Hari Kesehatan Nasional: Sri Piwelas, Kader Paliatif yang Dampingi Pasien Kanker dengan Welas Asih

Minggu, 14 November 2021 16:35 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berjuang menghadapai penyakit berat tidaklah mudah, para pasien harus berobat rutin dan merasakan efek pengobatannya. Tak hanya pasien, keluarga yang mendampingi juga harus menjaga semangat kesembuhan bersama. Di Pademangan, Jakarta Barat, Ibu Sri Piwelas terketuk hatinya untuk menjadi keluarga yang melakukan perawatan paliatif para pasien ini.

Melansir RS Carolus, perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas hidup pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan memperhatikan aspek psikologis dan spiritual. 

Selain sibuk sebagai ketua RT di wilayah Pademangan Barat, Ibu Sri Piwelas juga sibuk mendampingi pasien kanker sebagai Kader Paliatif. Hal tersebut telah beliau tekuni sejak tahun 2018. Perempuan 53 tahun ini turut aktif dalam membina, meliterasi, serta mengedukasi warga. Bagi beliau, kebahagiaan adalah ketika bisa membantu dan melihat warganya tersenyum.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Saya ada kegiatan pendampingan paliatif dan pendampingan kelompok usaha bersama. Saya mendampingi pasien yang sakit berat, yaitu kanker. Sebenarnya saya sendiri punya pengalaman mendampingi keluarga yang sakit. Lalu saya jadi tahu kalau pasien banyak perhatian. Saya menanyakan keadaannya, pengobatannya, bagaimana perasannya,” ungkap Sri melalu kanal YouTube Ibu Ibukota.

Selain kader paliatif, Sri juga disibukkan dengan kegiatannya sebagai ketua RT yang sudah dijalani sejak tahun 2005. Tak sampai di situ, Ibu Sri juga menjadi pendamping Kelompok Usaha Bersama. Ibu Sri membimbing warga untuk mendirikan usaha sendiri. Hingga saat ini, banyak warga yang dibimbingnya telah sukses dan membuka lapangan kerja baru.

“Awal ceritanya saya itu PKK RW. Terus habis PKK RW, saya sempat berhenti untuk mengurusi suami, terus habis itu saya masuk lagi dan aktif menjadi ketua RT. Terus dipanggil sama Pak RW harus mengikuti kegiatan PKK, otomatis tambah pekerjaan. Lalu habis PKK di RW, disuruh masuk di kelurahan, ikut tes. Saya masuk di PKK kelurahan. Di situ saya Pokja 4 bu, Pokja 4 kan mengurusi posyandu, nah di situ saya harus aktif mengurusi penimbangan, 11 RW,” tuturnya.

Salah satu alasan mengapa Sri memilih mendedikasikan hidupnya untuk orang sakit ialah karena merasa dari kecil menjadi anak angkat dengan orang tua guru dan bidan, terbiasa melihat mereka membantu warga.

“Paliatif itu ketika saya memberi penjelasan atau arahan dukungan ke pasien kanker kalau yang mau dengerin senang banget gitu. Kalau mau nurut kan akhirnya lebih baik. Bukannya sembuh, kalau kanker kan nggak ada kata sembuh,” ujarnya.

Kemudian, atas pengabdiannya sebagai kader paliatif, Sri mendapatkan sertifikatnya sejak tahun 2018. Peserta mengikuti pelatihan selama satu minggu dengan materi dan praktik, bagaimana cara memandikan, mengelap, mendudukkan, hingga memijat.

“Saat ini jumlah pasien yang saya damping dari tahun 2018 kalau dihitung ada 27 orang. Kadang yang keluarga sudah nggak mau. Sekarang tinggal tiga pasien yang intens saya damping. Sebetulnya banyak warga yang terkena kanker, cuma nggak mau ke dokter terus nggak mau jujur,” lanjutnya.

Sri menceritakan jika belum lama ada yang ke rumah ternyata sudah sampai stadium tiga. "Stadium dininya kemana?", saya bilang gitu. Tidak kontrol karena payudaranya sering bengkak dan baru diketahui sudah stadium tiga.

“Sekarang saya dampingi, kemarin habis kemoterapi. Puji Tuhan katanya sudah tidak merah, saya belum kelihat ke sana,” ungkapnya.

Melalui kisah Sri, kita belajar tentang kepedulian dan welas asih pada orang lain di sekitar kita. Semoga cerita Sri bisa menginspirasi kita semua untuk melakukan hal yang sama di lingkungan tempat kita tinggal.

 

Ketahui Prosedur Perawatan Paliatif

Menurut situs Medline Plus, prosedur yang dilakukan selama perawatan paliatif adalah:

  1. Mengatasi gangguan fisik, seperti nyeri, susah tidur, napas menjadi pendek, tidak nafsu makan, dan merasa sakit pada perut. Guna mengatasinya, spesialis akan melakukan konseling gizi, terapi fisik, serta memberikan teknik bagaimana mengambil napas dalam-dalam agar tubuh menjadi lebih rileks.
  2. Mengatasi gangguan emosi dan sosial, seperti merasa takut, marah, sedih, emosi tidak terkontrol, dan depresi. Begitupun dengan keluarga pasien yang juga merasakan hal yang sama. Spesialis akan melakukan konseling, membuat diskusi antar-sesama pasien yang memiliki riwayat penyakit yang sama, dan pertemuan keluarga.
  3. Mengurangi masalah finansial yang akan dihadapi karena pengeluaran untuk biaya pengobatan yang cukup besar. Tim perawat harus menjelaskan seberapa besar biaya yang diperlukan untuk pengobatan, sebelum pengobatan tersebut dilakukan sekaligus memberikan konseling terkait keuangan.
  4. Meringankan masalah spiritual dengan menolong pasien untuk menemukan kedamaiannya, dan biasanya melibatkan tokoh agama masing-masing yang dipercayainya.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Humaniora

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Humaniora

Lihat semua