Gemar berbagi melalui ragam teks fiksi dan nonfiksi.

AI dalam Industri Buku, antara Manfaat dan Tantangan Etis

Rabu, 4 Juni 2025 07:05 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
AI menulis buku
Iklan

AI bantu bikin buku dalam hitungan menit. Namun, apa jadinya kalau kualitas dan keberagaman malah jadi korban?

 

***

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penggunaan Akal Imitasi (AI) dalam industri buku menjadi topik hangat, dengan pendapat yang beragam dari para profesional. Sebuah survei yang dilakukan oleh The Bookseller mengungkapkan bahwa AI dianggap sebagai alat yang sangat berguna oleh sebagian, namun juga dikritik karena menghasilkan konten yang menyesatkan dan bias rasial.

Dari sekitar 100 responden survei, termasuk editor, pemasar, dan pustakawan, 34% menyatakan bahwa perusahaan mereka mendorong penggunaan AI, sementara 22% sangat didorong untuk menggunakannya. Namun, 58% mengungkapkan kekhawatiran terhadap teknologi ini, dan hanya 18% yang merasa optimis.

Beberapa editor menggunakan AI untuk membantu dalam proses penyuntingan naskah, penulisan judul, dan deskripsi sampul. Seorang humas dari penerbit besar menyatakan bahwa AI membantu dalam brainstorming ide, namun hasilnya selalu perlu disesuaikan oleh manusia untuk mencapai kualitas yang diinginkan.

Namun, tidak semua pengalaman positif. Beberapa profesional melaporkan bahwa AI sering "berhalusinasi", menghasilkan informasi yang tidak akurat atau bahkan memperkuat stereotip rasial. Masalah ini menimbulkan kekhawatiran tentang keandalan dan etika penggunaan AI dalam konteks penerbitan.

Selain itu, tulis thebookseller.com, ada kekhawatiran tentang pelanggaran hak cipta, karena AI dilatih menggunakan karya-karya yang ada tanpa izin dari penulis. Beberapa penulis terkenal, termasuk George R.R. Martin dan John Grisham, telah mengajukan gugatan terhadap OpenAI atas penggunaan karya mereka tanpa izin.

Di sisi lain, AI juga digunakan untuk meningkatkan efisiensi dalam pemasaran dan distribusi buku. Misalnya, AI dapat membantu dalam personalisasi rekomendasi buku kepada pelanggan berdasarkan riwayat pembelian mereka, serta mengoptimalkan manajemen inventaris.

Namun, penggunaan AI dalam desain sampul buku juga menuai kontroversi. Beberapa penerbit dikritik karena menggunakan seni yang dihasilkan oleh AI, yang dianggap mengurangi peluang bagi ilustrator manusia dan menimbulkan pertanyaan tentang orisinalitas karya seni tersebut.

Dalam konteks penerjemahan, AI telah digunakan untuk menerjemahkan teks, namun hasilnya sering kali dianggap kurang memadai oleh para penerjemah profesional. Sebuah survei menunjukkan bahwa 36% penerjemah telah kehilangan pekerjaan karena AI, meskipun 37% mengakui telah menggunakan AI dalam pekerjaan mereka.

Penting untuk dicatat bahwa AI bukanlah pengganti manusia, melainkan alat bantu. Seorang penulis menyatakan bahwa AI dapat membantu dalam penelitian dan penyuntingan, namun kreativitas dan intuisi manusia tetap tak tergantikan dalam proses penulisan.

Untuk mengatasi tantangan etis, beberapa penerbit telah menetapkan kebijakan transparansi, seperti menandai karya yang diterjemahkan oleh mesin. Langkah ini bertujuan untuk menjaga kepercayaan pembaca dan memastikan akuntabilitas dalam penggunaan AI.

Selain itu, penting bagi industri untuk menetapkan standar dan protokol baru dalam penggunaan AI. Kolaborasi antar penerbit dan berbagi wawasan dapat membantu dalam mengelola AI secara efektif dan adil.

Dalam konteks Indonesia, penerbit dan profesional buku dapat mengambil pelajaran dari pengalaman global ini. Penting untuk mengadopsi AI secara bijak, dengan mempertimbangkan aspek etika, legalitas, dan dampaknya terhadap pekerja kreatif.

Pelatihan dan edukasi tentang penggunaan AI juga menjadi kunci. Dengan meningkatkan literasi AI di kalangan profesional buku, mereka dapat memanfaatkan teknologi ini secara efektif tanpa mengorbankan kualitas dan integritas karya.

AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dalam industri buku, namun juga membawa tantangan etis dan legal yang signifikan. Pendekatan yang seimbang dan bertanggung jawab diperlukan untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan untuk memperkaya, bukan merugikan, dunia literasi. ***

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana

7 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pilihan Editor

Lihat semua