Jangan Paksakan Pikiran Lama di Era Baru
Kamis, 2 Januari 2025 16:50 WIB
Walaupun jalannya sukar, berinovasi dalam proses politik yang demokratis justru akan memuliakan kepemimpinan seseorang ketimbang mengambil jalan pintas mengambil ide masa silam yang sudah terbukti merugikan hak-hak politik rakyat.
Perubahan yang berdampak positif bagi bangsa seyogyanya bergerak ke depan. Masa depanlah yang memantik gagasan inovatif, sehingga ide-ide baru dipersiapkan untuk menyongsong kedatangan masa depan. Imajinasi dan rasionalitas tentang masa depan seharusnya mewarnai keputusan dan langkah seorang pemimpin masa sekarang. Diperlukan keluasan cakrawala agar ia mampu menangkap tanda-tanda perubahan dan arahnya.
Meski begitu, bukan berarti masa lampau lantas sepenuhnya ditinggalkan. Ada hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari masa lampau dan dapat diaplikasikan di era baru sepanjang itu masih relevan. Ada nilai-nilai yang masih tetap berguna untuk dipertahankan agar jatidiri tidak habis dikoyak perubahan zaman.
Diperlukan kejelian dalam memilih masa lampau mana yang masih relevan untuk diterapkan di masa depan. Kemampuan memilah dan memilih mana yang masih tetap dapat dipraktikkan dan mana yang seharusnya ditinggalkan dipengaruhi oleh kemampuan melihat relevansi. Ada kebutuhan masa sekarang dan mendatang yang memerlukan jawaban, dan jawabannya ada di masa silam.
Kekeliruan dalam mengambil pelajaran sejarah berpotensi mengarahkan bangsa ini ke jalan yang menyesatkan, bahkan mungkin membawa bangsa ini kembali ke masa lampau yang suram. Contohnya gagasan tentang pemilihan kepala daerah dikembalikan kepada anggota DPRD. Gagasan ini adalah kemunduran dalam mempraktikkan asas demokrasi bahwa hak pilih pemimpin berada di tangan rakyat.
Bila pemilihan langsung oleh rakyat dianggap mahal dan membebani, dan jalan keluar yang ditawarkan adalah mengembalikan pemilihan kepala daerah kepada DPRD, maka ini kemunduran cara berpikir, ini dapat disebut sebagai kegagalan pemimpin dalam memikirkan inovasi proses politik. Nilai lama yang tidak demokratis jangan diadopsi kembali hanya untuk mengatasi persoalan beban finansial yang dianggap terlampau besar.
Apa yang dikatakan oleh seorang pemimpin mencerminkan alam pikiran mana yang dominan di dalam benaknya. Dalam konteks pemilihan kepala daerah tadi, terlihat jelas alam pikiran mana yang menopang cara berpikir maupun hasil berpikirnya. Sungguh tidak adil bila menimbang secara setara ‘hak demokrasi rakyat’ dalam pilkada dengan ‘beban keuangan’ yang ditimbulkan dari pemilihan langsung. Bila menukar dua gagasan yang tidak setara itu dianggap benar, maka sungguh ini bukti kegagalan memikirkan inovasi karena terkungkung oleh alam pikiran lama.
Pemimpin seharusnya memikirkan jalan keluar inovatif yang membuka jalan perbaikian mekanisme pilkada sekaligus tidak mengorbankan hak rakyat untuk memilih langsung kepala daerah maupun wakil legislatifnya. Kemampuan berpikir inovatif seyogyanya menjadi bagian integral dari cara berpikir pemimpin, bukan malah berpaling kepada ide-ide lama yang layak untuk ditinggalkan.
Sulit bagi pemimpin yang alam pikirannya masih berada di masa lampau untuk mampu menjawab dengan jitu tantangan masa sekarang dan masa depan. Terlebih apabila pemimpin ini lebih suka dan lebih condong untuk melihat jejak-jejak sejarah yang kira-kira menguntungkan dirinya yang sedang memimpin. Ia seharusnya membuang jauh-jauh nilai-nilai antidemokrasi dan lebih memikirkan proses-proses inovatif agar kepemimpinannya semakin dihormati bangsa.
Realitas masa sekarang dan masa depan memang lebih kompleks. Meskipun begitu, hal itu tidak dapat jadi pembenar bagi pemimpin untuk mengambil apa saja dari masa lampau untuk diterapkan pada masa kini. Walaupun jalannya sukar, berinovasi dalam proses politik yang demokratis justru akan memuliakan kepemimpinan seseorang ketimbang mengambil jalan pintas mengambil ide masa silam yang sudah terbukti merugikan hak-hak politik rakyat. >>

Penulis Indonesiana
1 Pengikut

Media Baru dalam Bingkai Teori-teori
Jumat, 31 Januari 2025 23:01 WIB
Jangan Paksakan Pikiran Lama di Era Baru
Kamis, 2 Januari 2025 16:50 WIBArtikel Terpopuler