Seorang Penulis dan Penggemarnya

Rabu, 19 Juli 2023 14:50 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Benarlah kata seorang penulis ternama yang berkata bahwa sebaiknya penggemar dengan idolanya jangan terlalu dekat, sebab, jika ia terlalu dekat, akan mengurangi rasa kekaguman yang dirangkai oleh penggemarnya dalam benaknya selama ini.

       Mareta, wanita berkulit putih dan berhidung mbangir itu tengah mengerjapkan mata. Lalu disusul dengan senyum yang merekah merah bak mawar segar yang baru mekar. Siapapun pasti paham, bahwa ia tengah bungah hatinya.

 

Sumber senyum itu adalah dari seseorang yang sebulanan ini berbalasan chat dengannya di ponsel. Sudah lama ia mengaguminya sebenarnya, dan ia merasa beruntung kali ini. Sangat beruntung. Maka, itulah ia sangat bahagia.

 

Mareta mengenal lelaki itu cukup lama, sekitar setahun yang lalu. Namun, kemudian ia bisa dekat dan akhirnya menjalin hubungan baru satu bulan ini. Meski ia menjalani baru sebatas lewat online saja.

 

Lelaki itu di mata Mareta sangat sempurna. Sosok idaman yang selama ini didambanya siang malam. Sosok ideal dalam angan-angannya sejak kecil, maka ketika ia mulai merasa ada angin segar bisa dekat dengan sosok itu, ia pun tak sungkan untuk segera menyambutnya dengan kerelaan yang paripurna.

 

Bagus, namanya. Nama yang sudah mewakili sosok itu luar dalam. Yah, selain ia tampan, bagi mareta ia juga pintar, romantis, humoris, pengertian, akhlaknya baik, pokoknya aksesoris luhur dan bijaksana tersemat di sosok Bagus.

 

Bagus adalah seorang penulis. Dan Mareta adalah penggemarnya. Awalnya Mareta suka akan karya tulis Bagus, sampai akhirnya begitu mengidolakannya. Dan ketika ia bisa mendapatkan perhatian lebih daripada ribuan penggemar lain di mata Bagus, membuncah lah hati Mareta. Semakin sempurna lah rasa kekagumannya akan lelaki itu. Ia merasa spesial.

 

Sampai akhirnya mereka menjalin hubungan lebih intim. Lalu Mareta mendesak ingin bertemu. Meski awalnya Bagus menolak dengan alasan macam-macam, tapi karena desakan Mareta dan iming-iming yang siapapun lelaki tak akan menolaknya, akhirnya Bagus bersedia.

 

Kau pasti paham iming-iming yang ditawarkan Mareta itu.

 

"Tapi, nanti kamu jangan kecewa, ya, kalau berjumpa denganku," kata Bagus dalam chatnya ketika Mareta mengutarakan keinginannya.

 

Seharusnya, Mareta paham bahwa ada yang tidak beres dengan sosok bernama Bagus yang selama ini dikenalnya di medsos, tapi karena sudah buta akan pesona Bagus, tak berkutik lah segala akal dan nalar Mareta. Apalagi Mareta adalah seorang wanita polos, belum begitu berpengalaman dalam urusan hati. Memang, ia pernah jatuh cinta, tapi rasanya tidak sedalam ini.

 

Maka, terjadilah juga pertemuan itu. Di sebuah kafe ternama di kota yang dipilih mereka untuk bertemu.

 

Saat pertama bertemu, ekspektasi tentang Bagus selama ini langsung runtuh seketika. Di foto ia terlihat gagah. Tulisannya bijak dan meneduhkan. Gelagatnya cerdas dan intelek. Namun, pada kenyataannya, tidak se-wah itu.

 

Mareta memang kecewa, tapi karena ia bukan tipe orang yang tega untuk berbicara dan bersikap blak-blakan, akhirnya segala kekecewaan itu hanya ia redam dan pendam. Semoga tidak membusuk di sana.

 

Ia masih tak menyangka saja, bahwa sosok yang ia kagumi selama ini di siang maupun malam tak lebih dari lelaki pada umumnya. Sangat jauh dengan ekspektasi yang selama ini bertahta dalam benaknya.

 

Meski baru beberapa jam ia bertemu, Mareta sudah mendapatkan gambaran akan Bagus, lelaki idaman hatinya itu. Ternyata Bagus tak setampan itu, Bagus tak sepintar itu, Bagus tak sebijak itu, Bagus tak semenarik itu, Bagus tak sehebat itu, dan tak tak yang lain yang kemudian tiba-tiba berhamburan keluar dari benaknya.

 

Kemudian mereka pulang, tentu setelah saling berpamitan dengan cara yang paling rikuh, seakan mereka tidak pernah kenal sebelumnya.

 

Mareta tak jadi memberikan 'sesuatu' yang di iming-imingkan, sebab Mareta ternyata tak cukup bodoh untuk itu.

 

Mareta patah hati, Bagus malu hati. Mareta patah sepatah-patahnya. Mareta berjanji dalam hidupnya tidak akan pernah bertemu dengan siapapun yang di idolakannya. Dan Bagus berjanji tidak akan bertemu dengan orang yang mengidolakannya.

 

Benarlah kata seorang penulis ternama yang berkata bahwa sebaiknya penggemar dengan idolanya jangan terlalu dekat, sebab, jika ia terlalu dekat, akan mengurangi rasa kekaguman yang dirangkai oleh penggemarnya dalam benaknya selama ini.

 

Mareta seperti mendapatkan sebuah pengertian yang dalam, bahwa memang idola dan penggemar itu sebaiknya hanya untuk dijadikan tokoh imajinasi dan motivasi saja dalam hidupnya. Tidak untuk ditemui dan dimiliki dalam dunia nyata.

 

Sebab, jika itu terjadi pastilah kecewa yang diterimanya.

 

Kecuali, kalau sudah bisa berpikir dewasa dan realistis, bahwa siapapun saja yang terlihat wah itu, hanyalah manusia biasa juga yang tiada beda dengan orang lain pada umumnya.

 

***

Tamat.

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Asmaraloka Dewangga

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Pahlawan

Rabu, 19 Juli 2023 14:49 WIB
img-content

Nggak Bahaya, Ta?

Rabu, 19 Juli 2023 14:49 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

Lihat semua