Mahasiswa S1 Hubungan Internasional

Melawan Norma Patriarki: Feminisme dalam Film Enola Holmes 1

Kamis, 15 Mei 2025 19:44 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Film Indonesia
Iklan

Film Enola Holmes mengangkat isu feminisme melalui tokoh utama yang berani melawan norma patriarki era Victoria.

***

Enola Holmes sebagai film detektif menghadirkan sesuatu yang berbeda dengan menempatkan perempuan sebagai tokoh utama. Mengambil latar Inggris era Victoria yang kental dengan nilai patriarki, film ini menampilkan Enola, adik Sherlock Holmes sebagai sosok remaja cerdas dan mandiri yang berani melawan batasan gender.  Melalui petualangannya mencari sang ibu dan mengungkap konspirasi politik, film ini menyampaikan pesan feminisme yang kuat dan menggambarkan perempuan sebagai agen perubahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Artikel ini akan mengulas bagaimana film ini menantang norma patriarki dan memperjuangkan kesetaraan.

Patriarki dalam Era Victoria

Pada masa kejayaan Inggris di era Victoria, kemajuan industri dan imperialisme menjadi sorotan utama. Namun, dibalik pencapaian tersebut tersembunyi kenyataan pahit dari sistem patriarki. Perempuan saat itu dibatasi dalam berbagai aspek kehidupan seperti tidak memiliki hak suara, akses terbatas terhadap pendidikan tinggi, tidak bisa mengontrol kepemilikan properti sendiri, dan secara sosial diharapkan untuk menikah dengan pria yang dianggap terhormat. 

Sistem hukum serta norma-norma sosial secara sengaja dibentuk untuk mempertahankan dominasi laki-laki, mengekang potensi perempuan, dan tidak memberi peluang bagi mereka untuk mandiri dan berkembang. Film Enola Holmes secara jelas menggambarkan realitas melalui upaya kakaknya, mycroft, yang ingin menempatkan enola di sekolah “tata krama” agar enola menjadi wanita yang baik baik. Narasi ini memperkuat pesan feminisme dalam film ini.

Menggugat Patriarki melalui Enola Holmes

Sebagai karakter utama dalam film, Enola Holmes tampil dengan representatif perempuan muda yang menolak tunduk pada aturan sosial yang membatasi ruang geraknya. Di tengah tekanan masyarakat era Victoria yang menuntut perempuan untuk tampil anggun, patuh, dan fokus pada urusan domestik, Enola justru tumbuh sebagai pribadi yang bebas berpikir, kritis, dan penuh semangat. 

Hal ini tak lepas dari didikan ibunya, Eudoria Holmes, yang memilih membesarkan Enola di luar sistem pendidikan formal. Enola diajarkan ilmu pengetahuan, bela diri, permainan kata, hingga membaca buku-buku filsafat dan politik. Pendidikan yang diberikan sang ibu tidak hanya membekali Enola dengan pengetahuan, tapi juga dengan kesadaran akan posisi perempuan dalam struktur sosial yang timpang.

Keputusan Enola untuk kabur dari rumah dan menyelidiki sendiri hilangnya ibunya merupakan tindakan simbolik yang sangat kuat. Ia tidak hanya melawan keinginan dua kakaknya terutama Mycroft, yang ingin menjadikannya "perempuan baik-baik" sesuai standar sosial saat itu, tetapi juga menantang struktur masyarakat yang mencoba menjinakkan perempuan dengan aturan-aturan yang ada. 

Peran Ibu sebagai Sumber Inspirasi dan Emansipatoris

Eudoria Holmes, ibu dari Enola, bukan hanya sekadar tokoh pendamping dalam cerita, melainkan menjadi tokoh kunci yang sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan arah hidup Enola. Sebagai seorang aktivis yang aktif dalam gerakan hak-hak perempuan, Eudoria mencerminkan sosok perempuan modern yang sadar akan ketimpangan yang terjadi dalam tatanan masyarakat patriarki. Ia memilih mendidik Enola secara non tradisional dengan tujuan tidak hanya agar Enola cerdas secara akademik, melainkan agar ia tumbuh sebagai individu yang mampu berpikir kritis, berani mempertanyakan otoritas, dan tidak takut untuk menyuarakan pandangannya sendiri.

Meskipun sebagian besar cerita berlangsung saat Eudoria telah menghilang, pengaruhnya terasa kuat melalui berbagai pesan yang ia tinggalkan. Pesan-pesan ini, baik yang tersirat maupun tersurat, menjadi kompas moral bagi Enola dalam menghadapi tantangan. Keputusan Eudoria untuk "menghilang" bukan tindakan egois, melainkan bentuk pengorbanan dalam perjuangan yang lebih besar membuka jalan bagi perubahan sosial. Ia menjadi simbol dari generasi perempuan yang lebih dulu menentang sistem, dan mewariskan semangat pemberontakan kepada generasi berikutnya.

