kamu pikir saya bisa nulis?
Dosen Pembimbing Kalau Tidak Bisa Membimbing Bolehkah Kami Panggil Dosen Penghambat?
Jumat, 11 Oktober 2024 00:08 WIB
Kerap kali dosen pembimbing tidak mau melakukan tanggung jawabnya sebagai pembimbing. Apakah hal tersebut dapat dibenarkan?
***
Bagi mahasiswa akhir, skripsi menjadi salah satu mimpi buruk yang menguras tenaga, pikiran, dan mental. Meskipun sudah bukan menjadi satu-satunya syarat kelulusan sarjana atau S-1, tetapi banyak mahasiswa yang memilih skripsi dibandingkan pilihan lainnya.
Secara garis besar, konsep skripsi memang sama dengan karya ilmiah lainnya. Namun, skripsi haruslah ditulis dengan lebih detail dan jelas. Bahkan, saya sering melihat skripsi yang memiliki ketebalan lebih dari 200 halaman.
Dalam proses pembuatannya, skripsi dibuat berdasarkan rencana dan implementasi penelitian berdasarkan masalah dan metode tertentu. Di berbagai perguruan tinggi, skripsi dapat diambil berdasarkan tugas hingga proyek magang selama menempuh studi.
Selain itu, skripsi juga tidak dibuat sendirian. Terdapat dosen pembimbing yang “seharusnya” membantu proses skripsi mahasiswa. Namun jumlah dosen pembimbing berbeda-beda di berbagai perguruan tinggi. Hal tersebut tidak terlepas dari kebijakan lembaga untuk mengatur proses skripsi mahasiswa.
Kendala-kendala Mahasiswa saat Skripsian
Sangat lumrah kita mendengar keluhan mahasiswa saat masuk ke tahap skripsi ini. Seperti kalimat awal tulisan ini, skripsi adalah “mimpi buruk” bagi sebagian besar mahasiswa.
Berdasarkan pengalaman dan lingkungan saya, kendala-kendala skripsi dibagi menjadi dua penyebab, yaitu penyebab dari sisi internal dan penyebab dari sisi eksternal. Apa saja penyebab internal dan eksternal tersebut?
Nah, penyebab internal tersebut muncul dari masalah-masalah pribadi dari mahasiswa yang sedang skripsian. Contohnya adalah mahasiswa yang memiliki penyakit tertentu ataupun masalah ekonomi keluarga yang mengharuskan mahasiswa untuk bekerja dan mengabaikan proses skripsi.
Lalu, kalau dari penyebab eksternal itu muncul dari masalah-masalah yang tidak bisa dikendalikan mahasiswa. Contohnya adalah sulitnya subyek penelitian memberikan data, komunikasi dengan subyek penelitian yang sulit, hingga “dosen pembimbing” yang tidak mau bertanggung jawab.
Ya, di kalimat terakhir itu Anda tidak salah baca. Dosen pembimbing bisa menjadi salah satu kendala yang harus dihadapi mahasiswa. Meskipun diberi nama “dosen pembimbing”, tetapi mereka tidak sepenuhnya mau membimbing.
Bagaimana Pendapat Beberapa Mahasiswa terkait Fenomena Ini?
Karena saya kepo, saya pun mencari tahu pandangan mahasiswa mengenai dosen pembimbing yang tidak mau membimbing.
Setelah saya wawancarai setidaknya 5 orang mahasiswa yang sedang ataupun telah melewati tahap skripsi, maka pandangan dapat dibagi kembali menjadi dua, yaitu pandangan positif thinking dan negatif thinking.
Pandangan si Positif thinking
Bagi orang-orang yang ber-positif thinking, mereka menganggap bahwa dosen memiliki kesibukan yang luar biasa. Dilihat dari tugas-tugasnya, dosen memang memiliki tugas yang sangat banyak, mulai dari administrasi, mengajar, meneliti, membimbing, menguji, hingga mengabdi kepada masyarakat.
Bagi mereka, kesibukan dosen yang luar biasa ini harus ditoleransi, meskipun itu berarti membuat mahasiswa merasa kesulitan. Tidak hanya itu, saking positif thinking-nya, mereka bahkan menganggap bahwa mahasiswa lah yang harus disalahkan karena tidak bisa mencari waktu terbaik dengan dosen pembimbing yang tidak mau membimbing, meskipun mahasiswalah yang membeli jasa kepada dosen untuk dibimbing.
