Hancurnya Mimpi Besar Ayah dalam Cerpen

Jumat, 23 Mei 2025 21:10 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Cover Cerpen Robohnya Surau Kami Karya A.A. Navis
Iklan

Novel "Anak Kebanggaan" karya A.A. Navis salah satu karya sastra yang menggambarkan keinginan tinggi seorang.

***

Dalam hidup, keinginan memiliki suatu hal yang tinggi pasti banyak dialami oleh setiap individu. Mimpi setiap orang haruslah tinggi agar dapat membakar semangat dalam perjuangannya. Namun, jangan lupa jika pada kenyataannya, apa yang diharapkan kita terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Novel “Anak Kebanggaan” karya AA Navis salah satu karya sastra yang menggambarkan keinginan tinggi seorang. Cerpen ini ada dalam buku kumpulan cerpen berjudul "Robohnya Surau Kami" yang diterbitkan pada tahun 1955.

Pengharapan dan angan-angan tersebut malah membuat ia lupa diri dengan tidak mendengarkan ucapan orang lain. Berikut kutipannya: 

“Dia yakin itu, bahwa Indra Budimannya akan mendapat nama tambahan dokter di muka namanya sekarang. Atau salah satu judul yang mentereng lainnya. 

Di balik harapan tinggi itu terselip perjuangan dan pengorbanan sang ayah. Perjuangan dia dalam mengumpulkan hasil jeripayah yang dilakukannya serta pengorbanannya dalam memberikan hasil tersebut kepada anak semata wayangnya. Berikut kutipannya:

"Di waktu mudanya Ompi menjadi klerk di kantor Residen. Maka sempatlah ia mengumpulkan harta yang jumlahnya lumayan banyak. Semenjak istrinya meninggal dua belas tahun berselang, perhatiannya tertumpah kepada anak tunggalnya, laki-laki" .

Namun, sang anak malah berakhir pada sang ayah. Harapan Ayahnya tidak ia kerjakan dengan baik, membalas dengan kenyataan yang mengecewakan. Berikut kutipannya:

"Tak teringat olehnya, bahwa bayangannya kepada ayahnya selama ini sudah diketahui oleh orang kampungnya. Lupa ia bahwa semua mata orang kampungnya yang tinggal di Jakarta selalu saja mempercermin kehidupan yang bejat".

Pada kenyataannya, komunikasi adalah hal yang penting. Kejujuran yang pahit itu lebih baik dari ringkasan manisnya. Mau siapapun orangnya, seburuk siapapun orangnya, tidak ada yang bisa mengelakkan bahwa berbohong itu perbuatan yang tidak baik.

 

Memiliki impian yang tinggi itu boleh, tapi jangan lupa untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah diterima. Karena pepatah mengatakan di atas langit masih ada langit dan di bawah tanah masih ada tanah. Jangan sampai rasa kecewa menghancurkan segalanya. 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dzikra Mufti

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua