Pemuda Difabel Buktikan Bisa Atasi Keterbatasan

Minggu, 24 Oktober 2021 15:41 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Keterbatasan, jangan menjadi halangan untuk menggapai cita – cita. Pesan tersebut, sangat berarti dan mengandung makna yang mendalam. Terutama ketika kita mengalami keterpurukan, dalam menjalani lika liku kehidupan. Diluar sana, keterbatasan menjadi lecutan untuk meraih kesuksesan tentunya hal ini sangat penting, terutama dalam membangun revolusi mental.

Adalah Anjas Pramono, meskipun kondisi tubuhnya memiliki keterbatasan karena mengidap kelainan tulang bernama penyakit osteo genesis imperfecta tidak membuat pemuda asal Kudus, Jawa Tengah ini putus asa. Kegigihannya untuk berjuang tanpa mengenal lelah terlihat sejak kecil, berbagai macam buku dengan tema – tema menarik dibaca. Salah satunya buku Max Havelaar’ setebal 480 halaman, ini juga di dorong oleh peran ayahnya yang berprofesi sebagai guru Pancasila dan memiliki koleksi buku yang cukup lengkap.

Bak batu besar penghalang, berbagai pengalaman pahit dialami karena keterbatasan fisiknya. Namun, bocah istimewa ini tetap bertahan. Hingga memasuki SMA, ia membuktikan kemampuannya menjadi salah satu perwakilan Indonesia yang mengikuti olimpiade internasional di Singapura.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Prestasi ini, membuatnya semakin percaya diri melanjutkan studi di Universitas Brawijaya dengan pilihan jurusan impiannya Teknologi Informasi, seakan tak ingin kehilangan momen Anjas terus menyibukkan diri mengikuti berbagai organisasi mulai dari menjadi Ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Brawijaya, hingga Pendiri Organisasi Forum Mahasiswa Peduli Inklusi (Formapi).

Hebatnya lagi, pemuda cerdas ini sejak awal memang tertantang menggeluti dunia riset dan bidang IT. Ketertarikannya ini di wujudkan dengan membuat sebuah aplikasi bernama Difodeaf (dictionary for deaf). Aplikasi kamus bahasa isyarat itu, mendapat medali emas dalam lomba di Malaysia. Meski sebelumnya aplikasi tersebut, sempat diremehkan oleh kakak tingkatnya. Hingga kini, ia berhasil menciptakan lima aplikasi berbasis android. Sebagian besar, temuannya berkaitan dengan isu disabilitas.

Persepsi anjas, para penyandang disabilitas memiliki hak untuk maju dan menggapai cita – citanya namun patut disadari bahwa dengan keterbatasan fisik mereka tidak bisa bekerja secara maksimal di perkantoran. Ditambah lagi minimnya lowongan kerja, memaksa difabel berjuang sendiri maka dibutuhkan inovasi – inovasi terbarukan yang membantu kehidupan mereka. Dari situlah, ia mencetuskan aplikasi wirausaha berupa ruang E – Commerce bagi penyandang disabilitas.

Tentunya, kisah Anjas Pramono menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi generasi muda Indonesia lainnya. Jangan takut untuk mencoba, dan jangan pernah menyerah dengan keadaan. Lewat semangat dan tekad yang kuat, niscaya harapan dan  cita – cita akan tercapai.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Humaniora

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Humaniora

Lihat semua