Mengenal Ojigi: Budaya Membungkukkan Badan, Pada Masyarakat Jepang

Kamis, 9 November 2023 06:59 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jepang sangat menjunjung tinggi etika kesopanan dalam bermasyarakat. salah satu budaya yang digambarkan adalah Ojigi, yaitu membungkukkan badan dengan penuh rasa hormat. Ojigi budaya yang sudah melekat dengan jepang Menjadi sorotan yang menarik sebab, jepang sangat menjunjung tinggi etika kesopanan pada masyarakatnya, walaupun digempur era modernisasi.

Jepang merupakan salah satu negara yang sangat menjunjung tinggi dengan Budaya yang dimiliki nya. Walaupun di gempur dengan era modenisasi budaya Jepang dari tahun ke tahun hingga generasi ke generasi tidak luntur dengan adanya kemajuan-kemajuan teknologi. Budaya itu sendiri, secara keseluruhan adalah kelakuan dari hal yang diciptakan oleh manusia untuk bisa diterapkan dalam kehidupan. Hal yang seperti itu dapat dilakukan dengan diatur oleh tata kelakuan dan diatur dengan pembelajaran agar semua nya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu budaya yang dimiliki Jepang, yang dilakukan dengan belajar dari kehidupan kesehariannya adalah Ojigi. Ojigi adalah membungkukkan badan dengan hormat kepada lawan bicara Mungkin jika ada yang memiliki hobi menonton film, anime, atau drama Jepang, pasti memungkinkan untuk sering memperhatikan jikalau orang Jepang jarang bersalaman saat bertemu satu sama lain melainkan lebih sering membungkukkan badan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal itu menjadi suatu budaya Jepang yang turun temurun dengan perlakuan orang Jepang atas kesadaran diri sendiri. Walaupun di sebut nya dengan negara yang maju akan teknologi nya, namun masyarakat jepang tetap menjunjung tinggi budaya kesopanan dalam bertingkah laku. Ojigi ini yang menjadikan kebiasaan penting orang jepang. Mari simak tuntas tentang Ojigi:

Asal Usul Ojigi

Ojigi berasal dari kata jigi「時宜」yang artinya “tepat waktu”, yang kemudian tulisannya berubah jadi jigi「辞儀」yang artinya “membungkuk”. Ojigi adalah membungkukkan badan. Sebelum membungkukkan badan telebih dahulu mengucapkan salam. Budaya membungkukkan badan ini awalnya merupakan pengaruh dari tradisi agama Buddha, untuk menunjukkan etika para kesatria yang ada sejak masa samurai. pada periode Edo budaya Ojigi mulai menyebar ke masyarakat Jepang, pada periode Heian, Ojigi sering di praktekkan dengan arti membungkukkan badan, pada periode Kamakura dan Muromachi arti Ojigi menjadi berbgaimacam, yaitu permintaan maaf, Ucapan terimakasih dan lain-lain. Budaya ini akhirnya masih diberlakukan hingga saat ini.

Tata Cara melakukan Ojigi.

Adapun tatacara Ojigi berbeda-beda. Dari segi jenis kelamin dan berapa derajatnya badan membungkuk. Sesuai jenis kelamin, secara umum Laki-laki akan melakukan Ojigi dengan meletakkan kedua tangan nya di samping, sedangkan untuk Perempuan melakukan Ojigi dengan meletakkan kedua tangannya di paha.

Pada umumnya Ojigi dilakukan sambil berdiri, Ketika dalam keadaan duduk, maka harus berdiri dulu untuk melakukan Ojigi. Posisi punggung sebida mungkin tetap lurus meski membungkuk. Ketika melakukan Ojigi jangan melihat lawan bicaea, namun arahkan pandangan sesuai arah tubuh ke lantai. Jangan melakukannya saat berjabatan tangan. Jangan terlalu dekat dengan lawan bicara, agar menghindari benturan yang tidak di inginkan.

 

Jenis-jenis dari budaya Ojigi

Ternyata melakukan Ojigi tidak hanya semata-mata membungkukkan badan sahaja, tetapi juga ada cara dan juga jenis-jenis nya berdasarkan berapa drajat perkiraan badan membungkuk Ketika melakukan Ojigi.

  1. ( membungkuk sedikit )

Eshaku disebut juga membungkuk sedikit.  Eshaku ini dilakukan dengan membungkukkan badan kurang lebih 15 derajat. Cara membungkuknya ditahan 1-2 detik, digunakan untuk memberi salam kepada orang yang dikenal, seperti rekan kerja atau teman. Selain itu uumum juga digunakan oleh atasan untuk membalas tindakan Ojigi dari bawahan.

  1. Keirei ( membungkuk dengan penuh hormat )

Keirei disebut juga membungkuk penuh dengan hormat. Keirei dilakukan dengan membungkkan badan kurang lebih 30 derajat. Keirei membungkuk nya digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada atasan atau kepada orang yang lebih tua umurnya. Selain daripada itu, Keirei juga biasa nya digunakan pada upacara resmi, permintaan maaf yang dalam juga ungkapan formal sebagai pernyataan terimakasih dan rasa simpati.

  1. Saikairei ( membungkuk untuk menyembah )

Saikairei disebut juga membungkuk untuk menyembah. Saikeirei dilakukan dengan membungkuk kan bada kurang lebih 45 derajat. Membungkuk Saikairei biasanya digunakan untuk menunjukkan perasaan menyesal yang sangat amat mendalam Ketika telah melakukan sebuah kesalahan. Selain daripada itu, Saikairei juga bisa digunakan untuk menunjukkan rasa hormat yang sangat amat besar kepada orang dengan jabatan sosial yang sangat tinggi. Awalnya Ojigi Saikeirei ini hanya di gunakan untuk dewa dan juga Kaisar, namun sekarang sering terlihat pada acara formal.

Fungsi Ojigi dalam Kehidupan masyarakat Jepang

Ojigi meupakan budaya membungkukkan badan bagi masyarakat Jepang. Ojigi dilakukan untuk melakukan penghormatan kepada orang lain. Sikap membungkuk kan badan ini dilakukan saat pertemuan pertama seseorang, baik itu orang asing, rekan kerja, atau teman. Sebagai salah satu unsur budaya yang penting, Ojigi memiliki beberapa fungsi yang penting dalam kehidupan masyarakat Jepang. Berikut fungsinya:

  1. Digunakan sebagai salam saat saling bertemu, saat berpisah dan saat memperkenalkan diri.
  2. Digunakan sebagai bentuk ungkapan terimakasih
  3. Digunakan sebagai bentuk permohonan maaf saat melakukan kesalahan.
  4. Sebagai salam untuk menyambut para tamu di tempat usaha, baik itu toko atau restoran.
  5. Sebagai salam kepada dewa saat datang untuk berdoa ke kuil Shinto dan Buddha.
  6. Sebagai salam menyambut tamu dalam penginapan Jepang.

Semakin rendah atau semakin dalam nya seseorang dalam membungkuk saat melakukan Ojigi pada saat dilakukan sebagau salam, ungkapan terimakasih ataupun permintaan maaf, menunjukkan semakin dalam perasaan yang disampaikan. Umumnya Ojigi dilakukan oleh kedua belah pihak Ketika berhadapan. Hal-hal yang seperti ini telah menunjukkan bahwa Ojigi sudah sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat Jepang.

Ojigi sudah menjadi tradisi Jepang yang merupakan etika dan juga tata karma yang sudah ada sejak zaman Edo dan telah menjadi satu jiwa dengan perilaku masyarakat Jepang. Orang Jepang selalu akan memberikan kesan yang sangat baik terhadap lawan bicara nya, sehingga Ketika bertemu,berpisah maupun pada saat memperkenalkan diri mereka selalu membungkuk kan badan atau Ojigi sebagai salah satu bentuk penghormatan. Sehingga Ojigi sebagai sarana salam pada orang lain.

Meski demikian, Ojigi dilakukan pada situasi dan kondisi tertentu dalam kesehariannya: antara lain, sebagai menunjukkan kesopanan, menunjukkan ekspresi terima kasih, mengucapkan selamat tinggal Ketika berpisah, mengungkapkan permohonan maaf saat membuat kesalahan, meminta pertolongan, menunjukkan apresiasi, saat emngunjungi kuil sebagai bentuk penghormatan kepada para dewa orang Jepang Ojigi di depan altar sebagai unjuk rasa hormat kepada para dewa.

Demikian dengan mengetahui bahwa Ojigi adalah budaya yang sangat menyatu dengan masyarakat Jepang. Ojigi juga menjadi salah satu ciri budaya khas masyarakat Jepang yang menunjukkan bahwa Jepang memiliki bangsa yang benar-benar memperhatikan etika kesopanan dalam kehidupan nya di masyarakat

 

Reference

Mulyadi, Budi (2017). Budaya Membungkukkan Badan (Ojigi) dan Fungsinya Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang. Jurnal, https://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku/article/view/15452  Diakses pada 26 oktober 2023.

Bagikan Artikel Ini
img-content
humaira

mahasiswa studi kejepangan Fakultas Ilmu Budaya

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Humaniora

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Humaniora

Lihat semua