Secercah Harapan
Rabu, 8 Desember 2021 23:34 WIBKETIKA KAMU TERGESA-GESA DALAM MELAKUKAN HAL TANPA DIPIKIRKAN MATANG-MATANG, MAKA KAMU AKAN MENDAPATKAN HASIL YANG TIDAK SESUAI HARAPAN. LALU MASIH ADAKAH HARAPAN YANG KAMU CITA-CITAKAN? CERPEN INI DIIKUTSERTAKAN DALAM SAYEMBARA CERPEN INDONESIANA 2021 #SayembaraCerpenIndonesiana2021 #Cerpen
SECERCAH HARAPAN
Ddrtttt.......... ddrtttt...... ddrtttt (handphone bergetar)
“Le lu dimana? Udah tanggal berapa nih bro? niat bayar gak sih lu?” teriakan diujung telpon.
“Ehhh... Toni, sorry banget ya kasih gua waktu sampai gajian bulan depan, ini kan udah pertengahan bulan. Gua dapat musibah gaji yang kemarin aja udah abis Ton, tolongggg bangetttt ya Ton kasih waktu?”
“Ah elu mah udah 2 bulan nih, gua dimarahin sama istri uang dapurnya kurang!”
Ddrtttt.......... ddrtttt...... ddrtttt (handphone kembali bergetar ditengah percakapan)
“Kasih waktu ya Ton, tolong........Ton dimatiin dulu ya, ada yang telpon nih”
(Angkat telpon baru)
“Selamat siang... bisa bicara dengan bapak Leo?”
“Ya, dengan saya sendiri”
“Pak Leo, Kami dari pihak bank mengingatkan setoran bapak sebentar lagi jatuh tempo. Mohon segera dibayar ya!”
“Iya mbak, akan saya bayar. Terimakasih sudah diingatkan”
Bipppppppppppppppppppp.............. (telpon dimatikan)
“Aahhh tagihan lagi ya”
~0~
Hallo perkenalkan saya Leo seorang Pegawai Negeri tahun ketiga disalah satu kantor kementerian Republik Indonesia. Eits, tidak seperti yang dibayangkan kehidupan saya jauh lebih mengenaskan dibandingkan apapun. Bukan karena pekerjaannya maupun lingkungan tempat kerja saya, melainkan karma dari tindakan yang pernah saya lakukan di masa lampau.
-2 bulan yang lalu-
“Le lu udah punya kerjaan yang mapan, mau naikin pendapatan gak? Gua punya cara cepat nih!” Tanya Gunawan teman kantor saya
“Wah apaan tuh? Kalau jaga lilin gua gak mau!”
“Kagak lah, sini gua ajarain! Katanya lu mau cari modal buat nikah?”
“Iya sih....”
- 1 minggu kemudian-
“Gimana lu udah pasang berapa banyak?”
“Baru dikit, masih belajar kan”
“Waduh jangan pasang seratus- dua ratus dong lu! Kapan dapat gedenya? Nih kemaren gua pasang 5 juta menang 2x lipat”
“Masa sih? oke gua mau pasang lebih gede”
-1 satu minggu setelahnya-
“Gun, gimana nih? Duit gua kemana? Gun...........” (narik kerah Gunawan sambil marah)
“Eh tenang lu Leo!! Ada apa bro?”
“Gun gua udah ambil semua tabungan gua 30 juta buat modal nikah, gua pasangin tapi gak bisa ditarik!! Kemarin udah menang, pagi tadi lupa belum gua tarik saldonya.. gak ada Gun! Ilang semua duitnya!!” (sambil teriak bingung)
“Lah itu kan salah elu Le! Kenapa gak langsung buru-buru ditarik duitnya, lagian gua juga gak berani pasang sebanyak itu Le!”
“Terus gua gimana Gun?” (menangis sejadi-jadinya)
“Lapor aja ke polisi sana, minta diusut situsnya. Bilang ini penipuan, penggelapan dana, dll lah biar mereka yang bantuin. Gua gak bisa apa-apa”
“Gimana laporannya? Toh ini kan situs judi online illegal”
“Ya udah lu lapor ke kantor aja siapa tahu bisa bantu” (Gunawan langsung pergi dari ruangan kami)
~0~
AMBISI
2 bulan terbebani, merasa bersalah, mau pulang ke rumah di kampung rasanya malu sekali. Kasihan orangtua di rumah yang tinggal emak saja, harusnya saya bisa lebih membahagiakan. Ambisi menggebu, hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Karena setelah melapor tidak ada tanggapan, meminta bantuan kepada siapa lagi?
Setelah kejadian tersebut saya banting tulang mengumpulkan uang dari nol hingga lupa makan dan minum. Merasa sial sekali, uang yang dikumpulkan selama bertahun-tahun raib seketika. Padahal dalam waktu 5 bulan lagi mau mempersunting belahan jiwa di kampung halaman. Kemana lagi harus melangkah?
Saya terus terang ke emak di kampung dan calon istri saya bahwa modal kami menikah tidak ada. Betapa kecewanya mereka, saya pun sampai menangis didepan mereka. Luar biasanya, begitu mulianya mereka mau menerima saya. Saya pun meminta didoakan agar dipermudah setiap langkah kaki saya.
Benar saja, satu bulan kemudian banyak tawaran proyek sewa- menyewa alat berat untuk pembangunan industri. Saya mencoba mendalami kesempatan tersebut, datang kesana kemari ditengah kesibukan bekerja hanya untuk menambah penghasilan dan menebus kesalahan saya.
Saya berhasil menyelesaikan satu proyek, sepertinya costumer saya merasa puas dan memperkenalkan saya kepada koleganya yang lain. Saya sangat senang. Dua minggu pertama sangatlah sibuk! Hingga pada akhirnya saya ditawari proyek yang besar.....
Tring.....(ada pesan masuk di handphone)
“Bang, udah makan? Lagi sibuk ya?” (pesan dari adek, calon istri saya)
“Udah dek, tadi sudah makan. Ini lagi mikirin proyek dek, abang bingung” (balasan saya)
“Bingung kenapa bang? Cerita aja barangkali adek bisa bantu”. (adek memang suka memberi saran, maklum lulusan psikolog. Begitulah cara kami saling support biar sama-sama berkembang).
“Iya ini abang ditawari proyek tapi harus pake modal, tendernya minta bulldozer sedangkan di kolega abang gak ada sehingga harus menyewa ke tempat lain pakai uang abang. Abang harus persiapkan 80 juta dengan laba bersih 10% dek. Gimana menurut adek?”
“Bang kalau menurut adek, jangan dulu deh. Jangan mau keluarin modal besar. Abang kan masih belajar di bidang tersebut, yang kecil-kecil aja dulu...”
“Tapi katanya ada MoU nya dek, katanya Cuma sebulan habis itu segera dikembalikan. Tempatnya di luar kota sih, nanti kalau ada waktu abang mau mampir ngecek kesana”
“Ya sudah dicek dulu aja ya bang, nanti dipertimbangkan lagi. Hati-hati bang”
“Oke adek, makasih ya”
Entah mengapa semakin ambisi diri ini, kesempatan yang besar didepan mata jangan sampai terlewatkan! Tapi cari uang 80 juta kemana ya?
Ah saya coba ajak teman-teman di kantor untuk investasi, barangkali mereka mau bergabung. Sekalian mengajak beberapa pengusaha di daerah ibukota.
Dan ya! Berhasil! 5 hari berhasil mengumpulkan 80 juta ditangan! Seketika saat itu juga saya langsung menghubungi tender proyek tersebut. Beliau mengajak bertemu malam ini.
Tanpa kecurigaan apapun saya langsung menyetujui transaksi tersebut, beliau membawa seorang saksi kenalannya. Sontak langsung saya berikan uangnya.
-Keesokan harinya...-
“Le katanya mau ajak gua ketemu tender yang ngajak bisnisan? Gua kan ikut andil juga diproyek lu itu” (Arul teman satu kontrakan membangunkan saya)
“Sorry Rul semalam udah ketemuan sama orangnya, lupa gak ngajak lu. Hehe”
“Oh gitu, gapapa sih gua mah. Ada MoU-nya gak Le? Gua pengen lihat kayak apa bentuknya”
“Eh? MoU? Bentar gua cari dulu”..... “RUL, MoU-nya kemana ya? Semalam gua gak tanda tangan apapun, gak ada secarik kertaspun yang mereka kasih ke gua. Gua Cuma dikasih tau nanti kwitansi menyusul siang ini di kirim lewat handphone.”
“Serius lu Leo? Coba hubungi orangnya! Ini hari minggu emang ada perusahaan yang masuk ya?”
“Bentar gua telpon dulu orangnya”
Biippppp..... Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan
“Rul, nomornya gak aktif” (kami langsung panik)
“Coba mana nomornya biar gua yang telpon”
Biippppp..... Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan
“Le gimana nih? Gak bisa dihubungi. Lu tau gak kantornya? Ayo kita kesana”
Hikss... hiks.... hiks..... (saya langsung menangis)
“Lah kok malah nangis? Kenapa Leo? Ayo kita ke perusahaan itu! Gapapa gua mah di luar kota juga!”
“Udah gak usah.......” (saya sudah menyerah duluan)
“Kenapa? Itu ada duit gua!”
“Gua gak tau tempatnya dimana, ketemu baru dua kali dan sering kontekan lewat handphone aja! Mereka bilangnya tender di luar kota, Karawang!” (saya berteriak)
“Ya Tuhan... lu beneran deh Leo, mending kita ke polisi aja!”
“Gimana caranya? Buktinya apa? Hiksss... hikssss.......”
(suasana langsung hening)
“Gua mau keluar dulu Le” Arul meninggalkan saya di kontrakan sendirian.
~0~
-2 hari berikutnya-
Ddrtttt.......... ddrtttt...... ddrtttt (handphone bergetar)
“Ya, hallo? Ini siapa ya?” (Sapa saya)
“Selamat siang kak, kami pengelola situs online yang pernah bapak ajukan keluhan. Mohon maaf ada kesalahan teknis sehingga uang bapak belum bisa diambil pak.”
“HEH kalian cari mati ya? Bagi saya 30 juta itu sangat besar! Tolong kembalikan sebelum saya lapor ke pihak berwajib!”
“Sebentar pak, sabar dulu. Kami menghubungi bapak karena mau menawarkan kesempatan lagi pak, agar uangnya bisa dicairkan lebih banyak. Bagaimana pak?”
“Saya sudah tidak percaya dengan kalian lagi! Dasar penipu!”
Bippppppppp........ telpon saya matikan
“Le, gimana ya ibu gua di kampung sakit butuh biaya. Uang yang diinvestasikan mau gua ambil” (Arul menemui saya di kantor)
“Rul, turut prihatin sama ibu lu di rumah. Tahu sendiri kan, gua lagi kesulitan ini uangnya dibawa kabur tanpa kejelasan. Dua hari ke belakang gua cari tau orang-orangnya sama sekali gak ada jejak. Maaf banget pasti gua ganti tapi bukan sekarang. Rul tolong bantu...”
mmmmmm..... saya berpikir keras. Lalu entah kenapa menghubungi nomor yang tadi.
“Hallo pak, bagaimana saya bisa mendapatkan uang saya kembali?”
“Anda bisa melipatgandakan uang jika membayar 3x lipat dan saya akan memberi 5x lipat. Kali ini akan saya bantu bagaimana memilih slot yang bagus dan saya akan mengaturnya.”
“Oke saya akan coba mengumpulkan uang kembali......”
SAYA MENGAJUKAN PINJAMAN UANG KE BANK SEBESAR 200 JUTA
Karena pekerjaan saya sudah menjanjikan dan ada jaminannya, saya mengajukan pinjaman ke bank sebesar 200 juta, namun disetujui bank sebesar 180 juta dengan cicilan selama 9 tahun.
Hari itu juga saya langsung transfer ke rekening situs online yang menjanjikan kemenangan. Saya lupa pernah berjanji tidak akan bermain itu lagi ke emak di kampung. Janji hanya tingga janji. Pada akhirnya tanpa kejelasan apapun uang itu tidak pernah dikembalikan. Orang yang menghubungi saya sudah pindah ke Filipina.
~0~
KARMA
Setiap hari saya ditagih dari mana-mana. Akhirnya saya depresi. Berat sekali menjalani hidup ini, sudah menderita ditinggal ayah dengan segudang hutang sekarang membuat hutang yang baru kepada semua orang. Ingin rasanya saya mengakhiri semua ini.....
“Leo ngapain elu heh! Cepet turun!” (Arul mencegah saya lompat dari lantai 2 kontrakan)
“Rul maafin gua ya, maaf banget. Tolong sampaikan ke emak di kampung dan calon istri gua. Gua udah gak sanggup lagi hidup kayak gini, lebih baik mati aja.” Hiksss....
“Heh Leo lu pendek banget pemikirannya! Bukan gini cara menyelesaikan masalah! Kalau lu mati yang bayarin hutang elu siapa? Emak lu yang udah tua?”
“Terus gua harus gimana Rul?”
“Lu balik aja ke rumah, sujud sekalian ke emak elu. Tar besok gua anterin”
~0~
HANCUR!!!
Bagaikan ditelan bumi, hitam pekat sudah tidak ada cahaya lagi. Hutang banyak, menyusahkan orangtua. Sampai ada yang melaporkan saya ke kantor tempat kerja, sontak bagian kepegawaian menahan saya.
Lima bulan tidak dipekerjakan... bukan dipensiun-dinikan, hanya saja pihak kantor meminta saya membereskan total utang sejumlah 200 juta ke orang-orang dan 180 juta di bank bisa dicicil. Pernikahan saya akhirnya diundur entah hingga kapan.
Tutup lobang gali lobang.....
Untuk membayar si A harus pinjam ke si B, begitu terus-menerus. Sampai rumah di kampung harus dijual untuk membayar hutang.
Ya Tuhan kapan cobaan ini akan berakhir? Semua yang saya rencanakan gagal. Sesak sekali dada ini, orang yang dekat menjadi menjauh. Orang-orang yang tadinya meng ulu-ulukan saya kini berpapasan saja enggan menyapa.
Ya Tuhan, seberat inikah cobaan yang Engkau berikan? Sesak sekali... sedih... bingung... Dalam sujudku, saya berharap uluran tangan-Mu. Permudahlah segalanya, maafkanlah saya yang sudah melampaui batas. Ya Tuhan tiada daya dan upaya selain pertolongan-Mu. Semua yang tidak mungkin pasti menjadi mungkin bagi-Mu. Permudahlah. Aamiin. Hikss... hiksss....
~0~
“Yah, bangun.. yah mau berangkat kerja nggak?” (terdengar suara lirih di telingaku)
“Eh iya? Iya abang mau bangun dek... mau kerja” samar-samar saya melihat sosok yang sudah tidak asing selalu berada disisi saya.
“Dek, maaf abang belum bisa membahagiakan adek. Maaf abang belum bisa menjadi suami yang baik untuk adek. Maaf sekali ya dek. Terimakasih banyak adek sudah mau bersabar menghadapi abang, sudah mau menemani dari nol disaat suka maupun duka. Abang sayang adek” (saya menangis tersedu-sedu di pelukannya)
“Iya abang gapapa, setiap orang pernah membuat kesalahan, makasih sudah mau berjuang ya bang. Adek sayang sekali sama abang”.
Inilah kisah saya, lima tahun silam pernah berada di posisi yang sangat kacau jauh lebih kacau dibanding apapun. Saat ini saya sudah menikah dan dikaruniai 1 orang anak.
Terkait hutang yang lalu? Masih belum lunas.
Istri saya membantu membayari dengan berjualan dan mengajar di sekolah. Bersyukur sekali keluarga terutama orangtua membela mati-matian untuk saya, dan bersyukur orang yang saya cintai masih mau bersama saya. Untuk selanjutnya, tolong pikirkan matang-matang sebelum bertindak karena semua yang terjadi didalam hidup ini tidak selamanya sesuai dengan harapan. Uang bisa dicari, tapi kasih sayang tidak akan pernah bisa dibeli.
Terimakasih semuanya.
Baca Juga
Artikel Terpopuler