Gemar berbagi melalui ragam teks fiksi dan nonfiksi.

Stanley Zhong: Ditolak 16 Universitas tapi Diterima Google sebagai Insinyur

Selasa, 20 Mei 2025 14:20 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Stanley Zhong: Ditolak 16 Universitas, Diterima Google, dan Memperjuangkan Keadilan
Iklan

Stanley Zhong, ditolak oleh 16 universitas ternama di AS, namun berhasil mendapatkan posisi sebagai insinyur perangkat lunak di Google.

***

Stanley Zhong, remaja asal Palo Alto, California, menjadi sorotan dunia setelah ditolak oleh 16 universitas ternama di AS, namun berhasil mendapatkan posisi sebagai insinyur perangkat lunak di Google. Kisahnya memicu diskusi luas tentang transparansi dan keadilan dalam proses penerimaan mahasiswa baru, khususnya bagi pelamar keturunan Asia-Amerika.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lulusan Gunn High School ini memiliki prestasi akademik yang mengesankan: GPA 4.42 (weighted), skor SAT 1590 dari 1600, serta mendirikan startup e-signing bernama RabbitSign saat masih di bangku SMA. Meski demikian, ia ditolak oleh universitas-universitas bergengsi seperti MIT, Stanford, UC Berkeley, UCLA, dan Caltech. Hanya University of Texas dan University of Maryland yang menerima aplikasinya .

Setelah menerima penolakan dari berbagai universitas, Stanley teringat bahwa Google pernah menghubunginya pada usia 13 tahun, namun saat itu ia terlalu muda untuk melamar. Ia kemudian menghubungi kembali Google, menjalani proses wawancara yang ketat, dan pada Oktober 2024 resmi bekerja sebagai insinyur perangkat lunak Level 4—setingkat di atas posisi entry-level .

Nan Zhong, yang juga merupakan manajer teknik di Google, menyatakan bahwa banyak orang tua dengan pengalaman serupa menghubunginya setelah kisah Stanley viral. Ia menginisiasi gerakan untuk mendorong transparansi dalam proses penerimaan mahasiswa baru, agar tidak lagi menjadi "kotak hitam" yang membingungkan pelamar dan keluarga mereka .

Merasa ada ketidakadilan dalam proses seleksi, Stanley dan ayahnya, Nan Zhong, menggugat sistem Universitas California dan lima kampus UC (termasuk UC Berkeley dan UCLA), serta Departemen Pendidikan AS, atas dugaan diskriminasi terhadap pelamar Asia-Amerika. Mereka mengajukan gugatan melalui kelompok SWORD (Students Who Oppose Racial Discrimination), yang terdiri dari pelajar dan keluarga yang merasa mengalami diskriminasi serupa .

Apa Arti "Kelayakan"?

Kisah Stanley mencuatkan pertanyaan mendalam tentang apa yang sebenarnya dicari oleh universitas dalam calon mahasiswa mereka. Dengan prestasi akademik dan pengalaman profesional yang luar biasa, penolakannya memicu perdebatan tentang kriteria seleksi dan potensi bias dalam sistem penerimaan.

Sementara itu, Stanley menikmati pekerjaannya di Google dan belum memutuskan apakah akan melanjutkan pendidikan formal di masa depan. Ia menyatakan bahwa keputusan tersebut akan bergantung pada kontribusinya di tempat kerja dan apakah ia merasa kehilangan pengalaman yang hanya bisa didapatkan di kampus .

Kisah ini menjadi cermin bagi sistem pendidikan tinggi untuk mengevaluasi kembali proses seleksi mereka dan memastikan bahwa setiap pelamar dinilai secara adil dan transparan. ***

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana

7 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pilihan Editor

Lihat semua