Relasi dengan Tokoh Laki-laki dan Posisi Enola sebagai Agen Utama

Salah satu kekuatan film ini terletak pada bagaimana Enola Holmes menempatkan tokoh utamanya dalam relasi yang kompleks namun setara dengan karakter laki-laki. Hubungan Enola dengan Sherlock dan Mycroft tidak hanya menunjukkan hubungan kakak-adik, tetapi juga memperlihatkan perbedaan pandangan mereka tentang perempuan.

Mycroft, yang merepresentasikan nilai patriarki konservatif, berusaha “mengendalikan” Enola dengan memasukkannya ke sekolah etiket demi menjadikannya wanita ideal versi masyarakat. Sementara Sherlock, meski lebih simpatik, tetap memandang Enola sebagai "adik kecil" yang belum siap menavigasi dunia detektif. Namun seiring cerita berkembang, ia mulai mengakui kecerdasan dan kematangan Enola, yang menunjukkan pengakuan atas kapasitas perempuan untuk berdiri sejajar.

Relasi Enola dengan Tewkesbury juga menjadi cerminan penting dari kesetaraan gender dalam konteks hubungan romantis. Alih-alih menjadi tokoh perempuan yang pasif atau hanya mendukung perjalanan laki-laki, Enola justru mengambil peran aktif sebagai penyelamat. Hal ini sejalan dengan pandangan feminisme liberal, yang menekankan pentingnya kesetaraan peran antara perempuan dan laki-laki dalam ruang publik maupun privat.

Enola digambarkan sebagai sosok yang mandiri dan tahu apa yang ia inginkan. Ia tidak bergantung pada laki-laki di sekitarnya untuk menentukan siapa dirinya atau arah hidupnya. Enola mengambil keputusan sendiri, berani mengambil resiko, dan tidak ragu menghadapi tantangan. Ia bukan sekadar tokoh pendukung, melainkan tokoh utama yang mampu membawa perubahan dan mempengaruhi dunia di sekitarnya.

Simbolisme dan Dialog Feminisme dalam Film

Film ini dipenuhi simbol dan dialog yang memperkuat pesan feminisme. Pilihan Enola untuk menyamar, memotong rambut, hingga mengenakan pakaian lelaki adalah bentuk penolakan terhadap konstruksi feminin tradisional yang menekankan keindahan visual dan kepatuhan terhadap norma gender. Bahkan penamaan karakternya sendiri Enola, yang jika dibalik menjadi “Alone” menunjukkan bahwa ia terbiasa dan mampu berdiri sendiri tanpa ketergantungan pada orang lain.

Beberapa kutipan dalam film secara langsung menekankan pentingnya suara dan tindakan perempuan dalam menghadapi ketidakadilan. Seperti kalimat, “You have to make some noise if you want to be heard,” yang diucapkan Enola sebagai dorongan agar perempuan berani bersuara dalam dunia yang mencoba membungkam mereka. Ada pula dialog dari ibunya yang berkata, “Paint your own picture, Enola. Don’t be thrown off course by other people, especially men,” yang menjadi pengingat akan pentingnya membangun jalan hidup sendiri, tanpa tunduk pada ekspektasi masyarakat patriarkal.

Selain itu, ketika Enola berkata, “I don’t want a husband.” ia secara tegas menolak norma yang menganggap pernikahan sebagai tujuan akhir perempuan. Dialog ini merupakan pernyataan eksplisit bahwa perempuan berhak memilih hidupnya tanpa harus memenuhi peran tradisional sebagai istri atau ibu. Melalui simbol dan kata-kata tersebut, film ini secara konsisten menanamkan nilai-nilai feminisme dalam setiap langkah yang diambil tokoh utamanya.

Relevansi dan Dampak Film terhadap Penonton Modern

Film Enola Holmes berhasil menjadi tontonan yang edukatif dan inspiratif melalui sosok tokoh utamanya yang berani, cerdas, kuat, dan mandiri dalam menghadapi tekanan sosial serta ketimpangan gender. Isu feminisme yang diangkat, seperti kebebasan menentukan arah hidup, penolakan terhadap norma lama, dan keberanian menyuarakan pendapat perempuan, tetap relevan dengan kondisi masyarakat saat ini. Melalui karakter Enola, film ini mengajak penonton untuk berpikir kritis, menentang ketidakadilan, dan menjadi pelaku perubahan. Karena itu, penting bagi industri perfilman masa kini untuk terus mendukung narasi atau gerakan yang menampilkan perempuan berdaya dan mampu menginspirasi generasi mendatang.

 

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Rahma Azizah

Mahasiswa S1 Hubungan Internasional

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Hiburan

Lihat semua