Membangun Citra Internasional melalui Naturalisasi Pemain Timnas

Rabu, 28 Mei 2025 12:01 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Timnas Indonesia
Iklan

Naturalisasi pemain timnas bukan hanya sekadar strategi olahraga, tetapi langkah strategis dalam membangun citra positif di mata dunia.

Sepak Bola dan Identitas Bangsa

Sepak bola adalah olahraga yang sangat diminati di seluruh dunia. Sepak bola satu-satunya budaya populer dalam sejarah olahraga dunia yang mampu memupuk rasa solidaritas. Sepak bola menghubungkan banyak budaya dari Eropa dan Amerika Selatan ke Australia, Afrika, Asia, dan bahkan Amerika Serikat. Sepak bola telah berkembang menjadi kultur di berbagai negara dan dapat menarik perhatian massa dengan manfaat olahraga yang tidak hanya bernilai olahraga (Aji, 2012). 

Seringkali, sepak bola dianggap sebagai alat yang kuat untuk mengidentifikasi negara. Tim nasional adalah representasi negara di tingkat internasional, dimana  membawa bendera, lagu kebangsaan, dan impian jutaan pendukung. Brasil tidak hanya memenangkan Piala Dunia, mereka juga menegaskan dominasi mereka dalam olahraga. Hal yang sama berlaku untuk negara lain seperti Argentina dan Italia, di mana sepak bola adalah bagian penting dari budaya dan hiburan. Sepak bola juga menyatukan orang-orang dari Sabang hingga Merauke di Indonesia, melampaui perbedaan suku, agama, dan bahasa (Guswani, 2025). 

Sepak bola dapat dipandang sebagai sebuah institusi global yang memiliki peran penting dalam membentuk dan memperkuat identitas nasional di berbagai negara. Sejak abad ke-19 hingga abad ke-20, persebaran sepak bola mengikuti dinamika geopolitik, terutama ketika negara-negara di Eropa dan Amerika Latin mulai menetapkan batas-batas wilayahnya secara formal.

Dari sisi politik, keberadaan tim nasional sepak bola suatu negara sering kali berkaitan erat dengan pengakuan atas kedaulatan negara tersebut. Keanggotaan dalam organisasi internasional seperti FIFA (Federation Internationale de Football Association) pada awalnya didasarkan pada pengakuan internasional terhadap status kenegaraan suatu entitas, termasuk apakah negara tersebut diakui secara resmi oleh negara-negara lain atau telah menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain aspek politik, sepak bola juga memiliki dimensi sosial yang kuat, karena memuat berbagai nilai budaya dan sosial yang mencerminkan identitas suatu bangsa (Aji, 2012). 

Tim nasional sepak bola Indonesia tidak hanya mewakili kekuatan olahraga, tetapi juga membawa nama, budaya, dan karakter bangsa ke panggung internasional. Setiap kali timnas bertanding dalam ajang regional maupun global, perhatian dunia ikut tertuju pada Indonesia baik dari sisi performa permainan, semangat sportivitas, hingga antusiasme suporternya. Dengan demikian, timnas menjadi representasi langsung dari semangat kolektif dan identitas nasional di mata publik internasional.

Kehadiran timnas di kejuaraan besar juga memberi kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat citra positif sebagai negara yang kompetitif, dinamis, dan bangga akan keanekaragaman budayanya. Prestasi tim, bahkan yang kecil sekalipun, dapat menciptakan narasi positif tentang Indonesia di media global. Dalam konteks diplomasi budaya, timnas berperan sebagai duta informal yang menjembatani interaksi antarbangsa melalui nilai-nilai universal olahraga.

Alasan di Balik Naturalisasi

Naturalisasi pemain dalam sepak bola Indonesia tidak lepas dari kebutuhan mendesak untuk memperkuat skuad secara teknis, terutama menghadapi kompetisi internasional seperti Piala Dunia dan Piala Asia. Mantan Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, menyebut bahwa program naturalisasi merupakan langkah penting untuk menutupi keterbatasan kualitas pemain lokal dan meningkatkan daya saing tim di tingkat Asia maupun dunia.

