Influencer dan Iklan Judi Online: Uang Haram yang Dihalalkan oleh Endorse

Senin, 21 April 2025 16:17 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Judi
Iklan

Bayaran endorse-nya? Jangan tanya. Di balik satu video 30 detik yang ngajak main slot, ada fee jutaan sampai puluhan juta rupiah.

***

Di zaman ini ada dua jenis orang paling berpengaruh di Indonesia:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1. Pejabat yang bisa ngatur undang-undang.

2. Influencer yang bisa ngatur algoritma.

Kalau pejabat bikin kebijakan, influencer bikin kepercayaan. Sayangnya, makin ke sini, makin banyak influencer yang pakai kepercayaan itu buat ngajak orang main judi online.

Betul, yang dulu cuma muncul di warung kopi pinggir jalan, sekarang hadir di FYP TikTok lengkap dengan filter aesthetic. 

Menurut data Kementerian Kominfo, per Maret 2024, ada lebih dari 1,8 juta situs judi online yang diblokir. Tapi kayak rambut netizen yang abis rebonding, besoknya pasti muncul lagi. Hari ini diblokir, besok bangkit dengan nama baru yang lebih menarik: “Judi88”, “Slotmanis”, “HokiMaknyus” nama-nama yang kalau dijadiin nama anak, bisa bikin kakek di kampung sakit hati.

Dan mereka ini nggak kerja sendirian. Mereka berkolaborasi dengan pasukan elit: para influencer.

Bayaran endorse-nya? Jangan tanya. Di balik satu video 30 detik yang ngajak main slot, ada fee jutaan sampai puluhan juta rupiah, tergantung jumlah followers dan kadar kepedean wajah waktu bilang, “Ini bukan judi, ini hiburan.”

Beberapa bahkan ngaku jadi brand ambassador situs judi.

Padahal situsnya saja ilegal, domain-nya kadaluwarsa tiap minggu, kantor nggak jelas di mana tapi ya sudah, dipromosiin seolah kayak endorse sabun cuci muka.

Mereka pakai trik marketing yang udah biasa dipakai MLM atau pesugihan online. Misalnya:

Testimoni palsu: “Awalnya saya susah, sekarang bisa beli motor cash dari slot.”

Padahal motornya pinjaman, dan slot-nya disponsori.

Motivasi toxic: “Yang penting usaha dulu, cuan belakangan.”

Lah iya, tapi masa usahanya setor duit ke situs ilegal?

Kode referral penuh dosa: “Masukin kode ini, dan kamu bisa jadi kaya kayak aku.”

Kaya? Mungkin. Tapi lebih cepat jadi daftar tunggu rehab kecanduan digital.

Mirisnya, target pasar mereka adalah anak-anak muda, bahkan remaja di bawah umur. Survei dari Mafindo tahun 2023 menunjukkan bahwa 1 dari 4 remaja pernah melihat konten judi online di media sosial. Dan yang lebih gila: 12% dari mereka sempat coba daftar.

Artinya, konten judi online itu bukan sekadar cuan instan buat influencer.

Itu juga pintu gerbang untuk generasi muda kenal dengan kemiskinan, utang, dan aplikasi pinjol.

Tapi para influencer ini pintar bersilat lidah. Begitu ketahuan promosi judi, langsung klarifikasi:

“Aku nggak tahu kalau itu judi, kirain game biasa.”

Background: nangis, kamera shaky, suara sedih, dan lampu temaram.

Tapi setelah itu? Ganti konten, ganti link, dan lanjut cuan lagi.

Moral? Nanti aja, tunggu followers naik 100k.

Pertanyaannya sekarang: apakah kita semua sudah sedemikian permisif, sampai uang haram bisa dihalalkan oleh like dan endorse?

Jawaban sementara: iya. Karena influencer sekarang bukan cuma figur publik. Mereka orang berpengaruh baru di era digital. Dan kita para netizen adalah jemaah setia yang rela klik apa saja, asal dikemas estetik.

Maka selama publik masih permisif, Kominfo masih main kejar-kejaran, dan para influencer masih bisa ngeles sambil nangis aesthetic, maka iklan judi online akan tetap hidup. Di TikTok, di Instagram, dan siapa tahu besok-besok nongol juga di aplikasi belajar.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Deni Kurniawan

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pilihan Editor

Lihat semua