Awalku adalah Akhir Bersama Ganjuran

Selasa, 17 Mei 2022 13:20 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Kisah itu pernah terjadi. dia tidak menghilang tetapi membekas" itulah goresan-goresan hidup manusia dalam menapaki peziarahan dalam badai cinta dan luka. Goresan-goresan ini, sengaja dihadirkan berdasarkan catatan kecil seorang peziarah "Indah Puspito" untuk memaknai apa itu cinta dan luka.

”kisah itu pernah terjadi, dia tidak menghilang tetapi membekas”

Di sudut kampus, sekelompok anak muda Gereja yang kini lebih dikenal dengan istilah OMK, Anak Muda Katolik terlihat sedang terlibat diskusi yang nampak serius tapi santai. Sepertinya mereka sedang merencanakan sesuatu yang menarik. Anak Muda jaman sekarang memang mesti kreatif tapi tetap edukatif. Memanfaatkan waktu dengan hal-hal yang berguna sekaligus refreshing.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka begitu riang gembira. Ya beginilah kalau anak muda berkumpul. Seolah tidak ada kata susah dalam hidup mereka. Namun di antara mereka, seolah luput dari perhatian, ada dua anak muda berlawanan jenis yang kelihatannya sedang terlibat pembicaraan menarik. Mereka terlihat sibuk dengan diri mereka. Tidak menggubris diskusi kelompok. Dari pandangan dan senyum mereka nampaknya ada sesuatu yang sedang terjadi. Mimik dan tingkah laku mereka memancarkan pesona asmara. Eit, benarkah begitu?

Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh tepukan di pundak. "Hei ! Kalian ngapain sih, dari tadi asyik bisik-bisik berdua?" Tepukan sang teman membuat mereka tersipu-sipu. Yah, si Enrik senyum-senyum sambil melirik Berlian yang melotot ke arah temannya yang telah mengagetkan tadi. "Apa sih Boy, suka-suka gua dong," seru Berlian. Si teman tertawa menggoda. Akhirnya di akhir pertemuan tercapailah kesepakatan bersama untuk acara Ziarah ke Ganjuran keesokan paginya. Mereka sepakat pergi naik motor berboncengan. Begitu dengar keputusan mesti berboncengan, Berlian langsung menatap Enrik penuh arti. Dan Enrik paham apa artinya itu. Hmmm... nampaknya cinta kilat telah terjadi.

Cinta kilat,...akankah abadi?

Pagi itu perjalanan mereka begitu membahagiakan. Wajah mereka nampak ceria. Perjalanan panjang dan panas tak menyurutkan semangat mereka. Pun pula dengan pasangan baru Enrik Berlian. Wajah penuh tawa mewarnai perjalanan hari ini. Hari ini adalah awal kedekatan yang tak terduga bagi Enrik dan Berlian. Merekapun menyemai komitmen kebersamaan ini di sini di Ganjuran. Mereka berdoa berdua berjanji setia berdua. Dan hari-hari selanjutnya mereka lalui selalu berdua. Seolah dunia ini hanya milik mereka berdua. Yang lainnya ngekos. Ahhh...dunia jaman sekarang beda sekali dengan jaman emak mereka.

Masa-masa kuliah yang masih online memberi banyak ruang dan waktu bagi mereka untuk berduaan. Handphone tidak pernah lepas dari tangan mereka. Selfi sana sini , jeprat jepret dan posting. Itulah aktivitas anak muda jaman sekarang. Dunia mereka tidak bisa lepas dari medsos. Jarak yang jauh bukanlah halangan untuk bisa berkomunikasi. Bahkan bisa melihat wajah dari jarak yang jauh sekalipun. Asmara yang sedang melanda hati mereka, rupanya telah menutup mata dan hati Berlian. Dia lupa bahwa nun jauh di seberang laut ada sebuah hati yang setia menjaga cinta. Yahhh...rupanya Berlian telah lupa diri. Persoalanpun muncul tanpa disadarinya.

Apakah benar kata orang bahwa cinta itu buta?

