Eko Waluyo, Ketua RT Dengan Segudang Kreatifitas

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kisah Inspiratif seorang ketua RT di Jakarta yang dengan segudang kreatifitas untuk mengajak warganya dalam mengelola sampah.

Keterangan foto: Bersama mantan ketua MPR Hidayat Nurwahid, saat pameran lukisan di hotel Crowne, Jakarta Selatan.

Awal keakraban saya dengan Eko Herry Waluyo (50 tahun) adalah saat dia terpilih sebagai ketua RT011 RW07 Tomang beberapa tahun yang lalu. Sebagai bagian dari warga yang tinggal di RT yang dipimpinnya, kami sering bertemu. Baik itu di depan gang yang menuju ke rumahnya, maupun di jalanan atau bila ada acara yang digagasnya serta saat kerja bakti dilingkungan kami.

Intensitas pertemuan kami semakin meningkat sejak dibangunnya sebuah biodigester di lapangan yang berada di Komplek perumahan Lemigas, Tomang. Sebuah alat untuk memanfaatkan limbah rumah tangga berbentuk silinder berukuran panjang 2 meter dan diameter 1 meter, ditanam di sudut bagian selatan lapangan Lemigas. Pembuatan biodigester yang diinisiasi oleh ketua RW 07 Tomang yang saat itu dipimpin oleh Asep Kusumayadi, dikerjakan oleh Hadi, seorang sarjana tehnik  yang didatangkan dari Bandung, didampingi oleh warga Tomang. Dari pembuatan biodigester inilah awal terjunnya Eko sebagai relawan yang berkecimpung dalam pengolahan sampah rumah tangga.

Eko 05
Mendemonstrasikan Tepsor di hadapan wakil gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat

 

Meluasnya berita tentang biodigester tempat pengolahan sampah rumah tangga ini, menyebabkan banyaknya kunjungan dari para relawan dan masyarakat yang ingin mengetahui alat ini dan proses kerjanya. Mahasiswa dari beberapa perguruan tinggipun mulai berdatangan melakukan penelitian. Sebagai tenaga yang dipercaya mengelola biodigester tersebut, Eko harus melayani semua tamu yang datang, memberikan keterangan dan penjelasan lengkap bagaimana alat tersebut bekerja, menghasilkan gas metan yang bisa dimanfaatkan untuk memasak dan pupuk cair organik yang bisa dipakai untuk memupuk tumbuhan, terutama sayur-sayuran hijau. Tidak hanya itu, Eko pun mulai sering dipanggil melakukan presentasi dan pelatihan pengelolaan daur ulang sampah rumah tangga di sekitar Jakarta.

Saat diwawancara oleh NET.TV di ruang atas rumahnya yang juga berfungsi sebagai studio
Saat diwawancara oleh NET.TV di ruang atas rumahnya yang juga berfungsi sebagai studio

 

Keterlibatan Eko dalam mengelola sampah semakin meningkat dengan dibentuknya bank sampah di RW07, Tomang. Bila sebelumnya yang dikelola hanya sampah organik yang berasal dari rumah tangga, dari hasil rembugan warga akhirnya ditingkatkan dengan juga mengelola sampah anorganik yang juga berasal dari rumah tangga. Dari sosialisasi yang dilakukan terhadap warga RW07 oleh masing-masing ketua RT, mulailah dilakukan pengumpulan sampah anorganik itu. Sampah berupa kertas, karton, botol, dan kaleng minuman itu dikumpulkan oleh masing-masing warga di rumahnya, lalu seminggu sekali atau dua minggu sekali dibawa ke lapangan lemigas untuk disetor dan kemudian ditimbang lalu dibayar sesuai dengan harga yang sudah disepakati. Didampingi oleh ketua RW dan kadang-kadang rekan-rekannya sesama ketua RT, Eko bersama warga menangani pengelolaan sampah hingga tuntas.

Pihak bank sampah lalu bekerja sama dengan pamulung besar yang sudah mempunyai lapak sendiri. Sesuai dengan perjanjian, mengambil sampah warga yang telah dipilah sesuai dengan jenis masing-masing, lalu menjualnya ke pabrik pengolahan daur ulang sampah.

