Idrus: Saya Hanya Bisa Menulis
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBelasan tahun bergelut di dunia jurnalistik. Redaktur berita internasional ini punya segudang kisah seru di balik layar monitornya.
Jemarinya bak menari di atas lantai licin. Lincah. Pandangannya lurus ke arah monitor di depannya. Tak tau apa yang sedang serius dikerjakan lelaki berkaca mata itu, saat saya dan teman-teman menghampirinya. Siang itu, dengan senyum sumbringah menyambut kedatangan kami, Sabtu (23/7).
Idrus F. Shahab namanya. Dari parasnya sudah bisa ditebak, meski ia asli Betawi, hidungnya tak bisa bohong jika darah Arab mengalir di tubuhnya. Berprofesi sebagai Redaktur Utama Majalah Tempo di bagian berita Internasional dan Nusa.
"Sudah 16 tahun, sejak tahun 2000," ucapnya saat ditanya brapa lama dirinya bergelut di majalah feature ini. Idrus begitu sapaan akrabnya, mengawali karir jurnalistik sebagai reporter di Majalah Editorial. Salah satu media yang di beredel zaman Soeharto.
Belasan tahun menjadi jurnalis, membuat Idrus punya banyak pengalaman menarik, khususnya dalam pemberitaan internasional. Menurutnya, tak semua kejadian di luar sana harus diliput. Tapi harus mempunyai kedekatan dengan masyarakat Indonesia. Seperti teror di Madinah. Kedekatannya adalah negeri kita mayoritas muslim sehingga banyak orang yang akan tertarik membacanya.
Selain itu unsur kekerasan dan drama juga masih menjadi daya tarik pembaca. Sehingga lebih sering memberitakan konflik dari pelbagai negara. Sejauh ini, hambatan yang sering dihadapi adalah memperoleh data, karena biasanya informasi yang tersedia tidak sesuai dengan sudut pandang yang ingin dibicarakan.
Nalurinya boleh dikata memang penulis. Fakta ini membuatnya tetap betah berada di balik komputer. Saat ditanya apakah punya cita cita lain setelah menjadi redaktur. Ia sempat berpikir lama. Dan pada akhirnya mengatakan jika jiwanya sudah di jurnalistik. "Saya tidak ingin kemana mana lagi,” ungkapnya.
Saat ditanya apakah memiliki keinginan menulis sebuah buku, sebuah jawaban lain mencuat ke permukaan. “Jika punya kesempatan saya ingin menulis buku tentang musik,” tegasnya.
Musik klasik. Berangkat dari kegemarannya akan musik ia nyatanya sangat suka menulis hal tentang musik. Berulang kali ia mengatakannya, terlihat, ia sangat mencintai hiburan yang satu ini. Meski demikian, dirinya tetap senang sebagai redaktur berita internasional.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Pedagang Pasar Butung Berjualan Online
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBSulitnya Menerapkan E-money
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler