Mahasiswa aktif UIN Sunan Kalijaga
Menonton Film Juga Bentuk Produktivitas
Jumat, 30 Mei 2025 20:12 WIB
Menonton film sering dikategorikan sebagai kegiatan yang menghabiskan waktu dan konsumtif.
***
Juni 2025, waktu yang awalnya terasa begitu lurus dan biasa saja, terasa semakin melebar dalam satu bulan itu. Libur dan menganggur, itulah alasan yang mendasari kesimpulan di atas. Satu minggu yang biasanya kuhabiskan dengan berkuliah, tiba-tiba berubah menjadi satu minggu yang kuhabiskan dengan kegiatan konsumtif yang tidak produktif. Itulah mahasiswa zaman sekarang. Dalam rangka untuk memperbaiki citra dan marwah seorang mahasiswa, sebuah solusi mencuat dari dalam kepala untuk melakukan gerakan yang produktif.
Menonton film sering dikategorikan sebagai kegiatan yang menghabiskan waktu dan konsumtif. Namun, sebagai penikmat film tentu saya akan mencari cara supaya menonton film menjadi lebih produktif dan bisa dikembangkan menjadi sebuah skill yang menjanjikan. Tulisan ini sedikit banyak akan menarasikan beberapa langkah dalam menonton film agar menjadi kegiatan yang tidak hanya konsumtif namun produktif. Juga beberapa hal yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan bernarasi yang lain.
Memahami Karakter dalam Film
Unsur terpenting pertama dalam sebuah film adalah karakter. Tanpa karakter, film tidak akan bisa bercerita. Karakter dalam sebuah cerita baik itu film, cerita pendek, novel maupun mitos atau legenda merupakan pusat perhatian dari penonton atau pembaca. Mereka menjadi titik dimana fokus penonton menjadi satu. Bahkan tidak sedikit dari karya seni tulisan itu hanya berfokus pada karakter khususnya adalah perkembangan karakter. Misalnya, dalam novel detektif Sherlock Holmes, menceritakan kegiatan seorang detektif konsultan dalam menghadapi berbagai macam kasus. Juga dalam film Anora (2024) yang menjuarai Oscar tahun lalu menceritakan dinamika hubungan dan perkembangan karakter yang utuh dan kompleks.
Ketika membaca sebuah cerita atau menonton film sering kali kita mengandaikan diri kita sebagai karakter utama dalam cerita tersebut. Sehingga apapun yang dirasakan oleh karakter utama seolah-olah terjadi pada kita. Itulah salah satu kriteria cerita yang bagus dan menarik, yakni cerita yang mampu membawa audiensnya masuk ke dalam dunianya.
Itu hanya salah satu elemen dari karakter dalam cerita yang membuat cerita semakin menarik. Ada banyak sekali elemen dari karakter yang patut diketahui apabila ingin menggali makna lebih dalam pada sebuah cerita. Namun, tentu tulisan ini tidak menyebutkan semua elemen yang ada dalam karakter. Perlu berpuluh-puluh lembar untuk menjelaskan karakter. Maka dari itu, cukup dua elemen untuk mengubah pandangan tentang film.
Pertama, dalam sebuah cerita kita sering menyebut tokoh utama sebagai protagonis. Itu tidak salah, namun dalam wawasan yang lebih luas karakter yang menjadi sorotan utama khususnya dalam kepenulisan cerita naratif disebut sebagai Hero. Karakter yang memiliki keinginan kuat yang menjadi plot utama dalam sebuah cerita. Bisa juga karakter yang memiliki tujuan tertentu karena terpaksa dan harus segera diselesaikan. Sebut saja Oppenheimer di dalam filmnya yang memiliki tujuan untuk membuat bom super besar karena desakan pemerintah dan militer juga Beau dalam filmnya Beau Is Afraid (2023) yang memiliki keinginan kuat untuk pulang ke rumah ibunya. Akhirnya perjalanan karakter mencapai keinginan atau tujuannyalah yang menjadikan durasi panjang dalam film tersebut. Tentu dengan lebih didramatisasi.