Ia menegaskan bahwa beberapa posisi strategis dalam tim nasional masih kekurangan pemain lokal dengan kualitas teknis yang memadai, sehingga naturalisasi menjadi solusi realistis (Antara, 2024). Misalnya, kehadiran pemain seperti Rafael Struick dan Ivar Jenner telah memberikan peningkatan signifikan dalam struktur permainan tim nasional, terutama dalam aspek taktik dan tempo permainan. “Naturalisasi bukan hanya soal status kewarganegaraan, tetapi soal kualitas dan kedalaman skuad yang dibutuhkan untuk bersaing di level tertinggi” (Shin Tae-yong, dikutip dalam Antara, 2024).

Salah satu keuntungan besar dari naturalisasi adalah potensi transfer ilmu, pengalaman, dan budaya profesionalisme dari pemain yang sebelumnya berkarier di luar negeri. Mereka tidak hanya berkontribusi dalam permainan di lapangan, tetapi juga membentuk kultur sepak bola yang lebih disiplin dan modern. Program naturalisasi bukanlah langkah pragmatis semata, melainkan bagian dari strategi jangka panjang yang dirancang oleh PSSI untuk membangun tim nasional yang lebih kuat dan kompetitif.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menekankan pentingnya membangun skuad yang mampu bersaing dalam jangka waktu panjang, tidak hanya untuk event saat ini, tapi juga untuk persiapan menghadapi Piala Dunia 2026 dan Piala Asia 2027. Dalam konteks ini, pemain-pemain muda dinaturalisasi bukan hanya untuk kebutuhan saat ini, tetapi untuk membentuk fondasi tim masa depan yang matang secara teknis dan mental (Republika, 2023).

Citra Internasional dan Dampaknya

Langkah strategis PSSI dalam melakukan naturalisasi pemain keturunan Indonesia yang berkarier di luar negeri bukan hanya bertujuan memperkuat aspek teknis Timnas, tetapi juga berdampak signifikan terhadap citra internasional Indonesia. Media asing, termasuk dari Korea Selatan secara khusus menyoroti kebijakan ini sebagai bentuk ambisi baru sepak bola Indonesia dalam meraih prestasi di panggung global. Media Korea Selatan bahkan menyebut langkah ini sebagai “kebijakan baru yang gila” (radical shift), yang mencerminkan perubahan serius dan keberanian Indonesia dalam mengelola talenta diaspora demi kepentingan nasional (Navigasi, 2023). 

Dengan sorotan media internasional tersebut, Indonesia tidak hanya memperluas pengaruhnya melalui prestasi olahraga, tetapi juga memanfaatkan sepak bola sebagai medium diplomasi lunak (soft diplomacy), di mana pencapaian dan visibilitas menjadi instrumen yang memperkuat daya tarik budaya bangsa. Kehadiran pemain diaspora mencerminkan keterbukaan Indonesia terhadap talenta global yang memiliki keterikatan historis dan kultural dengan tanah air, sehingga memperkuat jembatan budaya antara Indonesia dan negara-negara tempat mereka dibesarkan. 

Hal ini sejalan dengan gagasan Joseph Nye tentang soft power, di mana kekuatan suatu negara tidak hanya berasal dari kapabilitas militernya, tetapi juga dari kemampuannya menarik simpati dan dukungan melalui nilai-nilai budaya, kebijakan yang sah, dan institusi yang memiliki kredibilitas global. Naturalisasi pemain diaspora bukan hanya soal prestasi olahraga, tetapi merupakan bagian dari diplomasi publik modern, di mana Indonesia berusaha menampilkan citra sebagai negara yang toleran, progresif, dan siap bersaing secara sehat di panggung dunia.

