Dulu Sejuk, Sekarang Panas dan Banjir; Ada Apa dengan Malang?

Selasa, 15 April 2025 10:03 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Kota Malang. Foto: Annisa Alwita/Wikipedia
Iklan

Perubahan yang begitu cepat ini tentu menimbulkan pertanyaan besar: Apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan kota ini?

tugu kota malang

Malang dikenal sebagai kota yang sejuk dan asri di Jawa Timur. Terletak di dataran tinggi dan dikelilingi oleh pegunungan seperti Gunung Semeru, Gunung Arjuno, dan Gunung Kawi, Malang menawarkan suasana alami yang menenangkan. Udara segar, kabut pagi yang menyelimuti, serta hijaunya pepohonan menjadikan kota ini seperti “surga kecil” bagi banyak orang. Tak heran, Malang selalu jadi pilihan favorit untuk berlibur, menempuh pendidikan, hingga menjadi tempat ideal untuk menghabiskan masa tua. Julukan seperti “Kota Bunga” atau “Kota Pendidikan” pun melekat erat pada identitasnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, semua itu kini mulai memudar. Kota yang dulu dikenal dengan kesejukannya, kini terasa makin panas. Suhu udara meningkat, udara pagi yang dulu dingin kini terasa gerah, dan yang lebih mengkhawatirkan, banjir mulai menjadi kejadian yang kerap terjadi di berbagai sudut kota. Bukan hanya sekali dua kali, tapi hampir setiap musim hujan tiba. Genangan air tinggi, arus deras, hingga pemukiman warga yang terendam menjadi pemandangan yang tidak lagi asing.

Perubahan yang begitu cepat ini tentu menimbulkan pertanyaan besar: Apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan kota ini? Mengapa Malang berubah drastis dalam waktu yang relatif singkat?

Cuaca yang Tak Lagi Bersahabat

Bagi sebagian orang yang besar di Malang, pasti ingat dimana ketika pagi terasa dingin dan embun menyelimuti jalan. Bagaimana sekarang? saat ini pagi hari pun terkadang terasa sangat gerah. Suhu yang terasa makin panas tiap tahunnya. Tidak hanya panas, musim hujan yang datang lebih cepat atau lebih lambat pun juga menghawatirkan bagi Malang saat ini, terkadang hujan turun dengan intesitas sangat tinggi, ekstrem dan disertai angin kencang. Akibatnya banyak daerah daerah padat penduduk terendam oleh genangan air speerti, Klojen hingga Soekarna-hatta.

Banjir menjadi permasalahan

Banjir di Malang bukan hanya permasalahan genangan air. Di beberapa genangan air bisa setinggi lutut dan merendam pemukiman. Tak jarang akibat genangan tersebut akses jalan menjadi terputus, kendaraan mogok dan harus mencari tempat untuk mengungsi.

Banyak hal yang menjadi faktor, mulai dari sistem drainase yang tidak memadai, penebangan pohon besar besaran tanpa dilakukan penanaman ulang, hingga kebiasaan buruk membuang sampah ke sungai.

Apa Saja Penyebabnya?

Perubahan kondisi lingkungan Malang menjadi faktor penyebab ini semua terjadi.

  • Pesatnya urbanisasi membuat banyak lahan terbuka hijau berubah menjadi bangunan bangunan seperti perumahan, sehingga tanah yang berfungsi untuk menyerap air kini tertutup beton.
  • Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berkurang, saat ini mungkin jumlah nya jauh dari kata ideal. Banyak pohon yang ditebang dengan alasan peremajaan atau pembangunan sehingga membuat hutan kota berkurang. Peran pohon sangat penting untuk menyerap panas dan air hujan yang turun.
  • Kondisi ini diperparah oleh kebiasaan masyarakat yang membuang sampah ke sungai hingga mengakibatkan sumbatan dan meluap saat banjir.
  • Perubahan Iklim juga turut memberi dampak nyata, membuat cuaca semakin sulit diprediksi dengan suhu yang semakin tinhhi dan curah hujan yang ekstrem, membuat malang menjadi rentan terhadap bencana.

Banyak hal yang memperngaruhi ini semua sehingga siapa yang harus disalahkan atas ini semua.

Pemerintah atau Warga

Sebagai pengelola kota, tentu pemerintah punya tanggung jawab besar. Izin pembangunan yang terlalu longgar, kurangnya pengawasan terhadap penggundulan lahan, dan minimnya pemeliharaan drainase jadi penyebab utama. Pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan hanya memperparah keadaan. Tapi tidak semua bisa dibebankan ke pemerintah. Warga juga punya andil. Masih banyak yang membuang sampah sembarangan ke sungai, menutup saluran air, dan tidak peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar. Gaya hidup juga mempengaruhi—semakin banyak kendaraan pribadi, makin tinggi polusi udara. Tidak hanya pemerintah dan warga, pengembang yang membangun perumahan atau mall tanpa memperhatikan aspek lingkungan juga perlu diingatkan. Banyak proyek besar yang mengorbankan ruamg terbuka hijau kota dan menyisakan sedikit ruang resapan air. Keuntungan jangka pendek sering mengabaikan dampak jangka panjang.

Jalan Keluar Ada, Asal Serius

Malang memang sudah berubah, dari kota uanh sejuk menjadi kota yanh mulai panas dan sering banjir. Tapi ini semua bisa dicegah, jika semua bergerak bersama. Perubahan dimulai dari kesadaran dan kesadaran dimulai dari komunikasi yang baik

Masalah ini tidak bisa selesai dalam semalam. Tapi kalau semua pihak pemerintah, warga, dan swasta mau bergerak bersama, masih ada harapan. Menata ulang RTH, memperketat izin pembangunan, menggalakkan edukasi lingkungan, dan memperbaiki sistem drainase bisa jadi langkah awal.

Malang adalah rumah kita. Jika tidak kita rawat, maka bukan hanya banjir dan panas yang akan datang, tapi juga hilangnya kenyamanan hidup di kota ini. Sudah saatnya kita berhenti saling menyalahkan dan mulai bertindak.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Mohammad Annaryan Ardiansyah

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua