Pengusaha, Pelatih Dan Aktivis
Memahami Kesepadanan dalam Pernikahan secara Realistis
Rabu, 4 Juni 2025 14:02 WIB
Perjalanan setiap orang menuju pernikahan dan kemudian menjalani kehidupan rumah tangga adalah misteri.
Perjalanan setiap orang menuju pernikahan dan kemudian menjalani kehidupan rumah tangga adalah misteri. Ada yang kelihatannya gampang sekali menemukan jodoh, ada yang sebaliknya sulit sekali. Berapa lama pernikahan dan rumah tangganya akan bertahan juga tidak ada yang tahu secara pasti. Ada yang seumur jagung, bertahan belasan tahun sampai yang bisa bertahan hingga ajal menjemput. Hanya saja perlu diingat bahwa menjalani kehidupan rumah tangga sudah pasti berliku, penuh dengan tantangan dan bahkan kejutan.
Seperti belum lama ini, dalam sebuah kesempatan majelis, seorang ibu yang menjadi jamaah sempat bertanya berkenaan dengan anak perempuan bungsunya yang belum saja mendapatkan jodoh. Padahal menurutnya, pekerjaan sudah mapan dengan menjadi guru pegawai negeri, parasnya juga cantik, kedua orang tuanya berkecukupan, setiap ada laki-laki yang siap menikah, hampir selalu tidak merasa cocok dengannya. Segala upaya lahir dan batin juga telah lama ditempuhnya.
Manakala saya berkunjung ke rumahnya, tentu atas permintaan darinya, ternyata anak perempuan bungsunya itu menginginkan calon suami seperti kakaknya. Kakak laki-laki yang terlihat begitu romantis dan sayang terhadap istrinya. Bahkan untuk keperluan sapaan suami kepada istrinya itu ia memanggil dengan sapaan: sayang. Jadi hampir selalu dibanding-bandingkan setiap ada laki-laki yang hendak mengajaknya menikah, kalau kriterianya jauh seperti kakaknya, ia pun akan gampang menolaknya.
Pendekatan menjemput jodoh seperti itu yang menurut saya tidak realistis. Betapa banyak kaum muda yang begitu perfect dalam mencari jodoh. Menuntut kesepadanan (kafa'ah) yang direkayasa sedemikian rupa, sehingga tampak logis dan akhirnya malah mempersulit sendiri. Bagi saya, menjemput jodoh untuk menikah harus ditempuh dengan realistis. Karena hidup itu berada di tengah realitas. Boleh saja kita mengharapkan jodoh atau calon pasangan yang seideal mungkin, tetapi jangan kehilangan asas proporsional. Dalam syariat dan tradisi menikah dalam Islam, agar tidak absurd, menjemput jodoh disesuaikan dengan target. Targetnya sampai kapan akan menikah. Ada target minimal dan target maksimal.
Memilih jodoh yang sepadan tentu saja prioritas, apakah akan melihat kesepadanan dari pekerjaan, harta, asal-usul keluarga dan bahkan riwayat keagamaan. Hanya saja prinsip proporsionalitas harus tetap dikedepankan, sebab tidak akan ada manusia yang sempurna seratus persen tanpa kekurangan. Demikian kesepadanan yang dimaknai sebagai komitmen dan sikap untuk saling memuliakan di antara keduanya. Soal apakah jodoh kita setelah menikah dan berumah tangga itu seperti apa, tidak perlu dibuat pusing, karena inilah hidup sebagai bagian dari proses yang harus ditempuh.
Dua orang, laki-laki dan perempuan, telah menikah dan dianggap sebagai pasangan ideal, memahami konsep kesepadanan dan kesetaraan gender dalam Islam, juga belum tentu rumah tangganya dijamin langgeng. Banyak sekali kasusnya terjadi dalam kehidupan nyata. Meningkatkan wawasan tentang relasi suami istri yang setara itu memang perlu, tetapi tidak perlu terlalu selektif dan protektif, sampai kemudian membuat kita malah semakin ragu-ragu dan takut untuk mengambil keputusan dan menikah.
Lalu bagaimana agar memahami konsep kesepadanan dalam Islam menjadi realistis? Lakukan shalat tobat dan istikharah, minta petunjuk kepada Allah. Tunaikan sedekah yang tentu diniati karena Allah, dengan do'a agar dimudahkan dalam menemukan jodoh. Bila perlu, bantu saudara atau teman yang dalam waktu dekat akan menikah, apakah membantu menanggung biaya percetakan undangan atau lainnya. Sambil terus berikhtiar, perbanyak membaca buku, silaturahmi, berikut target minimal dan maksimal tentang kriteria kesepadanan. Umpamanya asalkan laki-laki calon suaminya itu berasal dari keluarga yang baik, berkomitmen untuk giat bekerja, mendukung karir istrinya, dan segala komitmen lain yang bisa dibicarakan dalam proses ta'aruf nanti, ya itulah jodoh yang dipersiapkan Allah.
Saya termasuk orang yang kerap dimintai pertimbangan soal jodoh berkenaan dengan konsep kesepadanan (kafa'ah). Jangan terlampau terbawa perasaan seperti kita menonton film romantis Korea atau India. Jemput, menikah dan berumahtanggalah secara realistis. Semakin sederhana kita dalam menjemputnya, maka akan semakin sederhana pula Allah mempertemukan kita dengan jodoh. Sehingga nanti apabila telah menikah, lalu merasakan sendiri lika-likunya, proses perjalanannya akan bertahan, akan ada cara kreatif agar kita tetap bisa harmonis.

Penulis Indonesiana
1 Pengikut

Memahami Kesepadanan dalam Pernikahan secara Realistis
Rabu, 4 Juni 2025 14:02 WIB
Intelektual dan Iklim Akademik yang Semu
Rabu, 21 Mei 2025 22:38 WIBArtikel Terpopuler