Drama Korea dan Warisan Patriarki: Pelajaran dari When Life Gives You Tangerines

Selasa, 3 Juni 2025 13:00 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Perempuan
Iklan

Drama Korea When Life Gives You Tangerines mengangkat cerita cinta sekaligus mengungkap budaya patriarki dalam masyarakat Korea masa lalu.

Mimpi yang Terkekang oleh Norma

When Life Gives You Tangerines menghadirkan perempuan bernama Ae-sun, seorang remaja yang memiliki sebuah cita-cita untuk menjadi penyair. Namun, sayangnya ia hidup di tengah masyarakat yang membatasi ruang gerak perempuan. Impiannya dianggap terlalu tinggi, bahkan tidak pantas, karena norma sosial lebih menghargai perempuan yang patuh, pendiam, dan siap menjalani peran sebagai istri dan ibu.

Keberanian Ae-sun untuk bermimpi justru dianggap sebagai sikap keras kepala. Ia terus dihadapkan pada pilihan antara mengikuti kata hatinya atau menyesuaikan diri dengan harapan orang lain. Melalui tokoh ini, drama memperlihatkan bagaimana sistem patriarki bekerja secara halus membungkam ambisi perempuan lewat tekanan sosial yang dianggap “biasa”.

Apa Itu Patriarki?

Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pusat kekuasaan dan otoritas utama dalam berbagai aspek kehidupan, seperti keluarga, budaya, ekonomi, dan politik. Dalam sistem ini, laki-laki dianggap memiliki posisi yang lebih tinggi dan lebih berhak mengambil keputusan, sementara perempuan sering kali diposisikan sebagai pihak yang harus mengikuti atau mendukung.

Patriarki menunjukkan keterhubungan antara ketidakadilan gender di berbagai bidang. Misalnya, dalam dunia kerja, perempuan sering mendapatkan upah lebih rendah dibanding laki-laki dan lebih banyak dibebani pekerjaan domestik seperti mengurus rumah dan anak. Sementara itu, laki-laki mendominasi posisi-posisi kekuasaan, seperti di bidang politik dan pemerintahan.

Dalam drama ini, bentuk patriarki digambarkan lewat cara lingkungan menanggapi mimpi dan keberanian Ae-sun. Ia bukan dilarang secara langsung, tetapi terus-menerus diragukan dan dibatasi oleh pandangan bahwa perempuan seharusnya tidak berpikir terlalu tinggi. Tekanan datang dari keluarga, masyarakat, bahkan dari cara perempuan diperlakukan dalam percakapan sehari-hari. Suara dan keinginan Ae-sun tidak pernah dianggap sepenting harapan orang-orang di sekitarnya. Inilah wujud patriarki yang bekerja secara halus membatasi tanpa harus melarang, dan mengendalikan tanpa terlihat memaksa.

Patriarki Merugikan Semua Orang

Satu hal menarik dari drama ini adalah bagaimana ia menunjukkan bahwa patriarki tidak hanya merugikan perempuan, tapi juga laki-laki, karena membebani mereka dengan harapan untuk selalu kuat, tak mudah menunjukkan emosi, dan menjadi “penopang” keluarga tanpa banyak ruang untuk kelemahan. Sistem ini membuat hubungan antara laki-laki dan perempuan menjadi tidak sehat dan membatasi kebebasan semua orang untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, patriarki sebenarnya merugikan seluruh masyarakat, bukan hanya perempuan saja.

Gwan-sik adalah contoh nyata Gwan-sik digambarkan sebagai sosok laki-laki yang harus menahan perasaannya dan memenuhi ekspektasi keras sebagai “pria sejati”. Ia jarang bisa menunjukkan kelemahan atau kerentanan, bahkan terhadap orang yang dicintainya, termasuk Ae-sun.

Drama ini ingin memperlihatkan bahwa sistem yang membatasi peran gender seperti itu menyulitkan semua orang. Ketika seseorang tidak bisa memilih jalannya sendiri karena dibatasi oleh harapan sosial, mereka kehilangan kebebasan.

Perempuan dan Batasan Sosial

Dalam drama When Life Gives You Tangerines, kita melihat bagaimana kehidupan perempuan dibentuk oleh aturan-aturan yang kaku sejak usia muda. Ae-sun, sang tokoh utama, berulang kali diingatkan bahwa cita-cita dan impiannya dianggap tidak penting hanya karena ia perempuan. Lingkungan sekitarnya menuntutnya untuk bersikap sopan, menuruti keluarga, dan menjalani hidup sesuai peran tradisional: menikah, mengurus rumah, dan tidak banyak bicara.

Padahal Ae-sun punya potensi dan semangat yang besar. Ia ingin menulis puisi, mengekspresikan diri, dan hidup dengan caranya sendiri. Tapi masyarakat tempat ia tinggal tidak memberi ruang bagi perempuan untuk berkembang di luar batas yang sudah ditentukan. Hal ini menunjukkan bagaimana budaya patriarki bekerja secara halus bukan dengan kekerasan, tetapi lewat harapan dan tekanan sosial yang dianggap "wajar".

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Melalui When Life Gives You Tangerines, kita bisa belajar bahwa patriarki bukan hanya masalah masa lalu atau Korea saja. Di banyak tempat, termasuk Indonesia, masih ada anggapan bahwa perempuan harus menikah muda, tidak perlu sekolah tinggi, atau tidak cocok jadi pemimpin. Laki-laki juga sering dibatasi harus kuat, tidak boleh lemah, harus mencari nafkah sendiri.

Drama ini mengajak kita merenung. Bagaimana jika kita mulai melihat manusia sebagai individu, bukan hanya berdasarkan jenis kelamin mereka? Bagaimana jika kita memberi ruang kepada semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, untuk bermimpi dan memilih jalan hidupnya sendiri?

Penutup

When Life Gives You Tangerines adalah drama yang lembut namun menyentuh. Lewat kisah cinta yang sederhana, drama ini membuka mata tentang betapa kuatnya pengaruh budaya patriarki dalam kehidupan seseorang. Ini bukan hanya cerita tentang dua orang dari Jeju, tapi juga cerita kita semua yang pernah merasakan dibatasi oleh harapan masyarakat. Drama ini mengajak kita untuk berpikir ulang: sudahkah kita benar-benar bebas?

Referensi:

Jessica, H. (2025). A Patriarchal Lens on “When Life Gives You Tangerines”. Diakses 27 Mei 2025, dari https://www.kpoppost.com/a-patriarchal-lens-on-when-life-gives-you-tangerines/.

Burt, K. (2025). The Meaning Behind the Emotional Ending of Netflix K-Drama When Life Gives You Tangerines. Diakses 27 Mei 2025, dari https://time.com/7272692/when-life-gives-you-tangerines-ending/.

Safitri, D. (2022). Pengertian Patriarki dan Hubungannya dengan Kekerasan Terhadap Perempuan. Diakses 27 Mei 2025, dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6466957/pengertian-patriarki-dan-hubungannya-dengan-kekerasan-terhadap-perempuan/amp.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Denisa Aulia Kintani

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Hiburan

Lihat semua