Anda yang sekarang sama dengan anda 5 tahun lagi, kecuali 2 hal, buku yang anda baca dan orang yang anda jumpai
Generasi Kenyang tapi Tak Kritis: Sumpah Pemuda yang Harus Diluruskan
7 jam lalu
Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Pola Makan anak Usia Sekolah
Figur politik memang lihai membangun memori positif yang ditanamkan ke generasi berikutnya yang mudah dikenang.
***
Semalam saya menginap di kantor bukan karena tuntutan pekerjaan, tetapi sedang di fase ide justru bermekaran saat gelap. Pagi harinya saya langsung pulang. Sudah dua hari tidak bertemu ponakan bontotku. Sejak sehari sebelumnya jadi baby sitter dadakan dan membawanya ke kantor, kami tidak sempat bercengkerama lagi. Saya rindu sekali dengan celetukan-celetukan randomnya yang selalu bikin ketawa.
Begitu tiba di rumah, kulihat ia baru pulang sekolah. Kuawali dengan pertanyaan khas orang dewasa yang ingin akrab, “Sudah makan?” Tanpa menjawab dengan kata, ia spontan merogoh kedua saku bajunya kanan dan kiri. Ternyata, ia mengeluarkan masing-masing satu telur puyuh dari setiap kantong. Saya kaget lalu tertawa, “Itu mi lagi?” Dia mengangguk mantap. Saya lanjut bertanya, “Terus apa lagi yang kau makan?” Ia menjawab lantang, “Nasi kuning, sayur jagung!” Pertanyaan terakhirku, “Kenyang jiko?” Ia mengangguk lagi, lebih semangat, “Iye, kenyang ja!”
Lalu pertanyaan polos itu datang, mengguncang pikiranku:“Kita ia dulu pas sekolah dapatki makan gratis juga?” Saya menggeleng. Ia menimpali: “Sampai ta lulus kerja?” (Yang ia maksud mungkin sampai kuliah dan bekerja.) Saya kembali menggeleng.
Masa Kecil dan Ingatan yang Dibentuk Pembangunan
Pertanyaan sederhana dari bocah kecil itu meluncurkan saya ke ingatan masa kecil saya sendiri. Dulu, saya begitu bangga pada Prof. Nurdin Abdullah saat menjabat Bupati Bantaeng 2008–2018. Bagiku waktu itu, beliau serupa pahlawan yang menyulap Bantaeng menjadi lebih “wah”. Pantai yang dulu hanya area nelayan melaut, kini direklamasi dan menjadi pusat jogging serta kafe, sering kita dengar disebut Pantai Seruni.
Rumah Sakit Umum Daerah dulu tampak tua, gelap, dan menyeramkan. Kini, bangunannya bertingkat, lebih layak, bahkan menjadi rujukan warga dari kabupaten tetangga. Belum lagi penghargaan Adipura yang berkali-kali diraih. Dan yang paling berkesan: konser musik besar yang tiba-tiba hadir di Bantaeng dangdut, pop, rock yang membuat kami, anak-anak desa, beramai-ramai naik mobil pick-up menuju kota hanya untuk merasakan euforia kota.
Narasi “kemajuan” itu sangat kuat dalam ingatan saya penuh rasa syukur, penuh kebanggaan. Dan memang sepertinya sengaja dirancang agar ingatan-ingatan itu dibuat untuk melekat. Tetapi hari ini saya melihat sisi lain yang dulu tersembunyi, atau mungkin sengaja tak diceritakan.
penulis lepas
0 Pengikut
Test terpopuler by mba nanda
Jumat, 17 Oktober 2025 08:17 WIBArtikel Terpopuler
Berita Pilihan