Antara Kenyamanan dan Keterbatasan Penggunaan Jamban
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBkenyamanan masyarakat buang air besar di tepi laut dan keterbatsan ekonomi masyarakat dalam membangun jamban menjadi faktor rendahnya kepemilikan jamban
Masyarakat di Kecamatan Sulabesi Barat sebahagian besar tidak memiliki jamban di rumah. Biaya pembuatan jamban cukup besar menjadi salah satu alasan mereka untuk tidak membuat jamban di rumah sementara itu terdapat kebutuhan lainnya yang lebih prioritas dibandingkan membuat jamban di rumah. Masyarakat di Kecamatan Sulabesi Barat juga percaya bahwa mereka walaupun tidak memiliki jamban didalam rumah tetap dapat Buang Air Besar (BAB) baik itu numpang Buang Air Besar (BAB) di rumah tetangga, rumah keluarga ataupun Buang Air Besar (BAB) di pinggir pantai.
Anak-anak tanpa ragu untuk melakukan buang Buang Air Besar (BAB) di pinggir pantai untuk setiap waktu ketika mereka sudah merasakan gejala-gajala akan Buang Air Besar (BAB). Untuk orang dewasa cenderung Buang Air Besar (BAB) numpang di rumah tetangga atau rumah keluarga jika terjadi sesak Buang Air Besar (BAB) di siang hari atau malam hari ketika rumah masyarakat masih terbuka tetapi jika rumah masyarakat belum terbuka maka orang dewasa akan berbondong-bondong pergi ke pantai pada subuh hari untuk Buang Air Besar (BAB).
Kegiatan Buang Air Besar (BAB) mereka lakukan di pinggir pantai karena menurut masyarakat di Kecamatan Sulabesi Barat mereka kotoran yang mereka keluarkan akan terbawa ombak pantai sehingga tidak akan meninggalkan jejak. Masyarakat juga sering berpesan sambil tertawa kepada para pendatang untuk berhati-hati ketika berjalan atau duduk di pagi hari karena banyak terdapat ranjau (kotoran feses) di pinggir pantai. Sebenarnya di Kecamatan Sulabesi Barat terdapat jamban umum yang dibangun hasil kerja sama pihak desa dan Puskesmas Kabau namun jamban tersebut cenderung tidak digunakan. Tidak digunakannya jamban di Kecamatan Sulabesi Barat disebabkan pembuatan jamban yang jauh dari air sehingga mereka merasa kesulitan untuk membersihkan kotoran mereka dan pembangunan jamban yang terletak disamping rumah-rumah sehingga mereka merasa malu jika mereka akan menggunakan jamban karena dapat dilihat oleh orang-orang.
Saat ini jamban umum yang dibangun cenderung sudah rusak dan tidak dapat dipergunakan kembali. Pintu jamban yang sudah rusak dan lantai serta kloset yang sudah sangat kotor membuat masyarakat tidak mau menggunakan jamban umum kembali. Jika tedapat rumah tangga yang tidak memiliki jamban dirumah mereka maka pada umumnya akan menumpang untuk Buang Air Besar (BAB) di jamban tempat saudara mereka yang rumahnya tidak jauh dari rumah mereka dan terdapat juga jamban umum yang dapat digunakan oleh beberapa rumah tangga yang tidak memiliki jamban dirumahnya.
Masyarakat di Kecamatan Sulabesi Barat pada umumnya tidak memiliki jamban di setiap rumah, masyarakat yang memiliki jamban pada umumnya berbentuk leher angsa dan penampungan kotorannya menggunakan septic tankakan tetapi terdapat juga jamban cemplung yang pembuangan kotorannya langsung ke laut .Masyarakat di Kecamatan Sulabesi Barat memiliki kepercayaan jamban berfungsi untuk tempat membuang kotoran serta menghindari malu di lihat orang ketika membuang kotoran. Hasil pengamatan yang dilakukan Kecamatan Sulabesi Barat terhadap beberapa jamban di rumah tangga yang dikunjungi menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat tidak terlalu memperhatikan kebersihan kamar mandi dan jamban mereka, kamar mandi dan jamban terlihat lembab dan berlumut yang disebabkan kamar mandi dan jamban jarang disikat terkecuali untuk kompleks rumah dinas tenaga kesehatan maupun pegawai pemerintah yang jambannya sudah terawat dan bersih. Masyarakat di Kecamatan Sulabesi Barat beranggapan dengan memiliki jamban di rumah, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat mereka sehat dan tidak perlu Buang Air Besar (BAB) sembarangan lagi.
Ketersediaan jamban didalam rumah ataupun WC umum yang berada didekat rumah ternyata tidak membuat seluruh masyarakat melakukan Buang Air Besar (BAB) di jamban ataupun WC umum. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan disekitar waduk telaga Desa Kabau ternyata masih terdapat masyarakat yang Buang Air Besar (BAB) di pinggir waduk, hal ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya kotoran feses di pinggir waduk. Untuk anak-anak yang memiliki rumah dipinggir pantai di Kecamatan Sulabesi Barat cenderung Buang Air Besar (BAB) di tepi pantai setiap pagi hari karena dinilai praktis dan tidak ada orang yang melihat serta kotoran mereka juga akan terbawa oleh air laut.
Perilaku masyarakat yang masih Buang Air Besar (BAB) di pinggir pantai maupun di pinggiran waduk akan mencemar sumber air yang ada disekitarnya yang pada umumnya masih digunakan masyarakat lainnya untuk mandi disore hari. Perilaku masyarakat yang masih Buang Air Besar (BAB) di pinggir pantai maupun di pinggiran waduk juga akan membuat lingkungan menjadi kotor dan tidak bersih sehingga akan dapat mengundang datangnya berbagai vektor penyakit seperti lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera disentri, thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan.
Jamban yang tidak ada didalam rumah disebabkan keterbatasan dana yang terjadi pada beberapa keluarga untuk membangun jamban . Untuk beberapa rumah lainnya yang tidak memiliki jamban disebabkan rumah yang mereka tempati bangunannya masih menumpang ditanah orang lain sehingga jika sudah membangun rumah ditanah sendiri barulah mereka akan membangun jamban dirumah mereka sendiri. Pihak kepala desa di Kecamatan Sulabesi Barat sudah mengajukan proposal ke pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Sula dan pemerintah Provinsi Maluku Utara untuk pembangunan rumah yang layak sebanyak 20 rumah di setiap desa dengan harapan rumah yang akan dibangun juga akan mendapatkan bantuan pembuatan jamban didalamnya namun hingga kini belum mendapatkan tanggapan serius tentang kepemilikan jamban di Kecamatan Sulabesi Barat
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Antara Kenyamanan dan Keterbatasan Penggunaan Jamban
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler