Lahir, Bandar Lampung, Sekolah dan nyantri di Pesantren, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sekarang Aktif Berkaligrafi dan menulis Puisi.
Menandai Strategi Perubahan Politik Dalam Ide Feminisme
Sabtu, 8 Maret 2025 11:10 WIB
Feminisme sebagai gerakan sosial-politik telah mengalami transformasi signifikan sejak kemunculannya.
Merayakan Uban, Simon de Beauvoir
Puisi "Merayakan Uban, Simon de Beauvoir" yang saya sajikan merangkum dengan indah perjuangan pemikiran feminis dalam konteks budaya yang berbeda. Simone de Beauvoir, sebagai salah satu pioner feminisme modern, memang menjadi tonggak penting dalam evolusi gerakan ini.
Feminisme sebagai gerakan sosial-politik telah mengalami transformasi signifikan sejak kemunculannya. Dari perjuangan hak pilih pada gelombang pertama hingga eksplorasi identitas pada era kontemporer, strategi politik feminisme terus beradaptasi. Salah satu perubahan fundamental adalah penggeseran dari pendekatan yang melihat perempuan sebagai kategori universal menjadi pengakuan atas keberagaman pengalaman perempuan berdasarkan ras, kelas, dan geografi.
Pemikiran de Beauvoir bahwa "seseorang tidak dilahirkan, tetapi menjadi perempuan" membuka ruang diskusi tentang konstruksi sosial gender. Hal ini menandai strategi politik yang melihat perubahan bukan hanya pada level kebijakan, tetapi juga pada struktur budaya yang lebih dalam. Pembongkaran narasi "kodrat" membuka jalan bagi partisipasi perempuan di ruang-ruang yang sebelumnya eksklusif untuk laki-laki.
Strategi politik feminisme kontemporer bergerak melampaui dikotomi publik-privat. Slogan "personal is political" menggarisbawahi bagaimana relasi kuasa terjadi tidak hanya di lembaga-lembaga formal, tetapi juga dalam hubungan interpersonal sehari-hari. Ini memperlihatkan bahwa perubahan politik harus menyentuh aspek kehidupan yang sebelumnya dianggap "alamiah" atau "pribadi", seperti pembagian kerja domestik dan otonomi tubuh.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, strategi feminisme mengalami kontekstualisasi yang menarik. Seperti tersirat dalam puisi ini, feminisme di Indonesia berhadapan dengan tantangan unik—interaksi antara nilai-nilai lokal, agama, dan modernitas. Strategi politik feminisme Indonesia tidak semata-mata mengadopsi model Barat, tetapi melakukan negosiasi dengan realitas lokal.
Aliansi politik menjadi strategi kunci dalam pergerakan feminisme kontemporer. Menyadari bahwa patriarki berkaitan erat dengan sistem opresi lainnya seperti kapitalisme, rasisme, dan kolonialisme, feminisme membentuk solidaritas dengan gerakan-gerakan keadilan sosial lainnya. Pendekatan interseksional ini memperluas cakupan perubahan politik yang dibayangkan.
Namun, tantangan tetap ada. Seperti dilukiskan dalam puisi ini, egoisme yang berakar dalam nalar patriarki terus menghadirkan resistensi. Meskipun demikian, kesadaran kritis yang semakin luas menjanjikan perubahan berkelanjutan. Dari "penonton panggung keadilan dan feminisme", semakin banyak yang bergeser menjadi partisipan aktif perubahan.
Strategi politik feminisme akhirnya bukan sekadar tentang memperjuangkan kesetaraan formal, tetapi mentransformasi cara kita memahami dan mengorganisir masyarakat secara fundamental. Ini adalah proyek jangka panjang yang membutuhkan keterlibatan semua pihak—termasuk laki-laki—dalam membayangkan dan menciptakan dunia yang lebih adil.
-------------------------------------------------------
*A.W. Al-faiz, Lahir, di Tanjung Karang, 07 April 1984, Sekolah dan nyantri di Pesantren La-Tansa Mashiro, Cipanas, Lebak, Banten, Pada Tahun 2002 Berkuliah Di UIN Syarif Hidayatullah, di Jurusan Sejarah Peradaban Islam, dengan, mengajukan tugas akhir - Sejarah Ummat Islam 1984. Sekarang Aktif Berkaligrafi dan menulis puisi.

Penulis Indonesiana
5 Pengikut
Artikel Terpopuler