Namun, di balik keuntungan tersebut, terdapat pula dampak negatif yang perlu dikritisi secara serius. Ketergantungan yang terlalu besar terhadap pemain diaspora dapat menciptakan ketimpangan antara pemain lokal dan naturalisasi, yang berpotensi menimbulkan frustrasi dan menurunnya motivasi pemain dalam negeri. Jika proses naturalisasi tidak diselaraskan dengan pembinaan jangka panjang terhadap pemain lokal, maka hal ini bisa menghambat regenerasi dan keberlanjutan tim nasional secara struktural (Rajawali, 2024).

Selain itu, muncul pula pertanyaan mengenai loyalitas dan ikatan emosional para pemain diaspora terhadap Indonesia, terutama ketika hasil pertandingan tidak sesuai harapan publik. Dalam jangka panjang, strategi ini dapat menciptakan persepsi bahwa keberhasilan Indonesia di bidang olahraga hanya dapat dicapai dengan mengandalkan talenta luar, bukan melalui sistem pembinaan dalam negeri yang kuat. 

Respon Publik dan Tantangan 

Kebijakan naturalisasi pemain diaspora oleh PSSI memperoleh perhatian luas dari publik dan menciptakan dinamika opini yang beragam. Banyak masyarakat menyambut positif langkah ini sebagai bentuk keseriusan dalam meningkatkan kualitas tim nasional secara strategis. Antusiasme ini tercermin dari tanggapan di media sosial dan media daring yang menyebut bahwa Indonesia kini memiliki “komposisi tim yang lebih seimbang dan kompetitif”. Selain itu, naturalisasi juga dianggap sebagai bentuk pengakuan terhadap identitas ganda para diaspora yang memiliki keterikatan emosional dan kultural dengan Indonesia, sehingga memperkuat rasa kebangsaan dalam keragaman.

Dalam prosesnya, kebijakan ini juga menghadirkan sejumlah tantangan yang perlu dikelola secara hati-hati. Salah satu tantangan utama adalah memastikan bahwa proses naturalisasi dilakukan secara selektif dan terencana, agar sejalan dengan pembangunan sepak bola nasional secara menyeluruh. Sebagaimana disampaikan oleh pengamat sepak bola Akmal Marhali, mengingatkan bahwa strategi ini perlu disertai dengan penguatan sistem pembinaan pemain lokal agar tercipta ekosistem sepak bola yang berkelanjutan (CNN Indonesia, 2024).

Di sisi lain, proses adaptasi budaya, bahasa, serta integrasi dalam tim juga menjadi aspek yang penting untuk diperhatikan guna menjaga keharmonisan dan semangat kolektif. Tanggapan publik yang beragam terhadap kebijakan ini menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam mendukung pembangunan sepak bola nasional merupakan bagian penting dari proses demokratisasi olahraga. Oleh karena itu, dialog terbuka, transparansi kebijakan, dan pendekatan inklusif menjadi kunci dalam menyelaraskan aspirasi publik dengan visi jangka panjang sepak bola Indonesia.

Kesimpulan

Strategi naturalisasi pemain dalam konteks sepak bola Indonesia adalah pendekatan yang memiliki banyak manfaat, yang tidak hanya berfokus pada peningkatan kinerja teknis di lapangan, tetapi juga berfungsi sebagai alat penting untuk memperkuat identitas nasional dan citra di tingkat internasional. Dengan hubungannya yang luas dengan berbagai budaya dan sebagai simbol kuat dari nasionalisme kontemporer, sepak bola adalah alat penting dalam komunikasi publik di Indonesia. Pemain diaspora yang bekerja di luar negeri meningkatkan kualitas permainan dan mengangkat nama Indonesia di mata dunia melalui sorotan media internasional dan apresiasi publik. 

Kebijakan pengembangan bakat lokal yang inklusif, berkelanjutan, dan terintegrasi harus diatasi dengan strategi ini. Sistem sepak bola nasional mungkin kehilangan autonominya jika terlalu bergantung pada pemain naturalisasi tanpa memperkuat sistem pembinaan usia dini. Dalam situasi seperti ini, naturalisasi tidak boleh dianggap sebagai jalan pintas menuju kesuksesan. Sebaliknya, itu harus dianggap sebagai bagian dari strategi yang dirancang untuk mencapai tujuan jangka panjang. Akibatnya, keberhasilan program ini sangat bergantung pada keseimbangan antara memanfaatkan talenta diaspora dan membangun infrastruktur pembinaan dalam negeri yang kuat. 

