini menunjukkan bahwa tokoh berusaha memenuhi kebutuhan harga diri eksternalnya dengan ingin dihargai sebagai sosok yang memiliki pandangan moral yang kuat dan pengalaman hidup yang bisa dijadikan teladan.
Pernyataan ini juga mencerminkan adanya pengaruh status sosial dalam proses pemenuhan harga diri. Sebagai orang tua, ia merasa memiliki kedudukan yang secara sosial dan kultural diakui sebagai sumber kearifan. Identitasnya sebagai "orang tua" menjadi dasar untuk dihormati dan didengarkan. Hal ini relevan dengan budaya bersama yang menghargai pengalaman dan usia sebagai tanda kebijaksanaan. Dengan demikian, kutipan ini mencerminkan bahwa tokoh orang tua telah mencapai tahap pemenuhan kebutuhan harga diri secara menyeluruh yang memiliki keyakinan akan nilai dirinya dan mengharapkan pengakuan, serta penghargaan dari orang lain.
“Kau masih muda. Sedang aku sudah tua. Sudah lama hidup dan banyak pengalaman. Aku sudah tahu betul akan kongkalikong hidup manusia ini." (Halaman 33)
Kutipan menggambarkan pemenuhan kebutuhan akan harga diri dari tokoh orang tua dalam cerpen Nasihat-Nasihat, berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Kutipan ini menunjukkan keyakinan tokoh orang tua terhadap harga dirinya yang didasari oleh pengalaman hidup panjang dan pemahaman mendalam tentang kehidupan. Dengan menyatakan bahwa ia “sudah tahu betul akan kongkalikong hidup manusia ini”, tokoh orang tua menunjukkan pemahaman matang dan pengalaman berharga yang menjadi dasar kewibawaan dan kebijaksanaannya.
Keyakinan ini mencerminkan pemenuhan kebutuhan harga diri melalui kepercayaan diri dan keyakinan atas kemampuan yang diperoleh dari pengalaman hidupnya. Di sisi lain, kutipan ini juga menyiratkan harga diri yang berhubungan dengan pandangan orang lain terhadap tokoh orang tua tersebut. Dengan membandingkan dirinya yang sudah "lama hidup" dan memiliki banyak pengalaman dengan generasi muda yang belum memiliki pengalaman serupa, tokoh ini seakan menegaskan bahwa penilaiannya lebih dapat diandalkan dan layak dihormati. Ini adalah upaya untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain atas pengalaman dan kebijaksanaannya. Perasaan dihargai oleh orang lain sebagai sumber pengetahuan dan bimbingan menjadi bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan harga diri eksternal tokoh orang tua tersebut.
Kutipan ini menunjukkan bahwa tokoh orang tua merasa pengalamannya memberinya pemahaman yang lebih baik tentang dunia, sehingga ia dihormati dan merasa berharga dalam masyarakat. Ini mengindikasikan bahwa harga diri tokoh erat kaitannya dengan peran sosialnya sebagai penasihat yang dihormati. Secara keseluruhan, kutipan ini menggambarkan pemenuhan kebutuhan akan harga diri baik dari segi internal (kepercayaan diri dan keyakinan terhadap kemampuan) maupun eksternal (penghargaan dan pengakuan dari orang lain). Tokoh orang tua ini merasa bahwa dengan usia dan pengalaman yang dimilikinya, ia berhak mendapatkan penghormatan dan diakui sebagai sumber kebijaksanaan.
“Dipandangnya Hasibuan tenang-tenang, dengan perasaan hati yang puas akan keunggulan dirinya. Tapi kemudian ia meneruskan menambah keunggulannya.” (Halaman 33)
Kutipan tersebut menggambarkan pemenuhan kebutuhan akan harga diri yang kuat dalam diri tokoh orang tua dalam cerpen Nasihat-Nasihat. Dalam kutipan ini, tokoh orang tua merasakan kepuasan batin terhadap keunggulan dirinya sendiri yang menunjukkan bahwa ia memiliki rasa percaya diri tinggi. Perasaan puas ini mencerminkan bahwa ia menyadari posisi atau kualitas diri yang dianggap lebih baik dibandingkan orang lain, dalam hal ini Hasibuan. Ini merupakan bentuk penghargaan dari dalam diri sendiri (internal self-esteem), yaitu ketika seseorang merasa bangga terhadap pencapaiannya, kemampuan, atau kelebihannya.
Selain itu, tindakan tokoh yang “meneruskan menambah keunggulannya” menunjukkan adanya dorongan untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan penghargaan tersebut, baik dari dirinya sendiri maupun dari lingkungan sosialnya. Hal ini mencerminkan kebutuhan akan pengakuan dan validasi dari luar (external self-esteem), tokoh ingin terus membuktikan bahwa ia layak dihormati dan dianggap lebih unggul.
Dengan demikian, kutipan ini memperlihatkan bahwa tokoh tidak hanya telah memenuhi kebutuhan harga diri, tetapi juga terus berusaha memperkuatnya. Ia ingin mempertahankan citra diri yang kuat, dihargai, dan unggul di hadapan orang lain. Ini menunjukkan bahwa harga diri bukan hanya tentang merasa cukup, tetapi juga tentang mempertahankan dan mengembangkan posisi diri yang dianggap bernilai dalam kehidupan sosial.
Penutup
Sebagai penutup, cerpen Nasihat-Nasihat karya A.A. Navis menggambarkan dengan jelas pentingnya peran orang tua dalam membentuk karakter dan kehidupan anak, serta pemenuhan kebutuhan psikologis melalui pengakuan sosial dan harga diri. Melalui karakter ayah Hasibuan yang bijaksana, cerpen ini menekankan bahwa kebijaksanaan yang diperoleh melalui pengalaman hidup tidak hanya memberikan dampak positif bagi individu, tetapi juga bagi orang lain di sekitarnya.
Dalam konteks teori Maslow, karakter ayah ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan harga diri, baik secara internal melalui keyakinan pada diri sendiri maupun secara eksternal melalui pengakuan dari masyarakat merupakan kunci dalam mencapai keseimbangan psikologis yang memungkinkan seseorang menjalankan peran sosial dengan baik. Dengan demikian, cerpen ini tidak hanya memberikan pesan moral tentang kebijaksanaan orang tua, tetapi juga menyampaikan pentingnya pengakuan sosial dalam membentuk harga diri yang seimbang dan menguatkan identitas diri.
Daftar Pustaka
Minderop, Albertine. (2010). Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Navis, A.A. (1986). Robohnya Surau Kami. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Trygu. (2021). Teori Motivasi Abraham H. Maslow dan Hubungannya dengan Minat Belajar Matematika Siswa. Bogor: Guepedia.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Pertarungan Batin dalam Novel Namaku Hiroko: Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud
Senin, 26 Mei 2025 21:58 WIB
Transendensi Feminin Tokoh Midah dalam Novel Midah Si Manis Bergigi Emas
Minggu, 25 Mei 2025 15:13 WIBArtikel Terpopuler