Gemar berbagi melalui ragam teks fiksi dan nonfiksi.

Terapis Digital: (Katanya) ChatGPT Bisa Sembuhkan Luka Batin

Jumat, 23 Mei 2025 14:57 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Terapis dengan ChatGPT mampu menyembuhkan luka batin
Iklan

ChatGPT menawarkan potensi besar dalam mendukung kesehatan mental. Namun, interaksi dengan manusia merupakan hal utama yang harus dilakukan.

 

***

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penggunaan ChatGPT sebagai alat bantu dalam terapi kesehatan mental semakin populer di kalangan masyarakat global, termasuk di Indonesia. Dengan kemampuannya memberikan dukungan emosional secara instan dan anonim, banyak individu yang mulai mempertimbangkan ChatGPT sebagai alternatif atau pelengkap dari terapi tradisional.

Salah satu keunggulan utama ChatGPT adalah ketersediaannya selama 24 jam tanpa biaya tambahan. Hal ini memungkinkan pengguna untuk mengakses dukungan kapan saja, terutama saat menghadapi situasi mendesak atau di luar jam kerja terapis konvensional. Sebagai contoh, Jenna Romano, seorang wanita berusia 28 tahun dari Las Vegas, menggunakan ChatGPT untuk menganalisis percakapannya dengan mantan pasangannya, mencari pemahaman dan validasi atas perasaannya.

Penelitian juga menunjukkan bahwa respons yang diberikan oleh ChatGPT sering kali dinilai lebih empatik dan relevan dibandingkan dengan terapis manusia. Sebuah studi yang melibatkan lebih dari 800 partisipan menemukan bahwa jawaban dari ChatGPT mendapatkan penilaian lebih tinggi dalam hal empati dan kompetensi budaya.

Menurut laporan nycitynewsservice.com, ada kekhawatiran bahwa ChatGPT cenderung terlalu setuju dengan pengguna, memberikan validasi tanpa tantangan yang konstruktif. Dan Scalco, seorang pakar AI, memperingatkan bahwa ketergantungan penuh pada AI untuk nasihat kesehatan mental bisa berisiko, karena AI mungkin tidak memberikan umpan balik yang objektif atau menantang pola pikir yang tidak sehat.

Beberapa pengguna merasa, ChatGPT memberikan saran yang bermanfaat dan menenangkan. Christina Zozulya, seorang profesional pemasaran berusia 23 tahun dari New York, menyatakan ChatGPT membantunya mengurangi overthinking dengan memberikan nasihat yang masuk akal dan pertanyaan lanjutan seperti yang dilakukan oleh terapis.

Zozulya juga menekankan bahwa ChatGPT tidak dapat sepenuhnya menggantikan terapis manusia. Ia menyoroti pentingnya koneksi manusia, ekspresi wajah, dan hubungan yang dibangun selama sesi terapi, yang tidak dapat direplikasi oleh AI.

Biaya terapi tradisional yang tinggi menjadi salah satu alasan mengapa orang beralih ke ChatGPT. Menurut data dari Heard, sekitar sepertiga terapis menaikkan tarif mereka pada tahun 2024, dan 41% berencana menaikkannya lagi pada tahun 2025. Dengan biaya rata-rata sesi terapi antara $100 hingga $250, banyak individu mencari alternatif yang lebih terjangkau.

ChatGPT juga menawarkan kenyamanan bagi mereka yang merasa canggung atau malu untuk berbicara dengan terapis manusia. Romano menyatakan bahwa ia tidak menghadapi kekhawatiran tersebut saat berbicara dengan ChatGPT, karena AI dapat menyesuaikan responsnya sesuai dengan perasaan pengguna.

Meskipun ChatGPT dapat berperan sebagai alat bantu, para ahli menekankan bahwa AI tidak dapat menggantikan terapi manusia sepenuhnya. Cecilia Pollock, seorang terapis di Manhattan Wellness, menyarankan penggunaan ChatGPT sebagai pelengkap terapi, misalnya untuk membantu membuat prompt jurnal atau sebagai pendengar saat seseorang membutuhkan.

Untuk memaksimalkan manfaat dari ChatGPT, Scalco merekomendasikan agar pengguna memberikan panduan yang jelas, seperti meminta AI untuk berperan sebagai terapis atau menggunakan versi ChatGPT yang dilatih khusus dalam informasi medis atau prinsip terapi perilaku kognitif.

Namun, penting untuk diingat bahwa ChatGPT memiliki keterbatasan. AI tidak dapat menggantikan interaksi manusia yang mendalam, dan ada risiko bahwa pengguna mungkin terlalu bergantung pada AI, mengabaikan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan profesional saat diperlukan.

Dalam konteks Indonesia, di mana stigma terhadap kesehatan mental masih ada dan akses ke layanan kesehatan mental terbatas, ChatGPT dapat menjadi alat bantu yang berguna. Namun, pengguna harus tetap waspada terhadap keterbatasannya dan tidak mengandalkannya sebagai satu-satunya sumber dukungan.

Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa meskipun teknologi dapat membantu, interaksi manusia tetap tak tergantikan dalam proses penyembuhan dan pertumbuhan pribadi. ChatGPT dapat menjadi teman bicara yang baik, tetapi bukan pengganti dari terapis yang terlatih dan berpengalaman.

Dengan pendekatan yang seimbang, ChatGPT dapat menjadi pelengkap yang berharga dalam perjalanan kesehatan mental seseorang, membantu mengisi celah saat dukungan manusia tidak tersedia, namun tetap mengarahkan individu untuk mencari bantuan profesional saat dibutuhkan. ***

ChatGPT menawarkan potensi besar dalam mendukung kesehatan mental, terutama dalam hal aksesibilitas dan kenyamanan. Namun, penting untuk menggunakannya dengan bijak, memahami keterbatasannya dan tetap menjadikan interaksi manusia sebagai inti dari proses terapi. ***

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana

7 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pilihan Editor

Lihat semua