Anulir
Sabtu, 12 Agustus 2023 10:34 WIBLalu, putusan itu, bukankah tlah berdaya hukum permanen? Bukan buat sementara waktu? Apa bukan begitu pemaknaan yang patut disepahamkan bagi semua, tak terkecuali?
Anggap tidak sah, batal!
Oh, ya?
Kenapa tidak?
Kamilah yang berwenang, berkepentingan dan berkuasa
Tak mengesahkannya, membatalkannya ...
Lalu, putusan itu, bukankah 'tlah berdaya hukum permanen?
Bukan buat sementara waktu?
Apa bukan begitu pemaknaan yang patut disepahamkan bagi semua, tak terkecuali?
Oh, ya?
Ya!
Namun, ini soal hak hidup, saudara
Yang bernaung di bawah payung hak asasi manusia
Tak manusiawi bila harus diputus mati
Karena, sekali lagi, dia punya hak berkesempatan hidup
Lagian, antara mati dan seumur hidup adalah setara
Begitulah narasi retorisnya ...
Keadilan itu keseimbangan, kawan
Mata dibalas dengan mata
Luka dengan luka
Sakit dengan sakit
Derita dengan derita
Dan, mati ... ya, dengan mati!
Tentang akibat pidana yang tak bisa ditolelir lagi
Itulah prisip esensi substansinya
Agar tak terjadi penuh dengan keabu-abuan selamanya
Itu tidaklah mungkin mewujud di sini, kawan
Kenapa?
Sebab, kita selalu dan selalu serba berpura-pura
Di setiap sendi hidup dalam kehidupan apapun
Sejak dulu hingga kini, di sini ini
Di bumi tanah merdeka, katanya ...
*****
Kota Malang, Agustus di hari kesebelas, Dua Ribu Dua Puluh Tiga.
Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474
0 Pengikut
Ah, Debat, Apa yang Bisa Diharap?
Selasa, 16 Januari 2024 08:26 WIBNyanyian Nisbi
Sabtu, 30 Desember 2023 05:01 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler