Kurikulum Pendidikan Indonesia: Perkembangan dan Problematika

Minggu, 25 Mei 2025 21:59 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Pendidikan
Iklan

Perkembangan kurikulum di Indonesia terus disempurnakan guna menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan global secara optimal.

Perkembangan Kurikulum dalam pendidikan memiliki kedudukan yang utama sebagai acuan untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum Indonesia selalu mengalami perkembangan dan mengikuti perkembangan zaman kemudian perubahan kebijakan politik nasional. Setiap perubahan berusaha menyempurnakan kurikulum sebelumnya, namun tetap saja dalam perubahan tersebut ditemukan berbagai macam permasalahan dan tantangan.

Perubahan kurikulum mencerminkan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan zaman. Namun, implementasi kurikulum seringkali dihadapkan pada berbagai kendala yang menghambat pencapaian tujuan pendidikan nasional. Perkembangan kurikulum di Indonesia adalah sebuah perjalanan panjang yang ditandai dengan berbagai perubahan dan penyesuaian.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pelaksanaan kurikulum di Indonesia tidak selalu berjalan mulus. Terdapat banyak tantangan yang terjadi di lapangan, mulai dari pemahaman guru yang masih kurang terhadap kurikulum baru, keterbatasan fasilitas, dan sumber daya. Menurut Saylor, Alexander, dan Lewis (1974), kurikulum tidak dibatasi pada kegiatan di dalam kelas saja, tetapi mencakup juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kelas

Problematika pada kurikulum di Indonesia: (1) Kurikulum 1947, lebih fokus pada pembentukan sikap dan semangat kebangsaan, tetapi kurang mengembangkan cara berpikir siswa. (2) Kurikulum 1952, mulai menghubungkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, tetapi belum mempengaruhi banyak aspek penting lainnya. (3) Kurikulum 1964, dikritik karena terlalu menekankan pada sistem pendidikan Pancasila yang tidak semua guru sepakat dengan caranya. (4) Kurikulum 1968, isinya terlalu banyak teori, sehingga praktiknya kurang. (5) Kurikulum 1975, mempunyai tujuan yang jelas, tetapi dianggap bikin guru terlalu sibuk mengejar rincian-rincian yang harus dicapai. 

Lalau (6) Kurikulum 1984, memberi ruang bagi siswa untuk aktif mengamati dan berdiskusi, tetapi sering terjadi konflik antar siswa saat kerja kelompok. (7) Kurikulum 1994, mencoba menggabungkan proses dan tujuan belajar, tetapi justru menjadi beban belajar siswa terlalu berat. (8) Kurikulum 2004, menekankan pengembangan potensi siswa, tetapi dalam praktiknya tidak semua siswa mampu mengikuti target yang ditentukan.(9) Kurikulum 2006, (KTSP) memberi kebebasan pada sekolah menyusun silabus, tetapi tidak semua sekolah siap, terutama di daerah. (10) Kurikulum 2013, berbasis pada kompetensi dasar, tetapi kegiatan pembelajaran masih perlu diarahkan untuk membantu peserta didik benar-benar menguasai kompetensi minimal. (11) Kurikulum Merdeka, lebih fleksibel karena siswa bisa belajar sesuai yang diminati, tetapi masih banyak sekolah yang belum siap menjalankannya.

Kurikulum di Indonesia terus berubah mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Namun, setiap perubahan kerap menghadapi tantangan, mulai dari kesiapan guru hingga sarana dan pelaksanaannya. Walaupun bertujuan memperbaiki, implementasinya sering kali terkendala. Perubahan ini membawa dampak yang positif yaitu, siswa bisa belajar sesuai tuntutan zaman, dan negatif yaitu, perubahan yang begitu cepat bisa membuat siswa kesulitan beradaptasi dan menurunkan prestasi.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pendidikan

Lihat semua