Andai

Kamis, 24 Maret 2022 17:04 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Andai - andai ketika merindukan kehadiran orang yang sangat berarti. Based on true

Malam itu aku tidak bisa tidur, banyak andai andai yang aku harpakan bisa terjadi. Dan yang paling aku harapkan ialah, seandainya aku kembali ke usia 15 tahun. Aku ingin banyak memperbaiki diri. lebih menggali potensi diri, dan yang paling aku inginkan ialah aku ingin bertemu papa.

Papa meninggal 2 tahun yang lalu. Di usiaku yang menginjak 33 tahun seharusnya sudah bisa lebih mengontrol diri karena ditinggal meninggal orang tua. Ketika papa meninggal tidak ada air mata yang menetes dari mataku. Karena disaat itu, aku tau betul itu yang terbaik untuk papa. Papa meninggal karena sakit, dan papa sudah tidak bisa melakukan apa - apa. Jadi pada saat itu yang kupikirkan hanyalah, papa sudah tidak sakit lagi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hari-hari berlalu kujalani sebagai anak yatim. Aku kembali kerumah, sebagai ibu rumah tangga yang mengurus suami dan anak-anak. Kukira semakin hari kujalani, ikhlas semakin kudapatkan. Namun ternyata aku salah. Semakin hari kujalani justru semakin berat yang kurasakan. Rindu akan sosok papa, rindu senyum papa, dan yang paling menyakitkan rindu papa memanggil namaku.

Seandainya aku bisa memohon kembali keusia 15 tahun, Aku akan kembali mejadi anak SMA. seorang anak yang tidak perlu memikirkan tagihan listrik, biaya makan, SPP sekolah dan belanja bulanan. Yang aku tahu hanya sekolah dan tugas sekolah. Adapun pekerjaan rumah yang dikerjakan hanyalah merapikan kamar tidurku.

Bila kubisa kembali ke usia 15 tahun ku, ingin kuperbanyak jadwal les tambahan agar aku bisa lebih menggali potensi dalam diriku. Aku sedikit menyesaali kenapa dulu aku sedikit malas. Dan bila hari minggu tiba, aku ingin melayani papa. Aku ingin banyak menghabiskan waktu dengan papa. Akan kusiapkan makan papa, dan banyak mengobrol dengan papa.

Aku ingin menghabiskan sisa 18 tahun ku bersama papa. Aku ingin banyak menunjukkan prestasi lain ku kepadanya. Aku ingin mengatakan betapa aku menyayanginya. Namun saat ini yang kubisa hanya memandang nisan papa. 

Tidak terasa air mataku menetes deras. Hanya doa yang bisa kuberikan. Ingin rasanya bertemu walau hanya dalam mimpi. Melihat lagi senyumannya, mendengar lagi suaranya dan menunggu telepon darinya dan mengatakan kalau dialah cinta pertamaku. Pa.., kangen...

Bagikan Artikel Ini
img-content
Febi Alwaliyyu

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Senyum

Selasa, 5 April 2022 06:34 WIB
img-content

Andai

Kamis, 24 Maret 2022 17:04 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

Lihat semua