Eko02
Saat mendemonstrasikan Tepsor dan mengelola sampah rumah tangga, bersama para santri sebuah pesantren di Jakarta Barat

 

Belajar dari pembuatan biodigester yang dipendam di dalam tanah, Eko mengembangkannya dengan membuat biodigester portable, yang bisa dibawa dan ditempatkan dimana saja di area yang tidak terlalu luas. Biodigester portabel ini bermanfaat bagi warga yang tidak mempunyai lahan yang luas untuk membangun biodigester permanen yang ditanam di dalam tanah.

Semakin seringnya Eko di undang untuk melakukan presentasi dan pelatihan daur ulang sampah rumah tangga, Eko lalu membuat biodigester berukuran kecil yang bisa dibawa saat melakukan presentasi. Hal ini semakin memudahkan warga pihak pengundang dalam memahami presentasi yang disampaikan Eko, dan melihat langsung bagaimana alat biodigester itu bekerja.

Eko 04
Menjadi Nara Sumber pengelolaan sampah di Kelurahan Tomang, Jakarta Barat

 

Saat mengumpulkan sampah anorganik, Eko sering menemukan warga juga membawa styrofoam bekas packing peralatan elektronik. Awalnya Eko memisahkan dan lalu membuang styrofoam bekas ini, karena pihak pengumpul juga tidak mau membelinya. Melihat banyaknya limbah styrofoam ini, Eko lalu memutar otak, bagaimana agar benda ringan berwarna putih ini juga bisa dimanfaatkan. Eko lalu menghubungi Surani, pengrajin yang sudah lama  memakai bahan styrofoam ini untuk bahan kerajinan tangan, dan mengajak sang teman melakukan demonstrasi dan sekalian mengadakan pelatihan di RW07 Tomang.

Demonstrasi dan pelatihan yang berlangsung seharian tersebut membuka mata Eko, bahwa limbah styrofoam ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai bentuk karya seni. Eko yang memang mempunyai latar belakang seni ini, belakangan lalu memanfaatkan styrofoam ini untuk membuat aneka bentuk hasil karya, diantaranya miniatur kapal phinisi, lukisan, asbak rokok dan sebagainya.

 

Eko 09

Walau sering di panggil untuk presentasi dan pelatihan ke luar Tomang, namun Eko tidak melupakan warga sekitarnya. Eko lalu mendirikan sebuah sanggar pelatihan prakarya untuk para remaja dan anak-anak sekitar RT011 yang dipimpinnya. Dengan ilmu yang telah dikuasainya, Eko melatih mereka membuat aneka pekerjaan tangan dari bahan-bahan bekas. Eko juga mengajak para ibu-ibu warga binaannya belajar memanfaatkan kertas koran bekas untuk dibuat berbagai macam kerajinan tangan, seperti tas, vas bunga, tatakan piring maupun panci, dan lain-lain. Hasil karya kerajinan tangan warga ini, ikut dipamerkan bila ada kegiatan yang diadakan Pemda DKI, seperti saat ulang tahun Jakarta, pemda memberikan sebuah stand untuk memamerkan hasil karya mereka di arena Pekan Raya Jakarta di Kemayoran. Bahkan dalam acara Gelar Teknologi Tingkat Nasional yang diadakan di Nangroo Aceh Darussalam Oktober 2015,  Posyantek Bonjer, Kecamatan Kebon Jeruk, Salah satu kecamatan yang berada dibawah koordinasi Eko sebagai Ketua Forum Komunikasi Posyantek Jakarta Barat, yang mengkordinir Posyantek di 8 kecamatan yang ada di Jakarta Barat, berhasil meraih juara 2 terbaik nasional.

Disamping itu pada acara yang sama,  Eko dengan beberapa teman yang diberi kesempatan mewakili DKI Jakarta. Stand mereka meraih peringkat 1 dalam ajang pesta Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) dengan produk unggulannya Ice Cream Cincang Bonjer.

Kreatifitas yang seakan tanpa batas ini, membuat Eko diminta menjadi guru kesenian di dua sekolah. Pertama di Sekolah SMP Budi Luhur Karang Tengah , sebagai guru seni melukis dan di Sekolah Dasar Bintang Kejora, Cengkareng, Jakarta Barat, sebagai guru melukis dan pengolahan sampah dan lingkungan, Green School.

Bersama istri Sarwati, yang juga aktif di Bank Sampah Tomang Berkah, Eko dikaruniai 3 orang anak, masing-masing Reza Faturrahman Tamat SMA dan sudah bekerja, Afiz Fajarrohman juga tamat SMA dan dan satu-satunya putri Syifa Rahmania Fitri, kelas 1 SMK.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dian Kelana

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua