Metaverse: Kontroversi Jejak Karbon NFT dan Solusi Eco-Friendly

Kamis, 10 April 2025 14:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
| kumparan.com
Iklan

***

Pendahuluan
Metaverse dan NFT (Non-Fungible Token) telah menjadi revolusi digital yang mengubah cara kita berinteraksi, berkreasi, dan berinvestasi. Namun, di balik potensi ekonominya, dampak lingkungan dari teknologi blockchain—khususnya jejak karbon—menjadi sorotan kritik. Artikel ini membahas kontroversi jejak karbon NFT, peran Ethereum pasca-Merge dalam strategi ESG (Environmental, Social, Governance) merek, serta solusi ramah lingkungan untuk masa depan metaverse.

Dampak Lingkungan Blockchain: Jejak Karbon NFT
1. Konsumsi Energi Blockchain PoW
Sebelum Ethereum Merge pada September 2022, blockchain Ethereum menggunakan mekanisme Proof-of-Work (PoW) yang membutuhkan energi sangat besar. Misalnya, transaksi NFT tunggal di Ethereum menghasilkan 261,7 kWh energi, setara dengan emisi karbon dioksida 0,113 ton atau mobil bensin yang menempuh 281 mil 1011. Pada puncak popularitas NFT tahun 2021, jejak karbon Ethereum mencapai 8,1 megaton per tahun 10.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

2. Kritik terhadap NFT
NFT sering disebut sebagai "skema piramida ekologis" karena kontribusinya terhadap pemanasan global. Contoh kasus:

Space Cat NFT: Jejak karbonnya setara dengan penggunaan listrik penduduk Uni Eropa selama dua bulan 1.

Koleksi Beeple: Setiap NFT-nya memerlukan $5.000 untuk mengimbangi emisi karbon 1.

Kritik ini memicu boikot platform seperti ArtStation yang awalnya ingin meluncurkan pasar NFT 1.

Ethereum Pasca-Merge: Transformasi Ramah Lingkungan
1. Pengurangan 99,95% Konsumsi Energi
Ethereum Merge mengubah mekanisme konsensus dari PoW ke Proof-of-Stake (PoS), mengurangi konsumsi energi dari 112 TWh/tahun menjadi hanya 0,01 TWh/tahun 24. Ini menjadikan Ethereum lebih ramah lingkungan dan selaras dengan tujuan ESG merek 12.

2. Dampak pada Strategi ESG Merek
Merek yang menggunakan Ethereum kini dapat mengklaim komitmen keberlanjutan. Contoh:

Nike .SWOOSH: Beralih ke Ethereum pasca-Merge untuk koleksi NFT-nya, mengurangi tekanan dari investor yang peduli lingkungan 10.

Gucci: Mengadopsi blockchain Polygon (PoS) untuk NFT, yang hanya menggunakan 0,00006 TWh/tahun 3.

Solusi Eco-Friendly untuk NFT dan Metaverse
1. Adopsi Blockchain PoS
Platform berbasis PoS seperti Polygon, Solana, dan Tezos menjadi pilihan utama merek ramah lingkungan:

Starbucks Odyssey: Menggunakan Polygon untuk program loyalitas NFT, mengurangi emisi karbon hingga 99% dibanding Ethereum lama 3.

Decentraland: Beralih ke PoS sejak 2022 untuk acara virtual, menarik merek seperti Coca-Cola dan Samsung 10.

2. Teknologi Layer-2 dan Sharding
Layer-2: Solusi seperti Arbitrum dan Optimism meningkatkan efisiensi transaksi dengan mengurangi beban di jaringan utama Ethereum 8.

Sharding: Ethereum 2.0 menerapkan pemecahan jaringan menjadi bagian kecil (shards) untuk meningkatkan kapasitas transaksi tanpa tambahan energi 8.

3. Carbon Offsetting dan Energi Terbarukan
Offsetra: Platform yang membantu seniman NFT mengimbangi emisi dengan mendanai proyek reboisasi 10.

Microsoft: Berkolaborasi dengan Ethereum Foundation untuk mendukung validator yang menggunakan energi terbarukan 11.

Tantangan dan Kritik Terhadap Solusi Hijau
1. Emisi Masa Lalu yang Tidak Teratasi
Meski Ethereum kini lebih hemat energi, emisi historis dari era PoW tetap menjadi masalah. Misalnya, jejak karbon NFT yang diterbitkan sebelum 2022 tidak bisa dihapus 10.

2. Ketergantungan pada Perangkat Keras
Produksi perangkat keras komputer untuk blockchain tetap menghasilkan jejak karbon dari proses manufaktur dan pertambangan mineral 3.

3. Sentralisasi Validator
PoS berisiko memusatkan kekuasaan pada pemegang ETH besar. Hanya 11,3% total ETH yang di-stake oleh validator per September 2022, dengan dominasi institusi seperti Lido Finance 4.

Masa Depan Metaverse Berkelanjutan
1. Regulasi dan Standar Global
Uni Eropa merancang regulasi MiCA (Markets in Crypto-Assets) yang mewajibkan proyek blockchain memenuhi kriteria keberlanjutan 4.

ISO Standard 14068: Dalam pengembangan untuk mengukur jejak karbon aset digital 11.

2. Inovasi Teknologi
Blockchain Net-Zero: Proyek seperti Celo menggunakan algoritma konsensus berbasis pohon untuk menghitung emisi secara real-time 11.

Dynamic NFTs: NFT yang berevolusi berdasarkan partisipasi pengguna, mengurangi kebutuhan transaksi berulang 10.

3. Edukasi dan Kolaborasi
OpenSea: Meluncurkan panduan edukasi untuk seniman tentang cara memilih blockchain rendah emisi 5.

Kemitraan Cross-Industry: Meta (Facebook) dan Microsoft bekerja sama dengan UNFCCC untuk mengembangkan metaverse netral karbon 11.

Kesimpulan
Keberlanjutan di metaverse bukan hanya tentang memilih blockchain ramah lingkungan, tetapi juga integrasi kebijakan ESG, inovasi teknologi, dan kesadaran kolektif. Dengan adopsi PoS, carbon offsetting, dan regulasi yang progresif, industri NFT dapat mengurangi jejak karbon hingga 90% pada 2030 1012. Bagi merek, ini adalah kesempatan untuk membangun reputasi sebagai pionir hijau di era digital—sekaligus menjawab tuntutan generasi muda yang peduli iklim.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua