Hutan Merintih dan Berseru
Minggu, 13 Agustus 2023 10:40 WIBTak ada sejengkal hutan di Papua yang tidak ada pemiliknya. Biasanya Kaum Hawa adalah pengelana hutan Rimba setiap hari
Di hutan lebat nan hijau, kedamaian abadi pernah dirayakan . Hijau daun berbinar, sungguh agung dan tulus, tempat kami bercengkerama dengan leluhur. Hutan kami adalah ibu, tanah nan suci.
Tapi zaman kelam itu datang. Kapitalis dan kolonial datang mengganggu. Pohon-pohon raksasa, penjaga alam, kini terjerat belenggu pemusnah kapital. Kini serak suara mesin menggema di sana sini. Hutan terkoyak, Papuaku dicabik-cabik.
Dalam bisik angin, terdengar ratap pilu, makhluk hutan terhimpit dalam malapetaka. Mata air yang jernih, kini keruh oleh debu, luka-luka alam menganga, tak ada yang peduli. Bersama hutan, pergi juga hikayat kami yang terpatri dalam sejarah tanah kelahiran. Kini, diusik oleh ketamakan yang tulus. Kapitalis dan kolonial, merampas dengan gemilang.
Mata air yang jernih, sungai yang berliku kini meratap pilu, tertutup oleh debu. Mata air tercemar, hutan-hutan terbakar, kapitalis kolonial berpesta, sementara batin kami teriris dan terluka. Kami menangis dalam diam. Kami merintih dalam pasrah.
Kawanku, pribumi kita, pribadi dalam jiwa dan hati. Hutan adalah rumah kami, tempat kami tumbuh bersama. Saatnya kami berdiri, bukan hanya menangisi. Suarakan hak kami, dengan semangat yang tak pernah padam. Kami berjuang untuk hutan, kami berjuang untuk bumi, melawan rakus dan kejamnya kolonialisme, dengan kekuatan dari dalam diri.
Di alam ini yang penuh cerita dan sejarah, kami berdiri sebagai penjaga tanah yang sejati. Kapitalis dan kolonial punya kekuatan, tapi semangat kami takkan pernah mereka kuasai. Kami bersatu, suku-suku dari berbagai penjuru. Satukan hati dan tekad, tanpa kenal lelah atau ragu. Melawan eksploitasi, dengan cinta dan kesetiaan. Untuk hutan yang tumbuh subur, dan kehidupan yang abadi.
Hutan adalah nafas kami, jiwa kami yang berdentang. Kami takkan membiarkan mereka menghapusnya dengan sembarangan. Nyanyikan dalam bahasa leluhur, mengajak alam dan langit bersuara. Harapkan suara kami terdengar sampai ke ujung dunia bahwa hutan kami, tanah kami, takkan pernah tergantikan.
Walau kini tandus, bermimpilah tentang hutan yang hijau dan rimbun, tempat di mana anak-anak kami berlari dan bersenang-senang nanti. Takkan ada lagi asap hitam yang menyelimuti langit, karena kami menggalang kekuatan, untuk masa depan yang bercahaya.
Wahai kapitalis dan kolonial, pendengar yang tuli, kami tetap takkan berhenti, meski berjalan dalam hujan dan angin. Kami adalah penjaga hutan, pribumi yang takkan pudar, menghadapi tantangan dengan semangat yang tak pernah mati.
Hutan kami adalah harta, bukan sekadar sumber daya, Ia adalah jiwa kami, mengalir dalam setiap napas. Kami bersumpah pada tanah ini, pada langit yang tinggi, akan mempertahankan hutan ini, hingga akhir hayat kami.
Kami adalah suara alam, yang takkan pernah padam. Dalam alunan lagu kami, dalam doa kami yang dalam, kami melanjutkan perjuangan, menghadapi badai dan rintangan. Sebab hutan kami adalah jantung yang berdetak dalam irama. Kami pemilik Papua, menyatu dengannya, sampai akhir zaman.
Pahlawan Hutan Rimba,
Agustus 2023
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Hutan Merintih dan Berseru
Minggu, 13 Agustus 2023 10:40 WIBBunga Liar Rimba Papua
Selasa, 11 Juli 2023 16:07 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler