Salut Buat Kemhan, Dorong Industri Pertahanan Lebih Berdikari
Kamis, 21 November 2019 18:21 WIB
Sering kali kebijakan pemerintah di beberapa negara dalam meningkatkan anggaran pertahanan militernya, dianggap sebagai langkah awal untuk lebih berperilaku agresif.
Di tambah lagi, jika belum dapat beranjak dari ingatan mengenai invasi AS terhadap wilayah irak pada tahun 2003, peningkatan anggaran pertahanan militer akan disimpulkan sebagai tindakan yang “siap berperang”. Mengingat pada masa pemerintahan Presiden George W. Bush tepat sebelum melancarkan invasinya, telah meningkatkan anggaran belanja militernya.
Penting untuk dipahami bahwa peningkatan anggaran tidak selalu dapat disimpulkan sebagai tindakan agresif. Seperti halnya memberlakukan anggaran non-pertahanan, meningkatkan anggaran pertahanan lumrah dilakukan oleh suatu negara.
Tentu, langkah tersebut diambil dengan memperhatikan berbagai aspek.
Begitu juga dengan Kementerian Pertahanan (Kemhan) yang baru-baru ini mengambil langkah-langkah strategis dengan menambah anggarannya untuk mendukung industri pertahanan dalam negeri.
Kemandirian industri pertahanan adalah hal yang selama ini kita cita-citakan. Sebab, bergantungan dengan impor senjata pertahanan dari negara lain sering kali mempengaruhi kepentingan nasional dalam situasi tertentu.
Antisipasi terhadap ancaman yang multidimensional juga menjadi pertimbangan dalam hal ini.
Menambah anggaran pertahanan berarti memberikan kesempatan terhadap industri pertahanan dalam negeri untuk menjadi suplier utama Alutsista di Indonesia.
Ini sejalan dengan arahan Presiden Jokowi pada (31/10), bahwa sektor pertahanan harus benar-benar memanfaatkan belanja di bidang pertahanan. Khususnya untuk memacu industrialisasi industri strategis di dalam negeri, yang sekaligus untuk mendukung minimum essential force yang telah ditargetkan.
Selain itu, terpilihnya Wahyu Sakti Trenggono sebagai Wakil Menteri Pertahanan juga akan mendukung langkah-langkah ini. Mengingat latar belakang Trenggono adalah pebisnis atau pengusaha di bidang telekomunikasi, bisa jadi akan membantu dalam mewujudkan ekspansi ekspor Indonesia di bidang pertahanan.
Emile Benoit dalam tulisannya yang berjudul Growth and Defense in Developing Countries menekankan bahwa pengeluaran anggaran pertahanan yang besar akan mempengaruhi pertumbuhan suatu negara. Dan kecilnya anggaran pertahanan suatu negara akan membuat pertumbuhan ekonomi negara tersebut lambat.
Kapabilatas untuk mengekspor memang membutuhkan waktu, tetapi belanja pertahanan melalui industri pertahanan dalam negeri sendiri akan meningkatkan lapangan pekerjaan, meningkatkan daya beli dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sehingga, dari sini kita dapat memahami bahwa meningkatkan anggaran pertahan tidak selalu untuk satu tujuan yaitu bersiap untuk perang dengan negara lain. Tetapi untuk memperkuat pertahanan negara dalam menghadapi tantangan eksternal yang semakin beragam, perlu mengambil langkah-langkah strategis.
Dan salah satu langkahnya dengan mewujudkan industri pertahanan dalam negeri yang lebih berdikari (mandiri).
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Gelitikan Musiman Vanuatu Soal Papua dan Perlunya Diplomasi Warung Kopi ala Indonesia
Kamis, 1 Oktober 2020 10:46 WIBAntara Kesehatan dan Perekonomian di Tengah Wabah Corona
Selasa, 29 September 2020 17:47 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler