Melangitkan Toleransi ,Masih Relevankah Hingga Saat ini ?

Rabu, 8 Mei 2019 16:27 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

artikel ini menjelaskan tentang bagaimana sikap toleransi di negeri ini ? masih relevankah hingga saat ini

Manusia merupakan makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna di muka Bumi ini. Berbicara mengenai Bumi selalu berkisah mengenai berbagai kehidupan manusia. Bumi tak hanya Rumah bagi makhluk yang bernyawa namun bumi juga menjadi rumah bagi makhluk yang tidak bernyawa sekalipun. Dan bumi lah yang menjadi saksi bisu terjadinya kedamaian,keindahan bahkan kekacauan sekalipun. Manusia diciptakan lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia sendiri memliki akal serta perasaan yang tidak mungkin dimiliki oleh makhluk lain selain di muka Bumi ini. Berawal dari sifat manusia seharusnya manusia memiliki sifat saling menghormati serta menghargai seperti toleransi dalam sebuah perbedaan.

Sudah menjadi takdir yang maha kuasa untuk menjadikan Indonesia adalah Negara yang memiliki keanekaragaman. Mulai dari keanekaragaman Budaya,Bahasa,Agama,Suku hingga Adat istiadat.  Perbedaan agama, suku, hingga pandangan seharusnya tidak menjadi sekat bagi kehidupan manusia. Namun seharusnya perbedaan itu menjadikan landasan untuk mentoleransi sehingga dapat menciptakan kehidupan yang damai dan tentram. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian, manusia selalu akan bergantung dengan manusia lainnya. Dalam proses bersosial manusia tidak bisa dipungkiri terkadang terjadi pergesekan – pergesekan antar individu maupun kelompok baik dalam aspek agama maupun ras.

            Toleransi sendiri memiliki makna yaitu,suatu perilaku atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana setiap orang menghormati dan menghargai tindakan orang lain disekelilingnya.

Bahkan dalam pembukaan UUD Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya sendiri-sendiri dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya”.

            Di tahun politik yang panas ini, sudah seharusnya kita memupuk dan mengimplementasikan toleransi dalam kehidupan kita, perbedaan pandangan serta pilihan politik mungkin bahkan mampu membuat konflik sosial di masyarakat. seperti contoh kasus “pemindahan makam karena beda pilihan politik” kasus ini terjadi di Gorontalo. Kasus ini terjadi karena keluarga berbeda pilihan Caleg dengan pemilik lahan. Sungguh tidak manusiawi tindakan tersebut. Manusia yang seharusnya memanusiakan manusia tidak terihat implementasinya dalam kehidupan. Bahkan jenazah yang sudah dikuburpun rela dibongkar kembali untuk dipindahkan karena berbeda pilihan.

            Terlebih lagi setelah adanya pesta demokrasi yang berlangsung pada tanggal 17 April 2019, dimana salah satu kubu saat ini masih mengakui kemenangannya dan tidak percaya pada pihak yang berwenang dalam pemutusan kemenangan yaitu KPU dalam pilpres 2019. Perlu disikapi oleh berbagai pihak seharusnya sikap seperti ini tidaklah ditunjukan oleh masing masing dari kubu maupun tim kemenangan pasangan calon. Sikap legowo atau pasrah kepada pihak yang menentukan seharunya di munculkan pada saat pengumuman hasil cepat pemilu 2019. Sikap yang seharusnya ditunjukan oleh masing – masing dari kubu atau tim kemenangan paslon yaitu dengan memupuk persaudaran, karena pada saat menjelang pesta demokrasi pada 17 April 2019 masyarakat menjadikan dirinya sebagai label tertentu dalam pilihannya di pilpres. Peran dari masing masing pendukung seharusnya juga sangat di perlukan, karena peran dari masing masing pendukung untuk memupuk persaudaraan dan bersikap netral setelah terlaksananya pemilu sudah sepatutnya diterapkan. Dengan menerapkan berfikir secara sehat juga penting dalam menyikapi panasnya setelah terlasannya pemilihan leislatif dan pemilihan eksekutif, berfikir secara sehat penting dalam menyikapi kisruh pasca pilpres 2019 ini. Dimana dalam proses berfikir tentu memudahkan kita dalam menyikapi berita maupun opini yang sedang berlangsung dalam wajah berita online maupun ofline. Selain dari sikap diatas, pentingya mengharagai segala keputusan yang terjadi dan sadar akan ketentuan tuhan juga merupakan aspek penting dalam membangun toleransi, dengan berfikir bahwa segala mandat yang diberikan kepada sang pemimpin berikutnya merupakan hasil dari suara rakyat dan keputusan sang maha kuasa. Dengan memupuk penjabaran diatas merupakan langkah untuk menjadikan Indonesia menjadi Negara yang bermatabat dan taat.

            Belum lagi kasus terorisme yang selalu menghantui Indonesia. Berbeda pandangan ternyata tidak cukup untuk membuktikan bahwa sikap toleransi yang masih rendah. Perbedaan agama yang seharusnya menjadi keanekaragaman malah menjadi momok yang menakutkan bagi kaum minoritas di Negara berkembang ini. Perbedaan agama yang seharusnya mampu mempererat tali persaudaraan kenyataannya malah menjadi jurang pemisah antara kaum mayoritas dengan kaum minoritas. Contoh kasus pengeboman 3 gereja di Surabaya. Kasus tersebut membuktikan masih rendahnya toleransi kaum mayoritas terhadap minoritas di Indonesia.

            Penanaman Sikap toleransi yang ditanamkan sejak kecil seharusnya mampu memiliki sikap tenggang rasa antar sesama manusia. Dengan membumikan toleransi bertujuan agar menghasilkan kehidupan yang damai, sehingga mampu menjalin tali persaudaraan antar sesama. Melangitkan peradaban juga bertujuan agar budaya serta tradisi di Indonesia ini tidak punah. Tradisi dan Budaya yang dimaksud adalah sikap toleransi antar sesama. Sudah menjadi kewajiban warga Negara Indonesia Melangitkan Peradaban agar budaya menghormati serta menghargai tidak hanya menjadi kisah.

            Ibarat Rumah, Toleransi adalah landasannya, kita adalah tiangnya dan Indonesia merupakan atapnya. Untuk menciptakan Rumah yang kokoh dan bertahan lama tentunya memerlukan aspek- aspek diatas. Jangan sampai punah peradaban kita hanya karena berbeda, berbeda bukan untuk dipertentangkan tapi untuk saling dilengkapi. Berbeda bukan untuk memisahkan tapi untuk menyatukan. Setidaknya jadilah seperti Air dan Minyak walaupun tidak menyatu tetapi keduanya selalu berdampingan.

             

Bagikan Artikel Ini
img-content

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Viral

Lihat semua