Nun jauh di sana Bara memandangi sebuah foto tanpa berkedip, mata melotot memerah, hati membara, tangan mengepal menahan amarah. "Siapa cowok ini Berlian, bisiknya, Mesra sekali kalian berdua. Kau tega sekali mengkhianati cinta kita. Aku harus mencari tahu, bisiknya geram. Berlian, tunggu kedatanganku. Baru dua Minggu kauputuskan cinta kita dan secepat itu pula hatimu berlabuh ke cowok lain", hati Bara semakin membara. Kemarahanpun  memuncak. Tak peduli jarak yang jauh, Bara sudah bertekad bulat akan menyelesaikan masalah ini.

Di tempat kos, Berlian merasa gelisah. Permainan cintanya pasti akan terbongkar. Malampun  tidak bisa tidur bukan karena swara nyamuk. Seakan-akan hari-hari indahnya bersama Enrik sirna seketika berganti bayangan menakutkan. "Duhhh, gimana kalau Bara datang ke sini dan bertemu Enrik", bisik hatinya cemas. Berlian pun mencari segala cara supaya Bara tidak bisa  menemui Enrik. Namun Berlian lupa bahwa cowok bukanlah mahluk yang lemah. Mereka berbicara bukan pakai rasa melainkan pakai otak. Bara mulai berkemas untuk datang ke Yogyakarta menemui Enrik. Mereka sudah janjian bertemu di suatu tempat.

Akankah pertemuan ini terjadi ? 

Bara langsung menemui Berlian di tempat kos. Mereka terlibat adu mulut yang pada akhirnya membuat Berlian tidak bisa berbuat apa-apa selain mengatakan apa yang terjadi. Dia mengakui kesalahannya di hadapan Bara. Seketika itu juga mereka berdua berjanji untuk bersatu kembali. Dalam hati yang paling dalam teringatlah Berlian akan Enrik yang telah memberi warna baru dalam cinta mereka. Enrik yang sangat dekat dengan Tuhan mencoba untuk merubah Berlian menjadi manusia yang lebih baik. Namun rupanya semesta tidak mengijinkan mereka untuk lebih lama lagi berdua.

Enrik telah tiba di tempat yang telah di sepakati. Dari kejauhan dilihatnya Berlian berjalan beriringan bersama Bara. Satu hal tak diduga bahwa ternyata Berlian pun ikut. Hati Enrik berkecamuk tak tentu antara benci dan cinta. Benci karena Berlian telah berbohong tapi hati ini tidak dusta bahwa masih ada rasa sayang. Dari pembicaraan dengan Bara telah membuka mata hati Enrik bahwa selama ini Berlian telah membohonginya. Ternyata selama ini Bara masih menemui Berlian di kos. Kenapa kau lakukan itu Berlian, bisik hati Enrik.

Berlian tak mampu menatap mata Enrik yang diyakininya pasti marah besar. Maafkan aku Enrik, bisik hatinya, aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku sebenarnya ingin membuka lembaran baru bersamamu. Karena aku tahu kamu lelaki yang baik, namun caraku salah, kata hati Berlian. Berlian bicara lewat tetesan air mata penyesalan. Namun semuanya terlambat.

Tuhan masih menaungi hati dan pikiran Enrik. Didikan orangtuanya yang religius telah menyelamatkannya dari nafsu amarah. Dalam pergulatan yang panjang akhirnya Enrik pun ikhlas melepas Berlian yang pada akhirnya nemutuskan cinta kilat mereka. Dan di Ganjuran pula pada akhirnya cinta Enrik dan Berlian harus  berakhir.

Cinta adalah sebuah perasaan yang harus didasari dengan rasa tanggungjawab. Jangan mencari cinta kalau belum siap untuk setia. Dan jangan pula mempermainkan perasaan. Karena perasaan itu begitu halus dan mudah terluka. Tidak ada obat yang mampu menyembuhkannya.  Semoga Enrik menemukan cintanya yang sejati. Dan Bara serta Berlian menjadi pasangan yang semakin kuat dalam ikatan cinta suci.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Ose Mau

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Berpijak di Bawah Sabda Pancasila

Kamis, 2 Juni 2022 06:41 WIB
img-content

Awalku adalah Akhir Bersama Ganjuran

Selasa, 17 Mei 2022 13:20 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

Lihat semua