Konsultan Program Sekolah, Pelatih/Fasilitator Sekolah Penggerak, Praktisi Parenting Positif, Penulis Buku Pendidikan Untuk Kehidupan, Founder Komunitas Sekolah Orang Tua

Pembelajaran Coding di SD: antara Keinginan dan Realitas Ketimpangan Pendidikan

Minggu, 23 Maret 2025 11:10 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Pembelajaran Coding di SD
Iklan

Rencana memasukkan pelajaran Coding di SD perlu pertimbangan yang realistis agar tidak terjadi ketimpangan dalam layanan pendidikan.

Pemerintah berencana memasukkan pembelajaran coding dan AI dalam kurikulum nasional. Hal itu pernah disampaikan oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka saat memberi sambutan dalam rapat koordinasi evaluasi pendidikan dasar dan menengah di Jakarta Selatan.

Menurut putra sulung Jokowi kelahiran tahun 1987 ini, untuk menuju Indonesia emas, bangsa ini butuh generasi emas. Oleh karena itu, perlu lebih banyak lagi ahli-ahli coding, ahli-ahli AI, ahli-ahli machine learning, dan lain-lain.

Terkait dengan itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu’ti menyatakan bahwa mata pelajaran coding dan kecerdasan buatan atau artificilal intelligence (AI) dalam pelaksanaannya akan menjadi bagian dari kurikulum sekolah mulai semester depan (tahun ajaran 2025-2026). Namun menurutnya, keduanya bukanlah termasuk mata pelajaran wajib, melainkan mata pelajaran pilihan.

Pandangan Para Ahli tentang Pembelajaran Coding dan AI di Sekolah Dasar

Para ahli memiliki dua pandangan umum tentang pembelajaran coding dan AI di sekolah dasar. Pertama, pandangan Positif: Banyak pakar pendidikan dan teknologi berpendapat bahwa memperkenalkan coding dan AI sejak dini dapat membangun keterampilan berpikir logis, pemecahan masalah, kreativitas, dan pemahaman teknologi yang lebih dalam. Mereka percaya bahwa coding dan AI adalah keterampilan masa depan yang mendukung kesiapan generasi muda dalam menghadapi perkembangan industri 4.0 dan masa depan ekonomi digital.

Matthew Schwartz, seorang guru dengan penugasan khusus dalam layanan teknologi untuk Fresno Unified School District –  distrik terbesar ketiga di California – dikutip dari informationweek.com percaya bahwa sudah saatnya membantu anak-anak muda mempersiapkan diri untuk kehidupan di dunia yang semakin digital. Bagian dari instruksi tersebut haruslah belajar cara membuat kode. "Itu ide yang bagus karena mengajarkan pemikiran logis, pemecahan masalah, dan kreativitas -- keterampilan yang berharga di luar ilmu komputer," katanya.

Sementara itu Justice Erolin, CTO di perusahaan pengembangan perangkat lunak BairesDev, mengatakan bahwa Mengajarkan coding di sekolah menawarkan manfaat yang terus berlanjut hingga dewasa. Mengajarkan coding membekali siswa dengan keterampilan penting untuk pasar kerja masa depan, mendorong kreativitas, dan mempromosikan keberagaman di bidang STEM.

Kedua adalah pandangan skeptis;  beberapa ahli berpendapat bahwa mengenalkan coding dan AI di SD perlu kehati-hatian. Usia SD sebaiknya lebih fokus pada pengembangan keterampilan dasar seperti literasi, numerasi, dan perkembangan sosial-emosional. Pengajaran coding jika diterapkan tanpa kesiapan matang, hanya akan menjadi tren tanpa substansi.

John C. Dvorak – kolumnis untuk  PC Magazine menjelaskan kekhawatirannya dalam halaman opini ‘Room for Debate’ NewYorkTimes, pada judul Teaching Coding to Kids Is a Scam, Ia menulis bahwa Seorang anak harus mengembangkan keterampilan dasar manusia. Apa yang disebut "pemikiran komputasional" bukanlah salah satunya.

Anak kelas dua  seharusnya berlarian, melempar bola, mencoret gambar, mempelajari keterampilan motorik halus, dan mengembangkan keterampilan sosial interpersonal yang normal. Membungkuk di depan layar komputer sambil membuat kode dalam bahasa anak-anak untuk mengembangkan literasi komputer adalah hal yang gila.  

Rasionalisasi diterapkannya pembelajaran coding dan AI di Sekolah Dasar

Argumen rasional penerapan pembelajaran coding di tingkat SD untuk memperkenalkan teknologi yang relevan dengan perkembangan zaman, di mana aplikasi berbasis Artificial Intelligence – AI -  sudah menjadi bagian dari kehidupan kita pada umumnya.

Anak-anak generasi Alpha tumbuh dengan teknologi digital. Memperkenalkan coding dan AI membantu mereka menjadi produsen teknologi, bukan hanya sebagai konsumen pasif.

Tujuan penting memperkenalkan coding dan AI sejak sekolah tingkat dasar membangun keterampilan berpikir kritis dan pemecahan Masalah. Pembelajaran coding menekankan pada berpikir logis, analitis, dan sistematis yang berguna dalam semua bidang kehidupan.