Namun, sebagian dari mereka sebenarnya sengaja membohongi dirinya sendirinya untuk bisa positif thinking. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari stres dan depresi akibat dosen pembimbing yang tidak mau membimbing.
Pandangan si Negatif Thinking
Bagi si negatif thinking thiking, dosen pembimbing seperti ini memang bersalah dan tidak ada toleransi sedikitpun. Mereka menganggap bahwa dosen pembimbing haruslah membimbing, meskipun memiliki tugas-tugas yang sangat banyak.
Bahkan, ada satu yang menganggap bahwa dosen pembimbing sengaja tidak membimbing dan mengambil pekerjaan lain yang lebih menguntungkan. Contohnya adalah mengambil proyek atau penelitian lain yang memberikan keuntungan baik dari sisi materi atau non materi.
Namun, pemikiran ini mereka biarkan muncul agar bisa mencari solusi yang tepat saat dosen pembimbing tidak mau mengambil tanggung jawabnya. Solusi yang diambil tentu dari menyadari masalah yang dialami pribadi.
Lantas, Apakah Dosen Pembimbing seperti Ini Layak Kita Toleransi?
Dari cara saya mengamati pendapat di atas, Anda mungkin sudah tahu saya akan mengarah ke mana. Ya, tentu saya berada di pihak si negatif thinking.
Pandangan saya sudah sangat jelas bahwa dosen pembimbing yang tidak mau membimbing sama sekali tidak layak untuk ditoleransi. Mengapa? Ya, karena hal tersebut merupakan tindakan yang salah!
Dilihat dari namanya, dosen pembimbing seharusnya membimbing, bukan menghilang, menghindar, ataupun mempersulit. Bukan tanpa alasan, dosen pembimbing seperti ini lah yang membuat mahasiswa merasa tertekan, sehingga skripsi yang dikerjakan menjadi terhambat.
Tanpa mengurangi rasa hormat, apakah dosen pembimbing ini seharusnya disebut sebagai dosen penghambat dong? Lagipula fungsi “pembimbing” justru berbanding terbalik dengan hasil yang diberikan. Kembali kepada Anda, apakah setuju dengan pernyataan ini?
Saya sama sekali bukan bermaksud tidak menghormati dosen-dosen yang sangat sibuk di luar sana. Saya sangat menghargai jerih payah mereka untuk mengais rezeki dan menjalankan kariernya sebagai seorang dosen.
Yang saya harapkan, sebaiknya dosen dengan kesibukan yang luar biasa harus mempertimbangkan kemungkinan jika tidak bisa membimbing. Contohnya, sebaiknya dari awal berpikir “jika saya sibuk dan tidak bisa membimbing, apakah skripsi mahasiswa akan terhambat? apa yang terjadi pada mahasiswa jika skripsinya terhambat?”.
Dengan saling memahami seperti ini, tentu mahasiswa dapat mencari calon dosen pembimbing sekiranya mampu membimbing selama proses skripsi dilakukan. Ingat, mahasiswa yang lulus tepat waktu akan menguntungkan dua pihak, yakni lembaga dan individu mahasiswa tersebut.
Dari sisi lembaga, tentu ini akan berpengaruh pada akreditasi dan reputasi masyarakat. Dari sisi mahasiswa, tentu mereka akan dapat lebih cepat terjun ke dunia industri dan mendapatkan pekerjaan.
Jika ini menghasilkan hal positif, kenapa harus sengaja dihambat? Sebenarnya mahasiswa hanya kurang kritis saja menghadapi masalah seperti ini. Dosen bukanlah Tuhan yang Maha Benar dan Maha Bijak. Dosen adalah manusia biasa yang juga bisa salah.
Bagi mahasiswa yang mengalami kasus ini, ayo segera cari solusinya dan berhenti menganggap dosen pembimbing yang tidak mau membimbing tersebut benar. Sekali lagi, segeralah cari solusi dan tuntaskan skripsimu secepat mungkin!

Penulis Indonesiana
1 Pengikut

Dosen Pembimbing Kalau Tidak Bisa Membimbing Bolehkah Kami Panggil Dosen Penghambat?
Jumat, 11 Oktober 2024 00:08 WIB
Untuk Dosen Penguji, yuk, Baca Skripsi Mahasiswa Sebelum Bertanya
Rabu, 2 Oktober 2024 12:54 WIBArtikel Terpopuler