Sebagai alat diplomasi, sepak bola dapat menjadi sarana efektif untuk memperkenalkan Indonesia sebagai negara yang terbuka, kompetitif, dan menjunjung tinggi nilai-nilai inklusivitas. Namun, keberhasilan citra ini hanya akan bertahan jika dibarengi dengan komitmen jangka panjang terhadap integritas, transparansi, dan keadilan dalam setiap proses pembangunan olahraga nasional. Pada akhirnya, membangun tim nasional yang tangguh bukan hanya tentang memenangkan pertandingan, tetapi juga tentang menciptakan simbol kolektif kebanggaan yang mencerminkan kekuatan, keragaman, dan harapan bangsa Indonesia di mata dunia.


Referensi

Aji, R. B. (2012). Nasionalisme dalam sepak bola Indonesia tahun 1950-1965. Lembaran Sejarah, 10(2), 135-148.

Antaranews. (2024, Maret 22). Shin Tae-yong sebut program naturalisasi PSSI perkuat skuad timnas. https://www.antaranews.com/berita/4032039/shin-tae-yong-sebut-program-naturalisasi-pssi-perkuat-skuad-timnas

CNNIndonesia. (2024 November 5). Akmal: Indonesia Perlu Anut Paspor Ganda untuk Bantu Atlet Diaspora https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20241105191953-142-1163342/akmal-indonesia-perlu-anut-paspor-ganda-untuk-bantu-atlet-diaspora

Guswani, D,N. 11 Januari 2025. Sepak Bola dan Nasionalisme: Ketika Gol Menyatukan Bangsa. Kumparan. https://kumparan.com/naufald945/sepak-bola-dan-nasionalisme-ketika-gol-menyatukan-bangsa-24HVanEAMGj

Nye, J. S. (2004). Soft Power: The Means to Success in World Politics. PublicAffairs.

Navigasi. (2025, Maret 13). PSSI Gencar Naturalisasi Pemain, Media Korea Selatan Soroti Kebijakan Baru yang Gila di Sepak Bola Indonesia. https://makassar.navigasi.co.id/detail/434560/pssi-gencar-naturalisasi-pemain-media-korea-selatan-soroti-kebijakan-baru-yang-gila-di-sepak-bola-indonesia

Rajawali, B. S. (2024, May 18). Diplomasi Publik melalui Naturalisasi Diaspora Timnas Indonesia: Menggalang Identitas Nasional dan Kerjasama Internasional - Kompasiana.com. KOMPASIANAhttps://www.kompasiana.com/bentangsayaprajawali1782/6648ae19c57afb55d7750d02/diplomasi-publik-melalui-naturalisasi-diaspora-timnas-indonesia-menggalang-identitas-nasional-dan-kerjasama-internasional

Republika. (2023, Mei 9). Program jangka panjang Erick Thohir dinilai bentuk timnas tangguh. https://sport.republika.co.id/berita/rudx0z430/program-jangka-panjang-erick-thohir-dinilai-bentuk-timnas-tangguh

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagikan Artikel Ini
img-content
Indi Ratugenuita

Sebagai mahasiswa S1 Hubungan Internasional dengan antusiasme tinggi terhadap isu-isu global, diplomasi, dan kerja sama internasional. Saya memiliki ketertarikan mendalam pada ekonomi global, sosial-budaya, serta peran organisasi internasional dalam menyelesaikan tantangan dunia. Dengan kemampuan berpikir kritis dan rasa ingin tahu yang besar, saya aktif dalam kegiatan akademik untuk memperluas wawasan serta memahami dinamika hubungan antarnegara.

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Olahraga

Lihat semua