Kemudian, dalam rangka mempersiapkan generasi emas di masa mendatang, banyak profesi, pekerjaan yang akan berbasis teknologi dan AI. Memperkenalkan kedua pengetahuan modern  sejak dini  dapat memberikan pondasi keterampilan teknologi modern  yang kuat.

Dibalik harapan dan keinginan pemerintah, dalam hal ini Kemendikdasmen dalam memberlakukan kebijakan menambah muatan kurikulum pelajaran coding di tingkat SD sekarang ini, (meskipun dengan opsi) ada hal-hal yang mesti diperhatikan dan dipertimbangkan dengan seksama.

Selama ini kita sering mendapatkan penerapan kebijakan baru pemerintah nampak tidak melalui kajian yang lebih komprehensif dan teknokratik. Alih-alih melakukan analisis mendalam dari berbagai segi serta realitas dengan kajian secara komprehensif dan teknokratik, pemerintah cenderung mendahulukan kepentingan politik dan sekedar euforia mengikuti tren tanpa substansi. Padahal kebutuhan dasar pemenuhan sarana prasarana pendidikan masih jauh dari terpenuhi.

Ketimpangan pendidikan di Indonesia mulai dari SD-SMA masih menjadi tantangan besar yang memengaruhi efektivitas penerapan berbagai inovasi pembelajaran, termasuk pengenalan coding di tingkat sekolah dasar walaupun penerapananya mulai dari kelas tinggi (4-6 SD). Banyak sekolah di daerah perkotaan mungkin sudah memiliki akses teknologi memadai, guru-guru yang terlatih, dan kurikulum yang lebih adaptif. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar sekolah di wilayah pedesaan dan terpencil masih berjuang dengan infrastruktur dasar seperti bangunan sekolah yang layak, listrik yang stabil, dan koneksi internet yang memadai.

Selain itu, banyak guru – meskipun mengajar di perkotaan – yang belum memiliki pemahaman mendalam tentang teknologi informasi dan komunikasi, apalagi keterampilan mengajar coding dan AI. Ketimpangan akses ini memperlebar jurang kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Dalam konteks ini, memaksakan penerapan pembelajaran coding secara nasional dapat berpotensi memperburuk disparitas pendidikan dan hanya menjadi simbol modernisasi semu yang tidak berakar kuat pada kesiapan ekosistem pendidikan secara keseluruhan. Alih-alih mendorong keterampilan abad 21 yang relevan, kebijakan semacam ini dapat justru meminggirkan banyak siswa yang seharusnya mendapatkan pembelajaran dasar secara optimal.

Berikut hal-hal Fundamental yang Perlu Diperhatikan Jika Pembelajaran Coding dan AI Diterapkan di SD:

1. Kesiapan Infrastruktur: Sekolah perlu memastikan adanya perangkat keras (komputer, tablet) dan koneksi internet yang memadai. Selain itu, ketersediaan platform pembelajaran coding dan AI yang ramah anak juga penting.

2. Kompetensi Guru: Guru perlu dilatih agar memahami konsep dasar coding dan AI serta memiliki keterampilan pedagogi yang sesuai untuk anak usia SD.

3. Pendekatan Pembelajaran yang Sesuai: Metode pembelajaran harus berbasis eksplorasi, bermain, dan pemecahan masalah sederhana agar sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak SD.

4. Kontekstualisasi dengan Kehidupan Nyata: Pembelajaran AI dan coding sebaiknya dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari anak agar lebih aplikatif dan tidak hanya menjadi hafalan kode.

5. Pemerataan Akses: Penting memperhatikan kesenjangan akses teknologi antara sekolah perkotaan dan pedesaan agar penerapan coding dan AI tidak memperdalam kesenjangan digital.

Marilah kita sadari realitas pendidikan di Indonesia, masih banyak sekolah yang kekurangan infrastruktur dasar, bahkan untuk mendukung literasi dan numerasi yang optimal. Selain itu, sebagian besar guru belum memiliki kompetensi khusus dalam bidang coding dan AI.

Layanan pendidikan dan akses masih banyak ketimpangan. Adanya ketimpangan akses teknologi antara wilayah perkotaan dan pedesaan membuat penerapan pembelajaran coding dan AI di SD berpotensi meningkatkan disparitas pendidikan.

Kompetensi sebagian besar guru yang masih banyak permasalahan, terutama di bidang penerapan teknologi digital dalam pembelajaran. Ini seperti PR yang tidak selesai-selesai. Perhatian akan peningkatan kesejahteraan guru yang belum merata yang dibarengi dengan peningkatan kuatlitas kompetensi dan profesionalitas yang masih sangat kurang, perlu menajdi perhatian prioritas dari sekedar euforia ikut tren tanpa pertimbangan yang accountable dan reliable.

Pembelajaran coding dan AI di SD adalah langkah strategis untuk mempersiapkan generasi masa depan, tetapi perlu kesiapan menyeluruh. Jika diterapkan dengan pendekatan yang tepat, pendidikan coding dan AI bisa menjadi sarana penguatan keterampilan abad 21. Namun, tanpa persiapan yang matang, penerapannya justru bisa menjadi beban tambahan bagi sekolah dan guru serta memicu ketimpangan pendidikan.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pendidikan

Lihat semua