Yang kedua adalah Mentor. Karakter yang menjadi pondasi hero dalam menemukan keinginannya. Seorang mentor, tidak harus berbentuk seseorang bisa jadi kondisi ataupun hero itu sendiri juga adalah seorang mentor. Mentor juga tidak seluruhnya baik, ada juga yang jahat dan justru menjerumuskan hero dalam kekecewaannya. Poin pentingnya adalah sesuatu hal yang bisa membimbing atau menghasut si hero untuk melakukan sesuatu atau kadang hanya sekedar menasihatinya.
Pada akhirnya, sebuah cerita akan berjalan dengan dua elemen karakter itu. Seorang hero yang memiliki keinginan tertentu, namun dalam perjalanannya ia akan menghadapi banyak hambatan sehingga ia membutuhkan bimbingan dan disinilah fungsi mentor. Namun, bisa saja mentor menjadi musuh utama si Hero.
Membedah Struktur Penceritaan
Sebuah sepeda motor akan melaju dengan baik, apabila seluruh susunan komponennya bekerja dengan baik. Begitu juga dalam bercerita. Sebuah cerita dapat berjalan dengan baik dan memikat hati penonton apabila seluruh struktur penceritaannya berjalan dengan baik. Sebuah cerita yang tidak memiliki struktur yang jelas akan membingungkan penonton dan pembaca. Untuk itu dalam sebuah film, pasti sudah ada struktur pencertiannya karena sudah melewati banyak sekali koreksi dan penyesuaian.
Terdapat banyak sekali jenis struktur penceritaan. Struktur 3 babak, 8 babak, 22 babak dan masih banyak lainnya. Namun, yang paling terkenal dan sering dipakai adalah struktur 3 babak. Seperti namanya struktur ini terdiri dari tiga babak yaitu act 1, act 2 dan act 3. Bagian pertama adalah act 1, yaitu pengenalan untuk karakter, lingkungan dan juga situasinya saat ini. Dalam bagian ini juga disampaikan tema yang diapakai pada film baik secara eksplisit maupun implisit. Di sinilah kita diperkenalkan gambaran dunia milik si hero dan keinginan atau tujuannya kelak. Lalu, di ujung bagian ini karakter akan dihadapkan pada situasi kritis yang mengharuskannya untuk memilih jalan yang akan dia lewati, seperti melalui persimpangan jalan. Seperti Cooper dalam Interstellar(2014) yang dihadapkan pada dua pilihan yaitu untuk pergi menjalankan misi atau tetap tinggal bersama anaknya.
Kemudian, memasuki act 2, yaitu perjuangan si hero untuk mencapai tujuannya. Dalam bagain inilah biasanya si Hero akan merasakan kesenangan setelah memilih pilihannya dan bertemu dengan mentornya. Pada penghujung akhir act 2, karakter akan menemui tantangan terbesar untuk mencapai tujuannya, ia harus melalui tantangan yang besar sehingga pada saat inilah sang mentor mulai beraksi dengan nasihat-nasihatnya. Juga kalau mengambil tema misteri di sinilah titik paling menegangkan dalam cerita. Sama seperti saat Cooper mendapati dirinya harus mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Brand.
Terakhir, adalah bagian puncak pada cerita. Kondisi paling krusial yang menjadi titik balik si Hero untuk mencapai keinginannya. Ia akan mati-matian melawan the big villain dengan seluruh nafas terakhirnya. Inilah saatnya si hero akan mencapai tujuannya. Kondisi dunia si hero setelah ia mencapai tujuannya akan disorot sebagai epilog. Sama seperti ketika Cooper yang bisa menemui anaknya yang sudah tua dan mendapati dunia sudah berubah.
Konklusi Untuk Produktif
Itulah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk bulan Juni mendatang, saat liburan menyerang. Supaya otak ini tidak menganggur dan membusuk begitu saja. Harapannya adalah pandangan orang tentang menonton film itu hanya menghabiskan waktu itu berubah. Ada juga hal-hal produktif yang bisa kita dapatkan ketika menonton film, sama seperti membuka sebuah novel dan juga buku. Pada akhirnya, yang membuat seseorang itu semakin produktif adalah kemauan dan motivasi dirinya untuk berproduktif,

Penulis Indonesiana
1 Pengikut

Menilai Putusan MK Soal Sekolah Gratis dengan Metode Dworkinian
Rabu, 4 Juni 2025 05:42 WIB
Menonton Film Juga Bentuk Produktivitas
Jumat, 30 Mei 2025 20:12 WIBArtikel Terpopuler