Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Konsumsi Zat Gizi Makro dengan Status Gizi Remaja

Rabu, 17 Januari 2024 07:44 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hal tersebut dibuktikan dengan data Hasil Survei Status Gizi Indonesia 2022 yang menyebutkan prevalensi stunting di Indonesia menurun dari tahun 2021 yaitu sebesar 24,4 % menjadi sebesar 21,6 % pada 2022.

Status gizi adalah kondisi tubuh yang timbul akibat asupan makanan dan nutrisi yang dikonsumsi . Masalah akan status gizi banyak dihadapi oleh remaja, yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan gizi, sehingga dapat mengakibatkan kurang gizi atau obesitas pada status gizi remaja. Hal ini dikarenakan  adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan zat gizi dengan makanan yang dikonsumsi oleh remaja.

Menurut Health Organization (WHO), prevalensi remaja usia 14-19 tahun yaitu kurus 10,5%, gemuk 18,4% dan obesitas 6,8% pada tahun 2016. Sedangkan pada Penelitian (Riskesdas) prevalensi wasting pada remaja usia 16-18 tahun di Indonesia sebesar 8,1% (6,7% kurus dan 1,4% sangat kurus), prevalensi status gizi normal sebesar 78,3%, sedangkan masalah gizi seperti 13,5% obesitas (9,5% lemak dan 4,0% obesitas). Oleh karena itu, remaja membutuhkan makanan yang bervariasi agar dapat mencukupi kebutuhan zat gizi dan mendapatkan status gizi yang baik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kurangnya pengetahuan akan gizi menjadi  salah satu faktor utama permasalahan status gizi di kalangan remaja. Pengetahuan gizi mencakup pemahaman seseorang terhadap ilmu gizi, zat gizi, serta hubungan interaktif di antara zat gizi yang dapat mempengaruhi status gizi. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang serta kesadaran mereka terhadap pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi, yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku mereka dalam pemilihan makanan.

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Damayanti (2016), remaja yang mengetahui tentang nutrisi akan lebih mudah memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Untuk mencapai kondisi status gizi yang optimal, remaja dapat meningkatkan pemahaman gizi mereka serta memperkaya pengetahuan tentang makanan yang akan mempengaruhi pemilihan makanan dan status gizi mereka.

Status gizi individu juga tergantung pada aktivitas fisik. Jika seseorang memiliki aktivitas fisik yang rendah maka seseorang tersebut akan memiliki status gizi yang berlebih begitupun sebaliknya. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas karena energi seperti lemak dalam tubuh semakin banyak. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hafid dan Hanapi (2019), menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat aktivitas fisik dan insiden obesitas pada remaja di Kabupaten Gorontalo pada tahun 2019. Oleh karena itu, remaja harus memiliki aktivitas fisik yang baik agar memiliki kondisi status gizi yang baik juga.

Setiap individu membutuhkan jumlah energi yang berbeda – beda untuk melakukan kegiatan tergantung pada tingkat aktivitas fisik yang mereka lakukan terutama pada remaja. Remaja yang mengalami obesitas atau berat badan berlebih cenderung akan mengalami penurunan kebugaran jasmani karena kecenderungan mereka untuk kurang beraktivitas sehingga remaja yang tidak melakukan aktivitas tidak mengeluarkan energi sedikitpun.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sembiring, dkk (2022), mendapatkan hasil bahwa adanya kaitan antara aktivitas fisik terhadap obesitas pada remaja. Oleh karena itu, remaja yang lebih cenderung memilih aktivitas ringan dirumah atau tidak sama sekali dapat menyebabkan indeks masa tubuh atau status gizi yang melampaui batas normal atau obesitas jika dilakukan secara terus menerus.

Konsumsi zat gizi makro merupakan konsumsi makanan yang mengandung tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, serta lemak yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan Kesehatan remaja. Konsumsi dari zat gizi makro memiliki dampak yang signifikan terhadap kondisi gizi. Hal ini disebabkan oleh keragaman konsumsi makanan yang dapat memudahkan pemenuhan kebutuhan akan berbagai zat gizi dan meningkatkan status gizi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Khoerunisa dan Istianah (2021),menunjukkan bahwa sebanyak 75% remaja yang mengalami asupan energi yang kurang memiliki status gizi yang tidak normal. Remaja yang memiliki asupan protein yang kurang dan status gizi kurang sebanyak 66,7 %. Serta remaja yang memiliki asupan lemak yang kurang dan memiliki status gizi kurang sebanyak 45%. Oleh karena itu, remaja harus cukup mengkonsumsi zat gizi makro agar dapat mencukupi kebutuhan energi sehari – hari dalam pertumbuhan dan keksehatan serta memiliki status gizi yang baik.

Cukup banyak kejadian status gizi yang tidak normal pada remaja di Indonesia. Pemerintah sudah berupaya untuk mengurangi angka kejadian status gizi kurang (stunting) maupun berlebih (obesitas) terutama pada remaja. Beberapa contoh program pemerintah yaitu Upaya pada bidang pendidikan gizi seperti melakukan kampanye untuk mengedukasi untuk meningkatkan pemahaman remaja tentang pentingnya pola makan seimbang dan gizi yang baik, menyelenggarakan program pendidikan gizi di sekolah–sekolah untuk meningkatkan kesadaran gizi; Upaya penyediakan makanan yang bergizi seperti menyediakan makanan bergizi di sekolah – sekolah serta kantin – kantin dengan harga terjangkau, memastikan ketersediaan makanan bergizi dalam program bantuan pangan; Upaya untuk pembentukan kebiasaan hidup sehat seperti mendorong gaya hidup aktif melalui program olahraga di sekolah atau lingkungan masyarakat, mengkampanyekan pentingnya istirahat yang cukup dan pola tidur yang baik; Upaya untuk mengatur kebijakan pangan dan pangan bergizi seperti mendukung produksi dan distribusi pangan bergizi dengan harga yang terjangkau, menerapkan kebijakan untuk mengurangi kandungan gula, garam, dan lemak jenuh dalam makanan dan minuman, serta Memperketat regulasi terkait label makanan untuk membantu konsumen membuat pilihan makanan yang lebih sehat dan dapat mengurangi pemasukan kalori berlebih.;

Lalu upaya konseling gizi seperti menyelenggarakan program konseling gizi untuk remaja yang mengalami masalah gizi buruk atau lebih, memberikan dukungan dan edukasi kepada keluarga untuk memahami pentingnya gizi seimbang, Memberikan subsidi atau bantuan berupa keuangan untuk memastikan akses terhadap makanan bergizi terhadap keluarga salah satunya remaja terutama bagi keluarga dengan Tingkat pendapatan yang rendah, melakukan penyuluhan dan pelatihan tentang pentingnya akan gizi yang baik serta gaya hidup yang sehat bagi remaja, serta melakukan konseling gizi secara online sehingga remaja dapat mengakses konseling gizi dimanapun dan kapanpun; Upaya monitoring dan evaluasi menggunakan data untuk menyesuaikan dan menginkatkan stategi intervensi, serta melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap status gizi remaja untuk mengukur efektivitas program – program yang telah dilaksanakan. Beberapa program tersebut telah berhasil menurunkan angka gizi kurang (stunting) dan gizi berlebih (obesitas).

Hal tersebut dibuktikan dengan data SSGI (Hasil Survei Status Gizi Indonesia) 2022 yang menyebutkan bahwa prevalensi stunting (gizi kurang) di Indonesia menurun dari tahun 2021 yaitu sebesar 24,4 % menjadi sebesar 21,6 % pada 2022. Selain itu, pada gizi berlebih (obesitas) dibuktikan dengan data data SSGI (Hasil Survei Status Gizi Indonesia) 2021 yang menyebutkan bahwa angka obesitas remaja di Indonesia berjumlah 8% pada tahun 2018, lalu pada saat tahun 2019 menurun menjadi 4,5 % dan pada tahun 2021 menurun kembali menjadi sebesar 3,8 %. Oleh karena itu, pemerintah perlahan sudah mulai berhasil mengurangi angka gizi kurang (stunting) dan gizi lebih (obesitas) di Indonesia dengan berbagai macam program yang telah pemerintah rencanakan dan lakukan.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Nafis Fatikhah

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Analisis

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Analisis

Lihat semua