Restorasi Bukan Amnesti

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

Kata-kata "Restorasi bukan amnesti" berulang kali dipekikkan oleh sejumlah pemuda di depan gedung parlemen, DPRD Sumsel

KATA-Kata ‘Restorasi bukan amnesti’ berulang kali dipekikkan oleh sejumlah pemuda di depan gedung parlemen, DPRD Sumsel. Kata itu sengaja diteriakkan agar delegasi Bonn Challenge mendengar dan menerimanya sebagai masukan dalam mewujudkan reboisasi di berbagai belahan dunia. Sementara pesan yang sama dituliskan dalam kain putih yang dibentang sepanjang hampir 100 meter. Tulisan itu dipegang secara bersama oleh aktifis Walhi dan pegiat lingkungan lainnya.

Puluhan aktifis yang tergabung dalam koalisi masyarakat sipil penyelamat lingkungan (KMSPL) menggelar aksi unjukrasa di halaman gedung DPRD Sumatera Selatan. Kehadiran mereka dalam rangka menyikapi pertemuan delegasi The 1st Asia Bonn Challenge High Level Roundtable Meeting di Palembang. Yuyun Harmono, menejer kampanye keadilan iklim Walhi nasional menjelaskan mereka tidak menginginkan keberadaan Bonn Challenge dimanfaatkan oleh perusahaan HTI dan industri kertas sebagai ajang cuci tangan atas dugaan kejahatan lingkungan yang telah dilakukan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Restorasi bukan pengampunan dosa bagi perusahaan perusak lingkungan," kata Yuyun, Rabu, 10 Mei 2017. Ia menenggarai ada perusahaan swasta memanfaatkan hajatan itu untuk “cuci tangan dan cuci muka”. Menurutnya tahun 2015 yang lalu di Sumsel terdapat 200 ribu lebih lahan konsesi terbakar. Akibat kebakaran tersebut semakin menambah luas kerusahan hutan dan lahan di daerah itu yang mencapai hampir 800 ribu hektar. Untuk itulah melalui Bonn Challenge, pihaknya mendesak agar penegakkan hukum dapat segera diteggakkan. 

Sementara itu Hadi Jatmiko, direktur Walhi Sumsel menyayangkan masuknya korperasi besar dalam ajang "1st Asia Bonn Challenge High Level Roundtable Meeting, 9-10 Mei" di Palembang, Sumatera Selatan. Koorperasi yang menjadi salah satu pemain dalam industri kertas nasional tersebut, dinilai tidak memiliki etikad baik terhadap perbaikan lingkungan paska kebakaran. "Komunitas internasional harus ikut mendesak penegakkan hukum," kata Hadi. 

Dilain pihak, Gubernur Alex Noerdin menjamin kehadiran delegasi 27 negara di asia fasifik di Palembang akan menghasilkan komitmen bersama dan lebih baik lagi dalam mengatasi persoalan lingkungan yang rusak akibat kebakaran hutan maupun lahan. Lebih dari itu, rangkaian kegiatan Bonn Challenge ini menjadi sorotan dunia, pasalnya Sumsel sangat konsisten melakukan upaya restorasi lahan gambut di Sumsel. Ia menambahkan, kebun plasma nutfah dan demonstrasi plot restorasi hutan rawa gambut bekas kebakaran salah satu contoh kerja keras banyak pihak untuk memulihkan lahan dan hutan. "Ini tugas kita bersama agar lingkungan tetap lestari,”katanya.([email protected])

Bagikan Artikel Ini
img-content
Parliza Hendrawan

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua